Chapter 40 [ Hutan Binar ]

168 31 16
                                    

"Berhenti memikirkan hal yang gak penting."

"Katakan saja padaku. Apa hubunganmu dengan laron-laron yang menghanguskan Hutan Binar!?" ancam sang wanita belalang dengan lengan tajam mengarah ke leher Liliel.

"........."
Gadis malaikat itu tak bergeming. Dia hanya menatap lurus lawan bicaranya itu. Naeva yang melihatnya dari jauh, memutuskan untuk menontonnya dulu sebentar.

"Laron-laron... Apa yang Onee-san maksud itu para malaikat?" tanya Liliel.

"Memang siapa lagi?" ketus wanita belalang.

Baiklah, ayo berpikir sejenak Liliel. Situasi ini, sepertinya tidak sesederhana itu. Laron-laron yang menghanguskan Hutan Binar. Hutan Binar adalah nama salah satu Hutan besar di Lantai 7 yang berada di daerah Timur. Kalau tidak salah ingat, Liliel memang pernah mendengar Hutan itu hangus terbakar beberapa tahun lalu. Meski dia tidak tau alasan tepatnya apa. Apa itu sungguh berhubungan dengan malaikat lainnya?

Masih menatap lurus iris wanita itu, kini Liliel mengeluarkan senyum tipis yang mengejutkan.
"Bukankah tidak adil jika aku dijebak dalam situasi ini ketika aku tidak tau apa-apa, Nee-san?"

"Aku tidak bisa menjawab sesuatu yang aku tidak tau itu apa. Jadi, sebelum bertanya padaku. Bisa tolong jelaskan dulu, apa yang terjadi di Hutan Binar?" pinta Liliel.

Senyumnya yang seperti itu, entah kenapa membuat sang wanita belalang makin kesal. Benar-benar memuakkan. Semua malaikat selalu sok suci dan baik seperti itu. Padahal disini, dia yakin dialah korbannya.

"Berhenti memutar-mutar pembicaraan dan langsung jawab saja pertanyaanku!"
Lengannya semakin mendekati leher Liliel.

"Uchh..."
Bahkan sekarang, gerigi tajam lengannya sudah menggores leher gadis malaikat itu hingga berdarah.

Senyum Liliel berubah pahit, "Sudah kubilang. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan yang tidak kumengerti, Nee-san."

"Tsk 💢 kalau gitu kau gak ada gunanya."

Merasa Liliel tidak akan menjawabnya entah karena dia memang tidak tau atau dia berbohong, sang wanita belalang mendecak kesal. Dia mungkin harus mencari malaikat lain yang bisa memberinya informasi. Malaikat yang tidak berguna seperti Liliel, tidak di butuhkan.

Dan tidak ada alasan, tuk membiarkannya hidup. Karena dia bisa saja melapor ke atasannya dan membuat situasi ini jadi lebih rumit.

"!!?"
Mematung.

Tapi apa ini!?

Padahal jelas-jelas dia bermaksud memotong leher Liliel. Lengannya cukup tajam untuk melakukannya dengan cepat, tanpa basa basi.

Jadi kenapa... mendadak leher Liliel jadi sangat keras hingga tidak tertembus lengannya?

"Tidak, bukan lehernya..."
Memperhatikan lebih cermat.
"Ini..."

Membelalakkan matanya, begitu sadar hal apa yang mengganggunya.
"Darahnya... membeku?"

"Ku anggap kau punya rencana di kepala kecilmu itu, Liliel."

TAP TAP TAP TAP

Liliel,"!"

"Onee-chan!"

Sang wanita belalang menoleh cepat ke asal suara itu.
"SIAPA KAU!?? INI ULAHMU, KAN!?"

Sosok gadis berambut putih panjang dan mata biru keperakan, berjalan dengan tenang ke arah mereka. Wajah tanpa ekspresinya itu sungguh membuat perasaan wanita itu jadi tidak enak.

"Untuk saat ini, anak itu ada dibawah pengawasanku. Akan merepotkan jika kau membunuhnya sekarang. Kusarankan kau berhen--," ucap Naeva.

"Ini bukan urusanmu. Aku cuma punya urusan dengan laron-laron sialan ini 💢" jawab sang wanita belalang.

The Unfettered Ice Princess [Vol 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang