Chapter-12

1K 99 3
                                    

Malam minggu, Galang datang menuju tempat hiburan malam.

Sedari tadi siang, baik temannya ataupun anak-anak fakultas lainnya, memaksa Galang untuk datang malam hari ini. Mereka mengatakan ingin menghabiskan waktu bersama, bersenang-senang sebelum ujian datang.

Galang sebelumnya tidak pernah ragu untuk datang. Dia akan selalu datang, kapanpun mereka mengajaknya. Karena Galang selalu merasakan kesepian jika harus menghabiskan malam harinya di apartemen miliknya.

Walaupun dia tahu, kalau dia adalah orang yang harus membayar semua makanan dan minuman orang-orang. Galang tidak masalah. Biarkan mereka memakai uangnya, toh Galang tidak takut akan kehabisan uang, sebanyak apapun dia akan menghabiskannya.

Tapi, sekarang berbeda. Dia sudah muak dengan wajah-wajah orang di fakultasnya. Orang-orang yang bermuka dua, di depannya selalu bersikap baik dan ramah, dan selalu minta ditraktir. Tapi sekalinya Galang enggan, mereka akan mengatakan Galang adalah anak pelit. Anak orang kaya yang manja. Dan segala cacian terhadap dirinya.

Datangnya hari ini, dengan tujuan, memberi tahu teman-temannya, kalau ke depannya dia tidak akan sering bergabung dengan mereka.

Mobil Mercy Hitam terparkir indah di sebuah parkiran tempat hiburan malam. Galang turun dari mobilnya. Sedari tadi ponsel terung berdering dengan kencang. Galang tidak repot mengangkat telepon itu, karena dia tahu, itu dari teman-temannya yang menanyakan kapan Galang akan datang.

Saat Galang masuk ke dalam ruangan yang sedikit remang-remang, dia disambut oleh suara dj yang menggema. Banyak perempuan dan pria yang berkumpul di bagian tengah, sambil berjoget ria dan sesekali saling menyentuh tubuh satu sama lain.

Galang tidak tertarik, tujuannya ada di bagian lantai dua gedung. Disana ada area yang lebih privat. Pegawai disana sudah hapal wajah Galang dan langsung mengarahkan Galang ke ruangan yang di tuju.

Galang membuka pintu dan suara-suara riuh orang-orang menyambutnya datang.

"Galang ada disini!"

"Teman-teman, bangunlah! Ada Galang!"

"Galang? Mana?"

"Ah, sial. Penampilanku sudah berantakan lagi!"

"Beritahu Galang untuk segera masuk."

Galang menghela nafas pelan. Bau yang tidak enak tapi sudah sering dihirup menyelimuti tubuhnya. Dia masuk dan duduk di bagian tengah kursi, yang sengaja dikosongkan oleh teman-temannya.

"Aku kira kamu tidak akan datang. Aku mengkhawatirkanmu. Apa kamu kenapa-kenapa? Sakit atau semacamnya." ucap salah satu teman Galang dengan nada khawatir yang dibuat-buat.

Galang hanya tersenyum tipis, menghela nafas pelan, dia tahu kalau rasa khawatirnya itu bukan karena Galang sakit atau apa, dia lebih takut Galang tidak datang, karena dialah orang yang harus membayar ini semuanya.

"Aku baik-baik saja," ucap Galang malas.

"Aku bersyukur," balas teman Galang.

Kemudian seorang wanita dengan pakaian yang tipis dan pendek, datang mendekati Galang. Dia memeluk Galang dari samping, sambil menggosok buah dadanya. Galang yang ada di sampingnya, bisa dengan jelas melihat buah dada yang hanya ditutupi sedikit itu.

"Aku kangen kamu Galang," ucap wanita itu dengan manja.

Kemudian datang wanita lain dan duduk di sisi lain samping Galang. Dia menyandarkan kepalanya pada bahu Galang.

"Aku juga kangen. Selama dua minggu ini, kamu kemana aja sih?" Katanya.

"Sibuk," ucap Galang tidak minat. Padahal biasanya dia selalu senang melihat berbagai perempuan datang menghampirinya, tanpa dia suruh atau minta sekalipun.

"Ah, Galang kita ternyata disibukkan oleh tugas perkuliahan."

"Andai saja aku bisa membantu, tapi aku tidak bisa melukis."

"Melukis itu sesuatu yang sulit bagiku."

Kedua perempuan itu saling mengeluh secara bergantian. Galang tidak terlalu menanggapi keluhan mereka. Dia sekarang ini hanya merasa kosong.

Di tempat yang dipenuhi banyak orang, entah kenapa dia malah merasa sendirian. Padahal perhatian datang silih berganti dari orang-orang yang ada di sini.

"Kamu tengah memikirkan apa Galang?"

"Iya, sedari tadi hanya melamun."

"Benar. Seolah-olah ragamu ada disini, tapi pikiranku ada di lain tempat."

Tanya kedua perempuan itu kepada Galang. Galang hanya menggeleng pelan. Dia juga tidak tahu. Apa yang sebenarnya tengah dipikirannya. Dia hanya merasa bingung.

Kedua perempuan itu cemberut melihat Galang yang tidak menaruh minat pada mereka sama sekali. Mereka sampai mendapatkan ejekan dari teman-teman Galang, yang mengatakan kalau Galang sudah tidak tertarik kepada penampilan mereka lagi.

Ding.

Galang mendengar suara nada pesan masuk. Entah kenapa saat ini dia punya firasat harus segera membuka ponselnya. Dia melakukan itu, dan melihat kalau ada pesan dari Biru.

"Tumben sekali dia mengirimiku pesan," ucap Galang dengan senyuman tipis di bibirnya tanpa dia sadari sendiri.

"Padahal aku yang sering mengirimnya pesan," tambah Galang. Kemudian dia melihat isi pesan dari Biru. Yang ternyata mengirimnya sebuah foto hitam putih yang tidak jelas, objeknya itu apa. Karena sedikit blur dan mungkin bergetar saat Biru memotretnya.

Galang mengerutkan keningnya, tidak mengerti arti foto itu. Namun pesan tambahan segera datang untuk menjelaskan.

Biru [ Foto ] 21.59

Biru [ Maaf. Sepertinya aku tidak sengaja memotret kedua kakimu] 22.00

Senyuman Galang sedikit lebih lebar dari sebelumnya. Dia tidak menyangka foto hitam putih tidak jelas itu adalah foto kedua kakinya.

Galang segera mengetik pesan balasan.

Galang [ Aku bahkan tidak menyadari itu.] 22.01

Biru [Aku mengatakan itu, setelah tadi mengecek semua hasil memotretku tadi sore. Aku meminta maaf karena mengambil fotomu secara tidak sengaja.] 22.03

Tadi sore, Galang memang menghabiskan waktu dengan Biru di danau tengah kampus. Menemani Biru yang katanya ingin memotret danau kampus.

Galang [ Tidak perlu meminta maaf. Aku tidak keberatan. ] 22.04

Biru [ Aku merasa lega. Sedari tadi merasa gugup. Karena mengambil fotomu tanpa persetujuanmu.] 22.05

Galang terkekeh pelan. Semakin hari, Galang merasa kalau Biru sudah mulai terbuka kepadanya. Dia tidak terlihat malu-malu seperti saat mereka bertemu. Mungkin salah Galang juga yang tiba-tiba mengajak Biru menjadi kekasihnya.

Galang [ Sekarang kamu mendapatkan persetujuanku. Jadi, kamu bisa sesuka hatimu memotretku. ] 22.07

Biru [ Apa? Benarkah? Aku boleh?] 22.07

Galang [ Tentu. Aku bahkan rela jadi model gratisan mu] 22.08

"Itu pesan dari pacarmu, Galang?" Tanya perempuan yang duduk di samping kanannya.

Galang terdiam selama beberapa saat, memperhatikan balasan dari Biru dan perempuan di sampingnya. Kemudian dengan ringan dia menjawab.

"Belum untuk saat ini."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang