Chapter-6

1.1K 107 1
                                    

"Memangnya kenapa?"

Biru bingung, kenapa Galang tiba-tiba menyuruhnya menjauhi Robi. Padahal dia dan Robi sendiri tidak mengenal satu sama lain. Dan Biru yakin, kalau mereka tidak akan bertemu lagi.

"Lakukan saja. Bisa, kan?"

Galang sepertinya tidak mau memberi penjelasan. Tapi wajahnya yang menunggu persetujuan Biru, membuat Biru mengangguk. Wajah tampan tapi memiliki kesan cantik secara bersamaan itu sekarang tersenyum dengan lebar. Biru sampai membayangkan kalau di belakang tubuhnya ada ekor yang bergerak.

"Aku senang mendengarnya!" seru Galang.

Biru tersenyum tipis dan mengangguk. Merasa lega karena Galang telah kembali ke sikap semulanya. Mungkin Galang dan Robi memiliki masalah, dan Galang tidak bisa mengatakan itu.

"Karena kita sudah sampai di perpustakaan, terima kasih karena telah menemani istirahatku sambil membelikan aku minuman dan makanan." ucap Biru.

"Jangan sungkan." balas Galang.

"Sebaiknya kamu pulang saja," kata Biru.

"Apa?" Tanya Galang.

"Hari sudah malam, bukankah sebaiknya kamu pulang?" Biru balik bertanya.

Area di sekitar kampus sudah mulai sepi. Tidak banyak orang di sana. Saat biru memperhatikan area di sekitar mereka, hanya mereka berdua yang tersisa.

"Bagaimana denganmu?" tanya Galang.

"Aku akan tinggal di perpustakaan selama satu jam ke depan." jawab Biru.

Galang mengerutkan keningnya dan bertanya, "Jangan bilang kamu tinggal di perpustakaan seperti kata orang-orang?"

"Hah?! Aku tidak." sangkal Biru yang terkejut.

"Kalau begitu kenapa kita tidak pulang bersama saja sekarang?" tanya Galang.

"Aku harus belajar," jawab Biru pelan sambil menunduk. Biru tidak mengetahui kalau Galang tengah kesal sambil memijat dahinya.

"Lihat, kamu mungkin satu-satunya orang yang belajar jam 9 malam di kampus. Apa kamu tidak merasa takut sendirian belajar. Bisa saja ada hantu di dalam." Galang berusaha menakut-nakuti Biru. dan tampaknya itu berhasil, karena Biru terlihat gelisah dan berkeringat dingin.

"Atau memang kamu hantunya?" goda Galang.

"T-tidak, aku bukan Hantu!"

"Baiklah, aku tunggu kamu disini."

Biru yang ketakutan sampai berlari menuju perpustakaan, membereskan semua barangnya dengan tergesa-gesa. Dia tidak berani menoleh ke samping atau bahkan ke belakang tubuhnya sekalipun. Dia kembali ke pintu masuk dengan nafas yang terengah-engah.

Biru mendapati Galang yang sepertinya tengah menahan tawa.

"Kenapa?" tanya Biru.

"Tidak, tidak." jawab Galang.

"Kalau begitu ayo kita pergi." ajak Galang. Tapi Biru menghentikan Galang dengan memegang ujung bajunya, "Maaf, tapi kita harus berpisah disini."

"Kenapa? Bukankah gerbang keluar ada di depan sana? Kita bisa pergi bersama."

"Sebenarnya aku punya jalan pintas!" seru Biru dengan gugup.

"Jalan pintas?"

Biru membawa Galang bersamanya menyusuri area belakang kampus yang dipenuhi oleh pohon tinggi dan lebat. Tidak banyak cahaya yang masuk ke area ini karena ada gedung tinggi yang membelakangi. Tapi Biru dan Galang tidak perlu khawatir, karena Biru membawa senter.

"Serius, kita lewat area sini?" tanya Galang. Dia memperhatikan jalan yang dipenuhi dedaunan dan ranting yang telah kering berserakan, apalagi tanahnya terasa lembab, jadi tempat nyaman untuk hewan melata tinggal.

"Iya, kita harus berjalan sedikit lagi," ucap Biru yang memimpin di depan.

"Kamu melewati jalan ini setiap hari?" tanya Galang lagi. Biru di depan menyuruhnya untuk berhati-hati karena ada kubangan kecil.

"Iya," jawabnya.

"Kamu tidak takut hantu?"

"Jangan katakan itu lagi!" Biru langsung berhenti berjalan. Galang sekarang berada di samping tubuh Biru.

"Kalau kamu penakut? Kenapa memilih jalan ini?" Goda Galang. Dia terlihat senang melihat Biru yang ketakutan. Biru sampai menunduk.

"Awalnya aku tidak takut karena tidak pernah berpikir kesana. Karena aku pikir, yang jauh lebih menakutkan itu manusia," ucapan Biru membuat Galang tertegun untuk sesaat. Suatu pikiran melintas di otaknya tanpa diketahui oleh Biru.

"Tapi, setelah tadi kamu membahasnya, aku jadi membayangkan hantu itu ada," keluh Biru sambil gemetaran. Tampak seperti anak kucing yang ketakutan. Galang menyeringai kemudian dia memegang tangan Biru, Biru tersentak.

"Jika kita saling berpegangan, aku akan menghalau hantu bahkan orang jahat yang ingin menyakitimu," ucapnya dengan penuh percaya diri. Biru mengangguk pelan dan berterima kasih padanya.

Galang tersenyum puas, dan perjalanan mereka kembali dilanjutkan.

Setelah melewati celah dinding pembatas, mereka berdua akhirnya berada di luar kampus. Biru buru-buru menarik kembali tangannya. Mengusap tangannya dengan sembarangan karena keringat yang membanjiri.

"Menurutku ini tindakan ilegal, karena bisa saja ada orang lain yang berniat jahat, masuk dan keluar lewat jalan tadi. Apa kamu memberitahu orang lain?" kata Galang.

"Tidak! Selama ini hanya aku yang tahu jalan ini secara tidak sengaja." Biru menjelaskan. Dia tahu jalan ini ketika hendak pergi ke kampus dengan tergesa-gesa. Kalau lewat pintu masuk depan, dia akan terlambat masuk kelas, dikala situasi tengah terjepit, dia menemukan jalan ini.

"Benarkah?" Tanya Galang yang masih ragu-ragu.

"Iya, itu benar. Aku mengetahuinya selama satu semester terakhir. Dan aku belum pernah mengatakannya kepada siapapun." jawab Biru.

"Kenapa tidak?"

"Itu karena aku tidak punya seseorang yang bisa aku beritahu."

"Tapi, kamu memberitahuku sekarang?"

"Ah, itu karena aku tidak mau menganggapku sebagai hantu penunggu."

Atas jawaban itu, Galang tertawa dengan terbahak-bahak. Hanya karena alasan konyol dan godaan Galang, Biru memberitahu Galang. Setelah puas tertawa, Galang mengusap air mata yang berada di ujung matanya.

"Aku sampai lupa kapan terakhir kali tertawa." katanya sambil menatap Biru. Setelah ia mendekati Biru. Jarak diantara mereka sangatlah dekat, Biru sampai bisa mencium aroma Galang.

"Sepertinya kamu tidak punya seorang teman?" tanya Galang.

"Iya," jawaban Biru membuat kilatan gelap di mata Galang. Ada aura aneh yang tiba-tiba muncul di sekitar tubuh Galang. Aura berat dan asing.

"Biru, aku ingin menjadi teman pertamamu." kata Galang dengan sungguh-sungguh.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang