Chapter-9

1K 100 1
                                    

"Sayang sekali, padahal jika kamu menggunakan jalan pintas itu, kamu bisa memotong waktu," ucap Galang.

Biru setuju, dengan adanya jalan pintas itu, dia bisa memotong waktu perjalanan. Dengan begitu, dia bisa berada di kampus lebih lama dari biasanya. Pulang lebih larut pun tidak masalah baginya.

Tapi, setelah jalan pintas itu ditutup sejak tadi pagi, Biru mau tak mau harus memutar arah, berjalan ke gerbang utama untuk masuk ataupun keluar.

"Karena itulah, hari ini aku pulang lebih awal daripada biasanya." Balas Biru.

"Walaupun begitu, kita bisa lebih lama menghabiskan waktu bersama," ucap Galang dengan riang. Biru mengangguk pelan, bukan ide buruk bersama dengan Galang.

Mereka berdua terus berjalan bersama menuju ke depan gerbang, sebelum itu Galang berhenti di parkiran.

"Kamu berangkat tadi naik kendaraan umum atau bawa kendaraan sendiri?" Tanya Galang.

"Aku jalan kaki," jawab Biru.

"Jalan kaki? Yang benar saja? Tidakkah kedua kakimu sakit?" Tanya Galang dengan heran. Dia saja, kemana-mana selalu membawa mobil sendiri.

"Sekalian olahraga," jawab Biru santai.

"Menurutku itu melelahkan, bagaimana kalau aku mengantarmu pulang?" Tanya Galang.

"Tidak perlu," Biru menolak penawaran Galang. Galang terlihat diam selama beberapa detik, namun berbicara kembali, "Tidak apa. Jangan sungkan. Apalagi kita satu arah? Oke?" Galang berusaha membujuk Biru dengan wajah tampannya. Dan Biru tahu, itu akan berhasil padanya. Jadi dia mengangguk setuju.

"Bagus. Sekarang kita naik ke dalam mobilku," kata Galang sambil membawa Biru bersamanya, namun kedatangan seseorang menghentikan mereka.

"Eh, tunggu dulu! Kalian mau kemana?!" Seru dari seseorang, Biru menoleh dan mendapati kalau itu adalah Indah.

"Kami mau pulang." Jawab Galang.

Indah terlihat kesal mendengar itu, wajah cantiknya cemberut. Apalagi saat melihat tangan Galang yang memegang Biru, dia segera memisahkan itu.

"Jangan pegang-pegang Galang, lo itu keganjenan jadi cowok!" Seru Indah tidak suka kepada Biru. Biru merasa tidak bersalah, karena Galang lah yang memegangnya, tapi dia yang disalahkan.

"Bukan aku yang memegangnya," jawab Biru.

"Gue ga peduli." Ucapnya acuh tak acuk kepada Biru.

Kemudian Indah menatap Galang dengan tatapan centil dan anggun, dia mendekati Galang, memeluk tangannya dan bersandar pada bahu Galang.

"Galang, antarkan aku pulang." Pintanya dengan nada manja kepada Galang.

"Tidak. Kamu pulang saja sendiri," jawab Galang dengan dingin.

"Tolonglah, Galang. Sudah lama aku tidak diantar okehmu. Apalagi hari ini, supirku tidak bisa datang menjempuku," Indah kembali memohon kepada Galang, sambil memperhatikan wajah memelasnya dengan anggun.

"Aku tidak peduli," balas Galang acuh tak acuh.

"Ih! Kamu jahat! Barusan kamu bilang mau pergi sama si kutu buku itu, tapi sekarang, kamu tidak mau mengantarku! Ini tidak adil!" Keluh Indah dengan centil.

"Terserah," ucap Galang sambil berusaha melepaskan Indah yang menjerat tangannya.

Biru yang melihat itu kemudian menatap Galang dan berkata, "Aku bisa pulang sendiri. Jadi, kamu bisa pulang mengantarnya." Biru tahu Galang akan menahannya, jadi dia segera pergi dari sana. Pergi menuju gerbang dan belok kiri masuk ke jalur yang mengarah ke tempat dia pergi.

Tit, tit,

Suara klakson mengagetkan Biru, dia akhirnya berhenti. Menatap ke samping dan menemukan mobil hitam mewah terparkir di samping trotoar jalan. Setelah itu, seseorang keluar dari pintu kemudi.

Itu Galang. Galang berlari ke arah Biru dan memegang tangan Biru. Seolah-olah takut, kalau Biru kapan saja akan pergi darinya.

"Kenapa kamu pergi begitu saja? Aku sudah bilang akan mengantarmu pulang," suaranya terdengar dari orang yang kecewa.

"Tapi, pacarmu ingin diantar oleh mu. Aku tidak bisa mengganggu kalian. Maaf," jawab Biru sambil menunduk.

Dia tidak mau jadi orang ketiga diantara orang yang tengah pacaran. Atau orang ketiga yang membuat pertikaian diantara mereka. Biru tidak mau. Jadi lebih baik, pergi secara terpisah saja.

"Pacar?" Tanya Galang seolah tidak percaya apa yang didengarnya barusan.

"Iya, pacar. Bukankah kalian berdua pacaran?" Tanya Biru memastikan.

Galang menghela nafas pelan, kemudian dia memijat kepalanya sebentar, lalu tiba-tiba mendekati Biru. Di jarak yang sedekat ini, Galang berbisik di telinga Biru.

"Dengar baik-baik Biru. Indah bukanlah pacarku. Kami tidak pacaran. Kami bukan sepasang kekasih." Setelah itu Galang menarik dirinya bertatapan dengan mata Buru selama beberapa detik. Lalu mendekat lagi dan berbisik, "Aku sekarang ini berusaha mendekatimu dengan harapan kita bisa menjadi sepasang kekasih."

Setelah mengatakan itu, Galang mundur setengah langkah, memegang kedua bahu Biru dengan erat, dan berkata dengan tegas, "Kamu mengerti?"

Tatapan Galang terlihat gelap, Biru tidak tahu apa artinya itu.

Biru merasa dihipnotis setelahnya, karena dia langsung duduk di kursi belakang. Duduk dengan tatapan kosong, dan memahami situasi.

Mengabaikan omelan Indan yang tidak suka kepadanya karena naik mobil Galang. Indah yang duduk di samping Galang, menatap Biru dengan tajam lewat kaca dashboard mobil.

"Galang, kenapa kamu bawa kutu buku ini sih?!" Keluh Indah tidak suka.

"Diam, atau kamu turun saja disini?" Ancam Galang.

"Kenapa kamu bicaranya begitu sama aku? Aku salah apa Galang? Apa Galang?" Tanya Indah seolah tidak tahu menahu.

"Salahnya karena kamu terlalu banyak mengeluh. Aku lelah mendengarnya. Jadi, sekarang diam atau aku akan menurunkanmu di tengah jalan." Setelah mendengar kekesalan Galang, Indah akhirnya diam. Dia tidak lagi melawan Galang. Wajahnya terlihat cemberut karena ngambek.

"Oh, iya satu hal lagi," ucap Galang. "Jangan memanggilnya dengan kutu buku, dia punya nama, dan itu Biru." Lanjutnya.

Setelah itu wajah Indah terlihat syok mendengarnya.

Biru tidak terlalu memperdulikan Indah, karena sekarang dia tahu, kalau Indah bukanlah pacar Galang.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang