Chapter-8

1.3K 123 10
                                    

Dia tersenyum.

Galang yang hendak menyapa Biru, tiba-tiba berhenti. Memperhatikan Biru yang tersenyum manis dan hangat secara bersamaan. Tatapan penuh kasih sayang itu selaras dengan tangannya yang membelai kepala kucing. Sampai membuat kucing itu nyaman.

Ini adalah kali pertama Galang melihat Biru tersenyum seperti ini. Karena Biru hanya memberinya senyum tipis juga. Selama beberapa saat, Galang menjadi kesal kepada kucing tersebut. Ingin menyingkirkannya dari sana.

Tapi, Galang buru-buru menghapus pikiran yang menurutnya aneh itu.

Dia berlari mendekati Biru sambil berseru, "Biru!"

Biru yang mendengar, menoleh dan balik menyapa Galang, "Hi."

Galang berjongkok di samping Biru yang masih mengusap kucing itu. Galang pun langsung memberikan tatapan tajam kepada kucing itu.

"Sedang apa kamu disini?" Tanyanya.

"Aku memberi kucing ini makan, dan bermain sebentar dengannya," jawab Biru.

"Pantas saja, aku cari kamu di perpustakaan kenapa tiba-tiba ada. Bisanya kamu selalu ada disana," balas Galang.

"Aku baru saja selesai. Sebelum pulang aku mampir kesini dulu." Jelas Biru.

Sekarang kucing itu berbaring di atas tanah, dan Biru bermain dengan perut kucing tersebut. Menggelitiknya, kucing itu tampaknya senang.

"Aku baru tahu ada kucing disini, siapa namanya?" Tanya Galang berusaha peduli.

"Dia sudah lama ada disini. Dan untuk namanya, aku memanggilnya dengan si hitam," jawab Biru.

Galang mendengus pelan, merasa nama itu sangat cocok dengan kucing berbulu hitam tersebut. Galang pun mencoba untuk menyentuh si hitam, tapi kuku-kuku tajam si hitam segera menyerang Galang.

"Aww!" Seru Galang yang merasa sakit akibat serangan si Hitam. Galang diam-diam melotot kepada si hitam karena kesal. Dan Si Hitam membalasnya dengan memberikan desisan tajam.

"Hitam, hitam, jangan begitu, Galang baik padamu," Biru berusaha menenangkan si hitam yang marah kepada Galang.

"Iya, hitam, aku ingin berkenalan denganmu," ucap Galang sambil memutar kedua matanya dengan malas. Lalu tersenyum dengan sangat terpaksa.

Si hitam sepertinya tidak bisa di bodohi atas kepura-puraan Galang, karena detik berikutnya dia menerkam Galang dengan taring kuku dan giginya. Galang segera berdiri dan menjauhi si hitam. Dan Biru berusaha menengkan si hitam.

"Hitam, tenanglah. Galang baik. Dia tidak bermaksud jahat."

Tapi si Hitam tidak mau mendengar, dia berusaha menyerang Galang. Galang tidak punya pilihan lain selain berlindung di balik tubuh Biru.

"Biru, lindungi aku, aku tidak tahu kenapa dia tidak suka padaku." Pinta Galang sambil memeluk Biru dali belakang.

"Hitam, jangan nakal. Kalau tidak aku tidak akan datang memberimu makan dan bermain denganmu," Biru memarahi si hitam, dan kucing itu tampaknya mengerti ekspresi kesal dari Biru. Si hitam akhirnya tenang, dia seperti menyesal, kemudian menatap Biru dengan tatapan berkaca-kaca.

"Bagus. Seperti ini. Anak baik," kata Biru. Dan kucing itu akhirnya pergi dengan perasaan senang.

"Si hitam telah pergi?" Tanyanya yang masih berlindung kepada Biru.

"Iya, dia pergi." Jawab Biru. "Galang, bisakah kamu melepas tanganmu?" Pinta Biru setelahnya.

Galang yang sadar kalau dirinya memeluk Biru dengan erat pun melepaskan itu, Galang merasa ada yang aneh dengan dirinya. Apalagi melihat wajah Biru yang sedikit merona, membuat perasaan Galang campur aduk.

"Aku tidak sengaja," Galang berusaha menjelaskan situasi canggung barusan.

"Tidak apa. Aku mengerti," jawab Biru.

Setelah itu, keduanya saling diam. Seolah kehilangan suatu topik pembicaraan, karena merasa malu kepada satu sama lain.

Galang adalah orang pertama yang memecah keheningan canggung ini, "Kenapa si hitam tidak menyukaiku ya?"

"Jangan terlalu dipikirkan, saat pertama kali aku mengenalnya, dia juga bersikap galak kepadaku," jelas Biru.

Kemudian keduanya berjalan menuju ke depan secara berdampingan."

"Benarkah?" Tanya Galang yang tidak menyangka kalau si hitam yang jinak kepada Biru, awalnya sama galaknya seperti kepada dirinya.

"Iya. Mahasiswa di sekitaran sini pun kebanyakan menghindari si hitam karena sifat agresifnya tersebut. Tapi, ketika aku berusaha lebih dekat dengannya, si hitam menjadi kucing yang lebih lunak dan baik. Mungkin dia terlihat galak kepada orang baru karena merasa takut atau familiar. Tapi saat semakin dekat, dia tidak lagi agresif."

Biru menjelaskan kucing itu secara panjang lebar, dan Galang pun menyadari hal ini. Biasanya Biru tidak berbicara sebanyak ini. Bahkan kepada Galang sendiri!

"Kamu tampak menyukainya." Ucap Galang secara tidak sadar.

Saat Biru tersenyum manis dan mengangguk pelan seraya menjawab, "Ya, aku menyukainya." Rasanya Galang ingin berteriak keras kepada kucing itu!

Walaupun begitu, tampaknya apa yang dikatakan oleh Henri itu benar. Biru sedikit lebih terbuka ketika membahas apa yang disukainya, dengan celah ini, Galang yakin dia bisa lebih dekat kepada Biru dari pada sebelumnya.

"Aku iri kepada si hitam," ucap Galang.

Biru berhenti berjalan dan menatap Galang, "Kenapa iri?"

"Dia mendapatkan cinta dan kasih sayangmu," balas Galang.

Detik itu juga, Biru langsung membeku di tempatnya. Setelahnya dia memalingkan mukanya dari Galang, jadi Galang tidak tahu bagaimana ekspresi Biru saat ini.

"Omong-omong, kamu tidak akan kembali lagi ke perpustakaan?"

"Tidak."

Galang heran, kenapa pula anak yang terobsesi belajar ini tiba-tiba berhenti.

"Kenapa? Bukankah hari masih sore?" Tanya Galang penasaran. Karena biasanya dia akan belajar sampai larut atau jam perpustakaan berakhir.

"Aku ingin segera pulang." Jawab Biru, Galang yang mendengar itu cukup terkejut.

"Tunggu," Galang berusaha menghentikan Biru dengan menahan tangannya.

"Bukankah jalan pulang ada di belakang?" Tanya Galang sambil menunjuk ke arah belakang gedung perpustakaan. Sebuah jalan rahasia yang diketahui oleh keduanya.

"Jalan itu telah ditutup," balas Biru yang sedikit cemberut.

"Ditutup?" Tanya Galang memastikan.

"Iya, seseorang telah menutupnya. Aku tidak tahu siapa itu, tapi yang pasti, aku tidak bisa lewat sana lagi," balas Biru.

Tanpa Biru ketahui, Galang sendirilah yang menutup jalan pintas itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang