Chapter-34

973 95 8
                                    

"Jangan bergerak!"

Atas teriakan kencang itu, Galang langsung membeku di tempatnya. Kakinya yang tadi hendak memasuki restoran, berhenti di atas tanah. Kedua matanya menatap Biru yang wajahnya sudah sangat masam sekali.

"Siapa dia?"

Pria di samping Biru bertanya kepadanya dengan penuh tanda tanya. Biru menghela nafas panjang, "Aku menemuinya di jalan menuju kesini. Dia meminta bantuan kepadaku."

"Kalau begitu kenapa kamu tidak membiarkan dia masuk. Lihat saja, penampilannya begitu berantakan, dia terlihat seperti orang yang habis jatuh di suatu kubangan."

"Justru karena itu Kak Indra."

"Kalau begitu kenapa kamu membawanya kesini?"

"..."

Biru langsung diam membisu, mempertanyakan dirinya kenapa malah setuju membawa pria yang menyebalkan dan membuatnya repot ini.

"Bawa saja dia kebelakang. Biarkan dia membersihkan dirinya dan berganti pakaian. Kamu tahu, dia terlihat sangat menyedihkan."

Galang yang mendengar hal tersebut merasa jengkel kepada Indra. Mengatakan dirinya menyedihkan! Galang tidak semenyedihkan itu! Dia bahkan seorang General Manager—walaupun sekarang tidak lagi. Tapi, dia akan segera diangkat menjadi Direktur Utama!

"Kenapa dengan matamu yang menatap Kak Indra?"

Galang tidak menyadari kalau sekarang Biru sudah ada di depannya. Galang berusaha mengubah raut wajahnya dan tersenyum sebaik mungkin kepada Biru.

"Jadi, bisakah aku?"

"Hemm."

Biru hanya berdehem pelan, lalu pergi ke bagian belakang restoran. Galang mengerti kalau Biru menyuruhnya untuk mengikutinya.

Ternyata, di bagian belakang restoran terdapat sebuah tempat untuk mencuci piring dan di sisi lainnya ada toilet.

"Masuklah kesana."

"Bagaimana dengan baju ganti?"

"Memangnya kau tidak bawa?!"

"Sudah aku katakan. Aku dibuang kesini. Aku tidak membawa persiapan apapun."

"Hemm."

Galang tersenyum puas, karena Biru tidak bisa menolak lagi permintaanya. Setelahnya Galang segera masuk ke dalam bilik toilet dan mulai membersihkan dirinya.

Pakaian baru diletakkan di luar pintu ketika Galang ingin keluar. Dia pun segera berganti pakaian dan keluar ketika selesai.

Saat bertemu dengan Biru yang tengah berdiri membersihkan sayuran, keningnya berkerut dalam. Galang menggaruk tengkuknya merasa malu.

"Apa tidak ada pakaian yang lain? Ini terlalu kecil untukku."

Entah bajunya yang memang terlalu kecil atau tubuh Galang saja yang terlalu besar dan hampir tidak muat di pakaian yang sempit itu. Alhasil, otot-otot di seluruh tubuhnya tercetak lebih jelas dibandingkan sebelumnya.

"Lepas saja jika tidak mau memakinya. Itu terserhamu."

"Apa itu pakaianmu?"

Saat mendengar itu, gerakan Biru terhenti selama beberapa detik. Galang menyeringai puas. Dia langsung tahu kalau ini pakaian milik Biru. Jika ini milik Biru, dia tidak akan melepaskannya atau membuangnya sekalipun.

Biru masih terlihat malu selama beberapa saat, rona merah tercetak di bagian telinganya. Kalau mata Galang tidak tajam. Dia mungkin tidak akan melihat ini.

Galang datang mendekati Biru dan berdiri di sampingnya.

"Aku sangat merindukanmu, Biru. Apa kamu merindukanku, Biru?"

Biru menoleh ke arah Galang dengan tatapan sinisnya, "Dengar. Aku tidak kenal siapa dirimu. Jadi, mana mungkin aku akan merindukan orang sepertimu?"

Detik itu juga perasaan bahagia melihat rona merah di telinga Biru tergantikan oleh rasa sakit di ulu hatinya. Galang menyesali pertanyaannya itu, lagipula kenapa Biru akan merindukan orang sepertinya. Orang yang pernah menyakitinya sebelum akhirnya mereka berpisah.

"Kalau begitu, apa kamu memang tidak mengenal diriku?"

Biru memutar kedua bola matanya karena kesal, "Itu lagi?"

"Sudah aku bilang beberapa kali, kalau aku tidak mengenalmu sama sekali. Jadi, berhentilah menanyakan hal yang jawabannya tidak akan pernah berubah."

"Tapi, kenapa?"

"Aku sudah membantumu. Jadi, pergilah!"

"Tidak, tunggu Biru!"

Biru dengan kedua tangannya yang masih basah oleh air mendorong punggung Galang untuk pergi dari sana.

"Biarkan aku tinggal disini."

"Aku bilang pergi! Kau itu orang asing!"

"Bantu, aku!"

"Tidak mau!"

Seharusnya Galang tadi tidak bertanya tentang hal itu lagi, padahal situasi di antara mereka sudah membaik. Jika seperti ini jadinya, kemungkinan  dia akan sulit untuk bertemu Biru lagi.

"Ada apa dengan keributan ini?"

Suara Indra datang bersamaan dengan dirinya yang muncul di halaman belakang. Biru yang tadi naik pitam, sekarang menurunkan emosinya.

"Dia memaksa tinggal disini."

"Biarkan saja. Jika dia mau."

"Apa—tunggu. Eh?"

Biru melongo terkejut atas persetujuan Indra. Indra lalu datang mendekati Biru dan memegang bahunya, "Kamu biasanya sering menolong orang-orang. Kenapa tidak dengan dia?"

"Tapi, dia orang asing! Bagaimana kalau dia memiliki niat jahat? Mungkin saja nanti dia akan mengacaukan restoran atau semacamnya?"

Galang yang mendengar itu menelan kekesalannya. Padahal dirinya tidak memiliki niat seperti itu. Tapi, sekarang dia di mata Biru dianggap seperti seorang kriminal. Harga diri Galang jatuh sedalam-dalamnya.

"Lihat saja nanti."

Biru menghela nafas, Indra juga terlalu baik kepada orang asing. Setelahnya, Indra pergi dari sana. Dan sekarang hanya tersisa mereka berdua disana. Biru menatap Galang dengan tatapan sinisnya.

"Apa yang kau lihat! Kriminal!"

"Aku bukan kriminal!"

"Dimalah! Atau aku tidak akan membantumu!"

Galang walaupun marah dan kecewa memilih untuk diam. Dia mulai membantu Biru membersihkan sayuran. Dari samping, dia masih bisa memperhatikan wajah Biru yang jutek.

Padahal, dulu Biru tidak pernah bersikap seperti itu kepadanya. Di awal ketika Galang menyatakan cintanya—bagian dari taruhan. Walaupun Biru menolaknya, tapi sikapnya tidak sedingin ini.

Apalagi setelah mereka berdua semakin dekat, Biru mulai menunjukan dirinya yang hangat kepada Galang. Tersenyum dengan lembut dan menyejukkan. Menyentuh bagian dalam hati Galang yang sebelumnya tidak pernah bisa disentuh oleh orang lain. 

Galang menghela nafas pelan, kalau kejadian 7 tahun lalu tidak pernah terjadi, akan menjadi seperti apa hubungan mereka berdua saat ini? Galang rasa itu akan berkembang menjadi sesuatu yang lebih baik.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

Author Note : Regret Arc bang Galang?🤭

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang