Chapter-4

1.3K 107 4
                                    

Di sebuah kafe yang terletak di sekitaran kampus, Galang beserta teman-temannya tengah nongkrong. Mengobrol berbagai hal ditemani kopi dan cemilan hasil traktir dari Galang.

Obrolan mereka terasa lebih ringan dan santai, karena Robi, orang yang bisanya mencari gara-hara kepada Galang tengah tidak ada. Henri pun merasa lebih tenang dan tidak pusing. Karena jika mereka berdua berada di tempat yang sama, ada saja yang mereka ributkan, hal kecil sekalipun.

"Hi, Galang!" Seruan itu datang dari mahasiswa satu satu fakultas dengan Galang. Beberapa mahasiswa datang mendekati Galang. Dan perempuan yang menyapa Galang langsung duduk di samping Galang.

"Hi," jawabnya santai.

"Sejak kemarin aku tidak melihatmu. Kemana saja, kamu?" Tanya perempuan itu sambil menyandarkan kepalanya di bahu Galang. Galang tersenyum puas. Kemudian melingkari tangannya di punggung perempuan itu.

"Aku ada di kampus, benar kan teman-teman?" Tanya Galang kepada teman-temannya. Mereka menjawab mengangguk dan serempak mengatakan ya. Kemudian mereka menatap Galang dengan iri karena bisa membuat ratu fakultas bersandar padanya.

"Ada kabar aneh yang aku dengar kemarin, apa benar kamu menyatakan cinta pada seorang pria?" Tanya perempuan itu.

"Mn... ya," jawab Galang ragu-ragu. Dia merasa malu mendapati kalau kabar tersebut sudah menyebar. Galang tidak mau mengakui itu, tapi banyak saksi mata yang melihat mereka. Selain itu dia secara spontan melakukannya di tempat umum.

"Jadi, sekarang kamu menyukai pria?" Tanya perempuan itu dengan dahi yang mengkerut.

"Siapa bilang aku suka pria!" Bantah Galang dengan keras.

"Aku tidak pernah menyukai pria! Tidak saat ini atau di masa depan!" Tegasnya dengan jelas.

"Oh, begitukah? Aku senang mendengarnya," perempuan itu merasa puas dengan jawaban Galang. Kemudian dia memeluk Galang dengan erat dari samping.

"Lantas kenapa kamu menembaknya?" Tanya perempuan itu.

"Ah, itu..." Galang tidak mau mengatakan kalau itu adalah sebuah tantangan. Dia tidak akan mengatakan itu, sebelum dia berhasil menaklukan Biru. Tidak untuk saat ini.

"Lupakan itu, bagaimana kalau malam ini kita pergi keluar? Kamu mau?" Galang akhirnya mengalihkan pembicaraan.

"Tentu! Aku mau!" Seru perempuan itu dengan bahagia.

Henri yang duduk tidak jauh dari Galang hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan. Dia sudah sering melihat Galang yang gonta ganti pasangan. Galang seolah tidak serius dengan siapapun. Walaupun dia memperlakukan mereka dengan baik. Tapi tidak pernah satupun diantara mereka yang resmi menjadi pacar Galang.

Setelah beberapa kecupan di pipi Galang, perempuan itu merasa puas dan pergi sambil berkedip dengan menggoda kepada Galang. Galang hanya tersenyum tipis.

"Aku dengar-dengar, pria bernama Biru itu sangat terobsesi dengan belajar," salah seorang teman Galang mulai mengangkat bicara.

"Aku pernah mendengarnya dari seseorang. Katanya dia seperti penunggu kampus kita," timpal teman Galang yang lain.
"Maksudmu?" tanya yang lainnya.

"Mereka tidak pernah melihatnya keluar atau masuk ke area kampus." jawab teman Galang.

"Terdengar seperti cerita hantu." Teman Galang yang lain bergidik ngeri.

Galang yang mendengar percakapan ini merasa tertarik. Mereka seperti membicarakan Biru sebagai sosok hantu.

"Apa itu benar Galang?"

Tanya mereka kepada Galang. Semua orang melihat ke arahnya, menunggu jawabannya. Galang secara acuh tak acuh menjawab, "Entahlah, aku tidak tahu soal itu."

Setelah mendengar jawaban itu, teman-teman Galang berhenti membahas Biru dan beralih ke topik lain. Tapi Galang di tempat duduknya, memikirkan Biru dengan tenang. Merencanakan apa yang harus dilakukannya, supaya dia dan Biru bisa semakin lebih dekat.

Hari berlalu begitu saja, di keesokan harinya, Galang disibukkan dengan rentetan mata kuliah dari pagi hingga sore hari. Dia merasakan tubuhnya pegal dan kaku. Saat teman-temannya hendak mengajak Galang untuk nongkrong di suatu kafe, Galang menolak.

"Aku tidak akan ikut kali ini" Teman-teman Galang lalu memasang wajah kecewa mendengar itu.

"Tapi kenapa? Bukankah lebih baik kita bersantai sejenak di kafe." Kata salah satu teman Galang.

"Aku absen dulu. Kalian pergi saja, aku duluan!" tanpa menunggu jawaban teman-temannya, Galang pergi meninggalkan mereka yang mengeluh.

Setelah jauh, Galang menyeringai dan mendengus, "Kalian kecewa bukan karena aku tidak ikut, tapi karena kalian tidak bisa mendapatkan makanan gratis, kan?" katanya pada dirinya sendiri.

"Baiklah, karena aku punya waktu kosong, sebaiknya memanfaatkan waktu ini untuk mendekati Biru. Tapi tunggu, aku tidak punya nomor ponselnya. Jadi aku tidak bisa mengetahui dimana dia sekarang."

Galang mengeluh, Biru bisa ada dimana saja saat ini. Dan itu sangat tidak efisien jika mencari Biru. Namun mengingat ucapan dari beberapa temannya, mengatakan Biru adalah penunggu kampus. Bukan tidak mungkin biru ada di perpustakaan.

Dan itu benar saja!

Galang menemukan Biru tengah belajar dengan sangat fokus di salah satu meja kosong dekat jendela. Cahaya matahari sore masuk dan menyentuh bagian belakang tubuhnya. Dia juga tengai memakai headset, sepertinya belajar sambil mendengarkan musik.

"Anak ini, dia memang terobsesi dengan belajar," gumam Galang.

Dia mendekati Biru dan duduk di seberangnya. Biru masih tidak menyadari kalau ada orang di depannya sampai setengah jam ke depan. Dan itu sangat membuat Galang jengkel. Bisa-bisanya dia mengabaikan Galang! Pria populer nomor satu di kampus!

"Aku tidak heran jika dia sebenarnya adalah robot-belajar."

Kehabisan kesabaran, Galang mengetuk meja disamping Biru, baru saat itulah Biru terkejut. Dia segera melepas headsetnya dan berkata, "Galang?"

"Ya, aku Galang," jawabnya sambil tersenyum terpaksa.

"Sejak kapan kamu ada disini?" tanya Biru.

"Sejak tadi," jawab Galang.

"Maaf, aku tidak sadar." ucap Biru.

"Tidak masalah. Aku mau tanya, apa kamu tidak lelah belajar? Aku hampir tidak melihatmu istirahat." Galang akhirnya penasaran dan bertanya kepada Biru.

"Ini bukan seperti aku lelah atau tidak. Tapi aku tidak bisa." Jawab Biru.

"Maksudmu?" tanya Galang.

"Tidak bukan apa-apa. Kenapa kamu datang lagi hari ini?" Biru balik bertanya.

"Yah, setidaknya, walaupun dia robot-belajar, dia masih bisa diajak bicara dan peduli padaku," gumamnya dengan sangat pelan.

"Apa?" tanya Biru.

"Maksudku, memangnya aku tidak boleh bertemu lagi denganmu?" Galang balik bertanya.

"Aku tidak bermaksud seperti itu," Biru merasa tidak enak dan segera mengoreksi.

Galang menghela nafas pelan, kemudian dia duduk di samping Biru dan berbisik kepada Biru, "Kita sudah saling mengenal, jadi bukan hal aneh kalau aku ingin bertemu denganmu."

Galang melihat kalau tubuh Biru sedikit gemetar, dia tersenyum licik. Kemudian dia berbisik lagi.

"Kamu bukan hantu penunggu kampus kita, kan?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang