Chapter-17

1.1K 109 3
                                    

"Aku menemukanmu," suara Galang terdengar dari belakang. Kemudian diikuti okeh langkah kaki yang mendekat. Biru yang tengah bermain dengan si hitam, menoleh mendapati penampilan yang sangat berantakan.

Pakaiannya kusut, rambutnya acak-acakan, dan wajahnya terlihat lebam di beberapa bagian. Biru merasa khawatir dan segera mendekati Galang.

"Kenapa dengan wajahmu?" Tanyanya sambil memegang pipi Galang. Galang merasakan kenyamanan saat tangan Biru di pipinya. Dia memenamkan kedua matanya, berusaha menyerap hangat tubuh Biru lewat tangannya.

Biru tidak lagi bertanya, tampaknya itu adalah urusan Galang. Jika Galang belum ingin membicarakannya, Biru tidak masalah.

"Bisakah aku duduk disini bersamamu?" Pinta Galang.

Biru mengangguk pelan. Kemudian mereka berdua duduk di atas rumput, duduk dengan posisi Galang yang memeluk Biru dari belakang.

"Anggap saja aku tidak ada disini. Aku ingin tetap dalam posisi ini selama beberapa waktu ke depan," kata Galang. Kemudian mengeratkan tangannya memeluk pinggang Biru, dan menenggelamkan kepalanya ditengkuk Biru.

Bagaimana mungkin Biru bisa menganggap Galang tidak ada! Apalagi Biru merasakan kesemutan di seluruh bagian tubuhnya. Tapi dia tidak mau menolak Galang. Walaupun ini mungkin sebuah tindakan yang hanya kepura-puraannya saja.

"Jadi, bagaimana? Kaget bukan? Galang mendekatimu hanya karena sebuah tantangan konyol dari Robi?" Tanya Indah.

"Lo hanyalah mainan konyol Galang saja. Dia menganggapmu tidak lebih dari itu. Lo haru tahu itu!" Seru Indah

"Aku sudah tahu ini."

Sebelum Indah memberi tahunya, dia sudah sejak lama tahu soal ini. Tidak penting dari mana dia tahu soal ini, karena Biru sudah tidak keberatan lagi soal itu.

Dia sedari awal, sudah memperhatikan sikap Galang yang terkadang manis dan hangat, padahal aslinya dia orang yang pemarah. Semua topeng yang Galang tunjukan kepadanya, Biru sudah melihat dalamnya dengan jelas.

"Lo bego!"

Mungkin kalimat dari Indah setelahnya yang mengatakan kalau Biru bodoh itu memang ada benarnya. Biru bisa mengatakan kalau cinta itu membuatnya bodoh dan buta akan semua fakta yang sangat jelas, kalau sikap Galang itu hanya demi sebuah tantangan konyol. Agar dia bisa menjadi pemenang dan dijuluki Pria-Penakluk-Seribu-Hati.

Biru tidak peduli itu lagi, karena dia merasa keberadaan Galang di sisinya memberi warna baru dalam hidupnya. Yang selama ini Biru tidak pernah rasakan.

Seseorang yang menyayanginya, memperlakukannya dengan baik dan lembut. Dia tidak pernah mendapatkan itu dari siapapun kecuali dari Galang.

Maka, walaupun hanya sebentar, Biru akan terus berpura-pura tidak tahu.

"Apa yang tengah kamu pikirkan?" Tanya Galang dari samping wajahnya, kemudian mengecup pipi kanan Biru.

"Aku hanya tengah memikirkan bagaimana cara merawat lukamu itu," Biru berbohong. Kemudian Biru memegang wajah Galang, Galang mengeluh sakit.

"Biarkan saja. Nanti lukannya akan hilang sendiri," jawab Galang.

"Jangan, kalau tidak segera diobati, maka itu akan meninggalkan bekas luka di wajah tampanmu itu." Kata Biru.

"Jadi, wajahku tampan?" Galang lebih fokus pada kata itu. Dan Biru merasa malu karena mengatakannya dengan terang-terangan.

Biru berusaha bangkit dan menghampiri si hitam yang tengah tidur karena telah kenyang makan. Galang di belakang menariknya mendekat.

"Mau kemana?" Tanya Galang.

"Aku mau bermain dengan si hitam." Jawab Biru.

"Jangan ganggu dia. Lebih baik kamu tetap disini dan jawab pertanyaanku tadi, jadi aku ini tampan?" Galang menggoda Biru. Wajah Biru sudah semerah tomat matang.

Galang kemudian menggelitik Biru di berbagai arah, Biru tidak kuat, dia menangis sambil tertawa sesekali, merasakan rasa geli di seluruh badan.

"Aku tidak akan berhenti sampai kamu menjawabnya,"

"Baik, ahhh— hentik— ahh. Aku geli."

"Katakan dulu," goda Galang.

"Arghh— Iya, kamu— ahhh— tampan."

Setelah itu Galang berhenti menggodanya, Biru merasa malu karena dia seperti mengeluarkan erangan dari mulutnya. Selama beberapa saat ke depan, keduanya saling diam dengan pikiran masing-masing yang sudah berkelana jauh.

***

"Galang," Biru adalah orang pertama yang memecah keheningan diantara keduanya.

"Iya, sayang," jawab Galang dengan nada manja dan manis.

"..." Biru membeku saat itu juga. Sangat kaget dengan panggilan baru itu.

"Kenapa sayang?" Tanya Galang dari belakang.

"Ayo datang ke kosanku," kata Biru.

"Kosan? Kamu kenapa mengajakku kesana? Ada yang ingin kita lakukan bersama? Apa kita akan berbaring sambil berpelukan?" Goda Galang.

Biru tidak tahu kenapa, kalau Galang semakin suka menghodanya setelah mereka menjadi sepasang kekasih. Kepura-puraan itu membuat Biru kewalahan.

"Jangan berpikir kesana! Aku mau mengobati lukamu itu!" Seru Biru mengoreksi. Dia segera bangun kemudian mengulurkan tangannya kepada Galang. Galang menerima uluran tangan Biru dan langsung berdiri.

"Yah, aku kecewa mendengarnya," jawabnya dengan wajah ditekuk.

Biru mencubit pipi Galang kemudian berkata, "Makanya jangan berpikiran ke arah sana dulu."

Galang menyeringai senang kemudian berkata, "Ternyata kamu sudah mulai suka menggodaku juga!"

"Tidak, aku tidak!" Biru menyangkal itu. Merasa dirinya tidak pernah menggoda Galang.

"Baiklah, pacarku ini memang malu-malu, tapi sebenarnya mau," ucap Galang dengan penuh arti.

"Aku tidak," keluh Biru.

"Hehe, kamu lucu," balas Galang yang sekarang balik mencubit kedua pipi Biru. Kemudian dia mengendus setiap wajah Biru. Buru merasa geli, karena entah kenapa Galang berperilaku layaknya seorang kucing.

"Hentikan, ini geli," pinta Biru.

Setelah itu Galang memeluknya dengan erat, sambil berkata, "Beruntungnya aku memilikimu."

Atas kata-kata itu entah kenapa Biru mulai merasakan sakit di bagian ulu hatinya. Biru tahu kalau uvapan itu terdengar sangat berarti dan begitu berharga. Tapi, Biru tahu kalau sikap Galang kepadanya, semua ini hanya pura-pura saja. Dan pada titik tertentu, ini semua akan berakhir.

Mungkin nanti Galang akan bersikap dingin dan pemarah kepadanya. Biru balas memeluk Galang kemudian membalas ucapan Galang di dalam hatinya, "Aktingmu semakin bagus."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang