Chapter-32

1.3K 146 10
                                    

Kacau.

Satu kata yang menggambarkan situasi Hotel M saat ini.

Galang yang baru saja tiba di Hotel M Semenanjung Timur setelah menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan. Dia sudah dua kali naik pesawat komersial, satu kali naik kapal laut dan kapal yang lebih kecil. Itu adalah perjalanan paling lama yang pernah Galang tempuh.

Setelah melalui itu, dia harus menerima sambutan Hotel M yang benar-benar kacau.

Mungkin karena Hotel ini hampir tutup, tidak ada perwakilan dari pusat yang datang dan mengurus keadaan Hotel M. Gedungnya sudah terlihat usang dibeberapa bagian. Bahkan ada beberapa tumbuhan menjalar di beberapa tempat.

Kalau ada orang lewat secara sekilas dia akan mengira kalau ini adalah Hotel terbengkalai. Sudah tidak pernah dioperasikan lagi.

Tapi itu tidak.

Ketika Galang masuk ke dalam gedung, tidak ada siapapun yang datang menyambutnya. Itu bisa dipahami, karena kedatangannya memang sengaja dirahasiakan. Dengan begitu dia bisa tahu orang-orang yang bekerja disini dengan benar.

"Halo, selamat sore."

Baru saat Galang datang ke bagian meja resepsionis, dia menyapa seorang resepsionis yang berjaga. Namun, dibandingkan tengah bekerja, dia malah asyik dengan ponsel miliknya.

"Halo?"

Tuk, tuk

Galang sampai harus mengulang kalimatnya dan mengetuk meja resepsionis agar pekerja itu menyadari kehadirannya.

"Ah, Apa?"

Pekerja itu mengerutkan keningnya karena merasa terganggu oleh seseorang. Saat dia mengangkat wajahnya, dia mendapati Galang berdiri dengan wajah datar miliknya.

"Oh, Halo. Selamat sore."

Atas sapaan itu, Galang menghela nafas kesal. Bahkan pekerja yang berada di barisan depan tidak bekerja dengan profesional. Pantas saja Hotel M ini mau bangkrut dan ditutup.

"Sebagai resepsionis, sudah tugasmu untuk menyapa tamu terlebih dahulu. Apa kau tidak tahu SOP semacam itu?"

Perempuan tersebut malah menggaruk tengkuknya dan tersenyum canggung.

"Bahkan kau tidak bisa menjawab dengan benar. Sungguh memalukan."

Pekerja itu kemudian menundukkan kepalanya. Galang semakin tidak suka dengan respon resepsionis itu.

"Dimana Manajer Hotel ini?"

"Eh?"

"Katakan, dimanakah dia berada?"

"..."

Galang memijat dahinya, tidak hanya keadaan gedung hotel yang kacau, pekerjanya juga kacau.

"Ada apa dengan keributan ini?"

Suara datang dari belakang, Galang memutar tubuhnya dan bertemu dengan seorang pria tambun. Perut besarnya itu hampir tidak bisa ditampung oleh kemeja putih yang dipakainya.

"P-pak Galang?"

Pria tersebut tampaknya mengenali Galang. Galang juga tahu orang itu. Karena mereka pernah satu kali bertemu di perayaan Hotel M di pusat.

"K-kapan Pak Galang tiba kesini? Kenapa tidak memberitahu saya?"

Dengan tubuh besarnya itu, cara jalannya cukup aneh. Keringat dingin mulai bercucuran dari atas kepalanya. Dia merasa gelisah ketika menemukan Galang, anak dari pemilik Hotel M berada di cabang ini.

"Itu tidak penting. Sekarang jelaskan semua ini."

Suara datarnya itu begitu mengancam, membuat manajer hotel merasa tidak nyaman. Resepsionis di sisi lain sudah menyembunyikan wajahnya di balik meja tinggi.

"Itu..."

"Pantas saja Hotel ini akan segera ditutup, mengingat semua yang ada disini sangatlah buruk."

"Itu..."

"Kau sama saja. Tidak bisa menjawab dengan benar. Padahal di pertemuan terakhir kali sikapmu itu angkuh."

Galang meneliti setiap sudut Hotel M. Tidak menemukan satupun pengunjung. Jelas, pelayanan dan fasilitasnya juga sudah jelek. Bagaimana mungkin ada orang yang mau tinggal di Hotel Terbengkalai seperti ini.

"Lupakan saja. Mulai besok, aku bekerja disini. Dan bersiaplah."

Setelahnya, Galang pergi meninggalkan mereka. Sambil menyeret koper besar dan tas di punggungnya. Namun, karena itu terlalu berat untuk dibawa secara bersamaan. Galang menitipkan tas yang digendongnya dan koper besar ke meja resepsionis.

"Jaga ini."

"Kami akan menjaganya dengan sepenuh hati. Tapi, Pak Galang mau kemana?"

"Bukan urusanmu."

Galang berbicara dengan ketus dan membuat manajer hotel atau Pak Anton diam membisu. Galang keluar dari Hotel itu lalu menelusuri jalan di depannya.

Dia terlalu lelah untuk mengurus keadaan kacau Hotel ini. Jadi, dia memilih untuk merilekskan pikiran dan tubuhnya. Dia dengar ada pantai tidak jauh dari sini. Jadi, dia akan melihat itu.

"Melihat matahari terbenam di sore hari itu adalah pemandangan yang menakjubkan."

Walaupun harus tinggal di pelosok dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Setidaknya dapat terbayar oleh suasana laut yang menyenangkan. Tapi, sayangnya itu tidak semudah yang Galang bayangkan.

"Kenapa jalanan disini tidak ramah untuk jalan kaki?"

Itu karena jalanan yang masih dari tanah itu memiliki lubang besar dimana-mana. Bahkan di beberapa lubang tersebut terdapat genangan air. Kalau Galang tidak berhati—

"Astaga!"

Jalan yang licin membuat kakinya terpeleset dan berakhir dirinya jatuh dikubangan air berlumpur.

"Sialan!"

"Aku benci tempat terpencil seperti ini!"

Galang kembali menarik kata-katanya dan kembali ke setelan awal. Pakaian yang sudah berkeringat sekarang tambah kotor akibat air lumpur yang berwarna coklat.

"Sial! Sial!"

"Aku ingin pulang!"

Hanya karena satu kesalahan kecil, Galang malah ingin kembali pulang. Melupakan rencana untuk mengatur Hotel M agar kembali maju dan mendapatkan posisi Direktur Utama menggantikan ayahnya.

Lebih baik tinggal di kota saja. Dia bisa dengan mudah pergi kemana-mana menggunakan mobilnya. Jalanan di kota juga beraspal mulus. Dia tidak mungkin masuk dalam kubangan seperti sekarang ini!

"Aku muak!"

"Permisi, apa kamu baik-baik saja?"

Galang membeku di tempatnya. Emosi membara yang masih ada beberapa detik lalu dengan cepat menguap ketika dia mendengar suara lembut dari belakang tubuhnya. Seolah membawanya ke lautan lepas dengan air yang tenang. Begitu menyegarkan.

Dan dirindukannya.

Orang itu datang mendekat lalu berjongkok di depan Galang sambil mengulurkan tangannya. Untuk sesaat tubuhnya sedikit tersentak melihat wajah Galang. Tapi, itu seperti khayalan Galang saja, karena dia memasang wajah biasa saja.

"Biru, itukah kamu?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Contined

Author Note : My baby Biru, aku merindukanmu😭

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang