Chapter-2

1.6K 117 0
                                    

Biru Samudera, adalah seorang mahasiswa yang sangat jarang berkomunikasi dengan banyak orang. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri dengan tenggelam pada buku-buku pelajaran.

Orang-orang yang mengenalnya secara pribadi bisa dibilang sedikit. Atau orang yang langsung berinteraksi dan melihatnya secara pribadi. Kebanyakan orang yang mengetahui nama Biru Samudera berdasarkan dari cerita mulut ke mulut.

Dalam gosip tersebut, dikatakan bahwa Biru adalah orang yang sangat berdedikasi tinggi pada mata kuliah. Dia tidak segan-segan menghabiskan setengah waktu dalam sehari untuk mempelajari berbagai hal.

Dan perpustakaan adalah tempat favoritnya. Kapanpun kamu datang ke perpustakaan, pasti kamu akan menemukannya di sana.

Walaupun ada rumor seperti itu, Biru karena saking tidak pedulinya tentang diluar hal mata kuliah, dia sampai tidak tahu. Selain itu tidak ada yang repot-repot memberitahu itu padanya.

Setelah menjalani hari-hari yang tenang tanpa memperdulikan hal yang tidak begitu penting baginya, sore kemarin Biru dikagetkan dengan pengakuan memintanya menjadi kekasih dari seseorang. Apalagi itu berasal dari seorang pria.

Saat seorang pria berlutut seperti melamar, mengaku kepadanya, "Biru Samudera, maukah kamu menjadi kekasihku?"

Biru kehabisan kata-kata. Perasaannya campur aduk antara merasa bingung, terkejut dan aneh. Dia merasa kenapa ada seorang yang tiba-tiba ada yang memintanya menjadi kekasih padahal Biru tidak mengenal pria ini. Dan ini adalah pertemuan pertama mereka.

Karena hal itulah Biru menolak menjadikannya kekasih.

Di siang ini, ternyata dia kembali bertemu dengan pria kemarin. Dia sama ramahnya seperti kemarin. Menatapnya dengan senyuman lebar dan cerah. Seolah Biru adalah orang yang berharga di hidupnya.

"Perkenalkan, aku Galang Mahendra angkatan xxx." Ucap pria yang ternyata bernama Galang itu.

Biru menjawab, "Biru Samudera angkatan xxx."

Biru cukup ragu-ragu ketika menerima uluran tangan Galang, tapi dia tetap memberanikan diri demi sopan santun. Setelah itu mereka saling menarik tangan satu sama lain.

"Ternyata kita berada di tahun yang sama!" Seru Galang dengan mata berbinar.

"Sepertinya begitu," jawab Biru dengan canggung.

"Aku tidak tahu kalau ternyata kita berada pada angkatan yang sama. Ya, walaupun beda fakultas. Namun, aku kira, kamu berada di tahun pertama. Melihat wajahmu seperti mahasiswa baru." Kata Galang.

Biru yang bingung harus merespon apa, akhirnya hanya tersenyum canggung. Dia tidak terlalu memperdulikan itu, karena memang orang yang diketahuinya sangatlah sedikit.

"Karena kita berada di tahun yang sama, tidak masalah kan aku berbicara aku-kamu?" Tanya Galang dengan semangat.

Biru tidak terlalu mempermasalahkan itu, jadi dia mengangguk setuju.

"Ehem!" Suara dehaman terdengar dari salah satu sudut perpustakaan.

"Maaf, Galang, aku tidak bermaksud menyinggungmu, hanya saja, bisakah kamu mengecilkan suaramu. Sepertinya orang-orang yang ada disini cukup terganggu," pinta Biru dengan pelan.

Wajah Galang terlihat jengkel selama sepersekian detik, tapi Biru tidak memperhatikan itu karena dia tengah memperhatikan suasana di sekitar mereka. Galang kembali memasang wajah ramah dan hangatnya.

"Oke, tidak masalah."

"Terima kasih," jawab Biru dengan pelan.

"Karena sudah begini, kenapa kita tidak pergi keluar saja untuk melanjutkan percakapan kita. Bukankah, begitu?" Tanya Galang dengan tersenyum lebar. Tanpa menunggu jawaban dari Biru, tubuh Biru ditarik oleh Galang menuju keluar perpustakaan.

Biru merasa deja vu dengan kejadian kemarin. Dimana dia tiba-tiba di tarik paksa oleh Galang. Tapi kali ini Galang membawanya ke sebuah kantin kampus terdekat.

Galang baru berhenti di depan kantin, melepaskan tangannya yang menjerat pergelangan tangan Biru. Kemudian memutar badannya dan mereka saling berhadapan.

Biru memegang pergelangan tangan kanannya.

"Apa itu sakit?" Tanya Galang dengan penuh perhatian.

"Mn," jawab Biru pelan sambil menganggukan kepalanya.

Galang mendengus tanpa diketahui Biru. Kemudian kembali memperlihatkan wajah khawatir, "Sepertinya aku memegangmu terlalu kuat. Aku sampai tidak menyadari itu. Aku tidak sengaja."

"Tidak apa-apa," balas Biru.

Galang menyeringai pelan dan bergumam sangat pelan, "Pria lemah."

"Galang!"

Seseorang memanggil Galang dari suatu arah. Biru mencari asal sumber suara itu. Dari bagian samping tubuhnya, dia melihat seorang perempuan dengan rambut panjang bergelombang, pakaian yang pas dan rok di atas lutut datang berlari.

"Galang kamu dari mana aja sih! Aku cari-cari dari tadi tidak ketemu!" Seru perempuan itu dengan nada jengkel. Walaupun begitu dia tetap memperbaiki pakaian dan rambutnya. Dia juga menyeka keringatnya dengan gerakan anggun dan manis. Seperti seorang tuan putri yang terdidik dengan baik.

"Aku tadi berada di perpustakaan," jawab Galang acuh tak acuh.

"Kenapa kamu ga bilang sama aku! Kamu tahu apa yang aku lewati untuk menemukanmu disini!" Balas perempuan itu.

"Aku sampai harus bertanya di forum sekolah! Apakah ada yang melihat Galang? Untung saja ada yang menjawab. Kalau tidak aku harus mencarimu di seluruh area universitas ini yang sangat luas. Bagaimana kalau aku kelelahan dan pingsan. Tidak ada yang mau menolongku," tambahnya dengan cara melebih-lebihkan. Nada suaranya pun terdengar cukup centil untuk orang yang kesal.

"Memangnya kenapa kamu mencariku? Aku tidak menyuruhmu sama sekali." Jawab Galang dengan nada tidak peduli.

"Ihhh, Galang! Kamu kan sudah janji! Kita mau makn siang di luar hari ini!" Jawabnya dengan wajah cemberut.

"Benarkah?" Tanya balik Galang.

"Ihhh... Galang," jawabnya dengan centil.

Biru yang ada di tengah-tengah mereka merasa bingung. Kenapa dia harus terjebak diantara dua orang yang bertengkar? Apalagi perempuan itu, seperti menganggap Biru tidak ada. Walaupun Biru sendiri tidak membutuhkan perhatiannya.

"Dengar, aku tidak ingat sama sekali kapan aku berjanji mau makan siang diluar bersama hari ini. Tapi asal kamu tahu, aku tidak bisa." Tolak Galang kepada perempuan itu.

"Kenapa? Kenapa kamu ga bisa Galang?" Tanya perempuan itu, masih dengan wajah cemberut dan nada centilnya.

"Apa karena pria jelek ini?" Tunjuknya kepada Biru dengan wajah jijik.

Galang memijat dahinya, menghela nafas pelan, kemudian dia menjawab, "Lihat ucapanmu. Jangan sembarangan berbicara."

"Ya, aku akan makan siang bersamanya. Jadi, Indah, aku tidak bisa makan siang bersamamu di luar." Tegas Galang.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang