Pagi ini Biru berdiri di pinggiran jalan menunggu Galang datang menjemputnya. Kemarin sore setelah mengantar Biru pulang, Galang bersikeras ingin menjemput Biru pagi ini. Karena mereka sama-sama memiliki mata kuliah di pagi hari.
Biru tidak bisa menolak. Jadi dia, menunggu Galang di pinggiran jalan. Sesekali beberapa orang melewatinya. Hari sudah mulai terasa panas oleh terik mata hari. Sebelum Biru memutuskan untuk pergi, seseorang datang menghampirinya.
"Permisi,"
Seorang pria muda namun dengan postur tubuh yang lebih tinggi dari Biru, menyapa.
"Halo?" Ucap Biru canggung. Merasa kurang nyaman dengan orang baru.
"Maaf, mengganggu waktunya, saya mau tanya jalan." Ucap Pria muda itu dengan senyuman ramah dan hangat.
"Tentu," jawab Biru sambil mengangguk pelan.
"Bisakah kamu memberitahu saya jalan menuju Universitas Surya Kencana?"
Biru mengangguk, itu adalah nama Universitas tempat dia berkuliah. Biru kemudian menunjuk ke bagian kiri sambil menjelaskan, "Kamu hanya perlu mengikuti jalan trotoar ini. Mungkin sekitar 30 menit berjalan, kamu akan menemukan gerbang universitas."
"Terima kasih banyak!" Seru pemuda itu dengan riang. Seperti seekor anak anjing yang bersemangat.
"Biru." Suara berat datang dari arah berlawanan, Biru dan pria muda itu menoleh secara bersamaan.
"Oh, Galang." Sapa Biru.
Galang melihat pria muda itu dan Biru secara bergiliran, kemudian dia memegang tangan Biru, Biru belum sempat bereaksi segera ditarik Galang menuju mobil hitam mewah Galang yang terparkir tidak jauh.
Galang membuka pintu penumpang di samping kemudi. Biru disuruhnya masuk ke dalam dan duduk. Biru menuruti itu. Tidak lama, Galang masuk di pintu kemudi. Masuk dengan wajah yang tidak berekspresi.
"Aku kira kenapa kamu tidak membolehkan aku duduk di depan, ternyata si kutu buku ini yang duduk disana!" Suara keluhan Indah terdengar dari belakang. Biru baru menyadari keberadaan Indah di dalamnya.
Saat menoleh ke belakang, Indah memberi tatapan tajam kepada Biru. Biru hanya menghela nafas pelan. Padahal mereka tidak mengenal satu sama lain, tapi Biru merasa kalau Indah sudah sangat membencinya tanpa alasan yang jelas.
Galang di belakang kemudi tidak menanggapi Indah. Dia fokus menghidupkan mobil dan mengendalikan mobil masuk kembali ke area jalan raya.
"Galang! Kenapa kamu bawa dia lagi di mobil ini sih! Padahal mengantarnya sekali saja sudah sangat cukup!" Seru Indah dengan keras dari belakang, dia sepertinya tidak akan berhenti mengeluh.
"Apa kamu tidak takut, pakaian jeleknya itu akan merusak mobil ini? Membuat mobil ini bau? Ewww." Indah mengatakan itu seolah-olah Biru adalah orang yang menjijikan.
Biru merasa sakit hati dengan kalimat Indah. Dia menatap pakaiannya, yang memakai kaus putih, luaran jaket dan celana jeans. Mungkin dimata Indah ini adalah pakaian miskin.
Sebelum Galang membalas, Buru lebih dahulu berbicara, "Kau tahu apa yang lebih menjijikan daripada pakaian jelekku ini?" Tanpa menunggu jawaban Indah, Biru menjawab, "Yaitu, perilakumu."
Indah naik pitam dan begitu marah mendengar itu, Galang di sisi lain tidak menyangka apa yang di dengarnya, dia sampai menahan senyumannya. Biru kaget, saat tangan Galang mengusap kepalanya dan menatapnya dengan lebar.
Biru merasakan pipinya menghangat. Dia merasa lampu merah di depan terlalu lama berganti. Karena selama itu, Galang masih menatap Biru.
"Jangan katakan, kutu buku ini adalah orang yang kamu ajak jadi sepasang kekasih?" Tanya Indah sambil menunjuk Biru.
"Ya," jawab Galang singkat.
"Hah?! Apa?! Aku kira itu hanya omong kosong seseorang di forum sekolah. Tapi ternyata itu benar?! Tapi kenapa?!" Indah kelabakan, dia benar-benar terkejut tidak terima dengan fakta itu.
Galang tidak menjawab apapun, Biru sebenarnya cukup penasaran.
"Katakan Galang? Kenapa harus dia? Kamu tahu dia adalah seorang pria?"
Galang tidak menjawab lagi pertanyaan Indah, mobil yang dibawa Galang mulai memasuki area universitas. Dia dengan lancar memarkirkan mobilnya di parkiran kosong. Baru ketika mesin mobil dimatikan, Galang menjawab, "Kenapa memangnya kalau dia seorang pria? Aku rasa tidak ada yang salah dengan itu." Setelah itu dia keluar dari mobil dan mengajak Biru.
Indah ditinggalkan begitu saja dengan semua kejengkelan di dalam dirinya.
Biru diam-diam menatap Galang dari samping saat mereka berjalan bersama. Galang yang sadar akan hal itu berbicara, "Kamu terpesona dengan wajahku?"
Biru merasa malu, jadi dia tidak menjawab apapun.
"Aku harus segera masuk ke dalam. Sampai jumpa di siang hari nanti. Aku akan datang menemuimu." Ucap Galang sambil mengusap rambut Biru. Biru mengangguk pelan.
Biru sampai lupa, alasan kenapa tadi Galang terlihat dingin.
***
Siang itu, Biru masih memiliki kelas. Dia duduk di barisan paling belakang dan paling dekat dengan pintu. Memperhatikan penjelasan dosen di depan.
Saat tengah fokus, tiba-tiba terdengar suara pintu di sampingnya yang dibuka dengan sangat pelan. Karena saking pelannya, hanya Biru yang menyadari itu dan menoleh.
Galang menyapanya dengan melambaikan tangannya. Dia masuk ke dalam kelas dengan diam-diam dan duduk di samping Biru.
"Kenapa kamu masuk?" Tanya Biru sambil berbisik.
"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku kesepian," jawab Galang dengan pelan.
Biru terkekeh pelan mendengar itu, tidak menyangka dengan jawaban Galang. Galang yang penasaran, bertanya, "Kenapa tertawa?"
"Tidak. Maaf. Kenapa kamu tidak menghabiskan waktu dengan temanmu saja? Kamu tahu, mata kuliahku masih lama," Biru merasa tidak enak kepada Galang. Galang setiap harinya selalu datang menemui Biru di siang hari dan sore harinya. Biru sampai tidak tahu kapan Galang menghabiskan waktu dengan temannya sendiri.
"Mereka tidak penting," mendengar jawaban Galang, Biru merasa kalau Galang menganggapnya lebih penting dari teman-temannya. Dan hal itu sudah cukup membuat Biru malu. Dia berusaha menyembunyikan wajahnya di antara buku-buku.
"Bisakah aku tidur disini, aku tidak akan membuat keributan sampai kelasmu selesai?" Tanya Galang.
Biru mengangguk pelan, kemudian Galang menyandarkan kepalanya pada bahu Biru. Merasakan kalau suara dari dosen yang keras bak sebuah nyanyian lagu pengantar tidur.
Tidak butuh waktu lama, hingga Galang benar-benar tertidur. Biru sesekali menganatap Galang di samping. Baru kali ini Biru memperhatikan wajah Galang dengan seksama.
Wajah Galang adalah campuran dari kata tampan dan cantik. Dipahat dengan begitu sempurna. Mata yang dalam, hidung yang menjulang tinggi. Semuanya memiliki kesan sempurna. Dan Biru heran, kenapa pria setampan Galang bersikeras ingin menjadi kekasihnya.
Padahal Biru memiliki penampilan biasa-biasa saja, dan perkataan Indah tadi pagi juga benar. Dia hanyalah seorang anak miskin. Tidak memiliki barang mewah, atau pakaian mewah sekalipun.
Biru diam-diam bertanya kepada Galang, "Apa alasan kamu menyukaiku?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|
Ficción GeneralGalang Mahendra hanya menganggap Biru Samudera sebagai objek tantangan konyol. Setelah di tolak oleh Biru, Galang tetap tidak menyerah dengan tanyangan konyol yang mengharuskannya jadian dengan Biru. Galang berusaha melakukan segala cara agar Biru m...