Chapter-42

1.4K 132 6
                                    

"Jadi, kamu mau bekerja disini?"

"Berapa kali lagi aku harus mengulangnya?"

Walaupun mendengar nada malas dan enggan dari Biru, Galang tetap tersenyum lebar. Hampir sama seperti dengan senyuman kala itu. Hanya saja, itu semua adalah kebohongan belaka.

Biru tidak tahu apa dia benar tulus atau tidak.

"Maaf, aku hanya kaget kamu mau menerima tawaranku!"

Responnya begitu gembira, Biru merasa heran. Kenapa dia harus berlebihan seperti ini. Padahal, bukan seperti Biru akan menerima lagi dalam hidupnya.

Tapi, biarkan saja.

"Jadi, apa yang harus aku kerjakan?"

"Sebelum itu, masuk ke dalam dulu. Kita duduk di sofa ruang tamu. Apalagi ada tamu kecil di belakangmu."

Galang melihat ke belakang tubuh Biru, dan Dion yang tadi hanya mendengar percakapan mereka sambil mengintip memperhatikan Galang. Tiba-tiba tersentak ke belakang.

Galang datang mendekat lalu berjongkok di depan Dion, "Anak manis, perkenalkan nama kakak adalah Galang. Kalau namamu siapa? " Galang bertanya dengan suara lembut dan ramah. Dion yang awalnya malu-malu tapi setelah melihat kakaknya mengangguk setuju. Dion mendekati Galang dan membalas uluran tangannya.

"Saya Dion."

"Nama yang bagus, cocok untuk kamu yang menggemaskan dan tampan."

Dion tampaknya malu mendengar pujian itu, dia akhirnya kembali bersembunyi di belakang tubuh Biru.

"Duduk dulu."

Biru dan Dion mengikuti perintah itu lalu duduk di sofa panjang, sedangkan Galang duduk di seberang mereka berdua.

"Jadi, ke intinya saja. Aku butuh kamu untuk datang setiap harinya."

"Setiap hari?"

"Ya. Walaupun kamu datang setiap hari, kamu hanya perlu membersihkan villa seminggu 3 kali saja. Lagipula hanya aku sendiri yang tinggal. Setiap harinya pekerjaanmu adalah membuat hidangan untuk pagi, siang dan malam."

"Tapi aku tidak bisa membuat masakan yang berbeda. Kemampuan memasakku tidak sebagus itu."

"Tidak apa. Aku tidak pilih-pilih. Aku akan makan apapun yang kamu masak!"

Biru diam sebentar, memikirkan detail pekerjaan yang Galang minta. Melihat Dion di sampingnya tengah bersandar kepadanya, Biru jadi ingat sesuatu.

"Bisakah aku membawa Dion kesini. Aku berjanji dia tidak akan menimbulkan kekacauan apapun. Aku akan menjaganya."

"Tentu. Aku tidak masalah dengan itu. Selama kamu bahagia, aku juga merasakan hal yang sama."

Biru jelas mengerutkan keningnya ketika mendengar Galang berkata seperti itu, Galang yang sadar kemudian buru-buru menjelaskan.

"Tidak, maksudku. Apa yang membuat kamu nyaman, tidak masalah bagiku."

"Baiklah."

"Kalau untuk gaji, aku akan memberikanmu sebanyak 12 juta."

"12 Juta?!"

Biru kaget mendengar nominal sebesar itu, jelas uang sebanyak itu di daerah terpencil seperti ini adalah nilai yang begitu fantastis. Sekalipun dia bekerja di kota, dia tidak akan mendapatkan gaji sebesar itu. Kecuali jika posisinya cukup tinggi dan beban kerjanya besar.

Tapi, disini, dia hanya ditugaskan datang setiap harinya, itupun hanya untuk memasak. Selebihnya dia hanya akan membersihkan villa 3 minggu sekali. Dia merasa itu tidak sebanding dengan apa yang dikerjakannya.

"Itu terlalu besar."

"Aku tidak melihat itu sebagai masalah."

Biru menghela nafas. Walaupun Galang memang kaya atau pewaris hotel, tapi jika dia bekerja dengan gaji sebanyak itu, dia merasa dia tidak pantas dan tidak berhak.

"Turunkan saja gajinya. Lagipula pekerjaan rumah tangga hanya dibayar 2 sampai 3 juta saja."

"Bagaimana kalau 6 juta? Tapi, aku punya tambahan syarat. Kamu, perlu menjaga satu ekor kucing."

"Kucing?"

Itu adalah suara Dion, dia tampak tertarik saat Galang mendengar nama kucing. Dia segera turun dari atas sofa dan mendekati Galang.

"Mana kucingnya?!"

Anak itu terlihat sangat antusias, kedua matanya bergerak ke sembarang arah, berusaha menemukan keberadaan kucing.

"Dia masih ada di hotel. Kakak belum membawanya kesini."

"Yahh..."

Anak itu jadi lesu dan kecewa.

"Jangan khawatir, setelah kakak dan kak Biru selesai berbicara, kakak akan segera membawanya kesini. Apa Dion mau tinggal disini dan menunggu?"

"Em! Dion mau!"

Galang dan Dion mereka tersenyum lebar kepada satu sama lain, Biru di sisi lain memperhatikan mereka berdua. Tidak menyangka kalau Biru akan langsung akrab dengan Galang.

Tanpa Galang ketahui, ada senyuman tipis di wajah manis itu.

***

"Biru, kamu dan Dion tinggal disini. Aku akan pergi ke hotel membawa barang-barang milikku."

"Baik."

Setelahnya, Galang keluar dari vila dan meninggalkan mereka berdua. Tidak mau diam saja, Biru membawa Dion menuju dapur dan menyuruhnya untuk duduk di salah satu kursi.

"Dion, diam disini. Kakak mau masak dulu."

"Iya, Kak!"

Dion sangat patuh dan duduk dengan tenang disana. Sedangkan Biru sudah mulai memeriksa bahan makanan yang mungkin sudah tersedia. Namun, saat dia membuka lemari es, tidak ada satupun makanan ataupun minuman disana.

Biru menghela nafas pelan, Galang memang belum membeli apapun. Mungkin karena dia tidak tahu dimana harus membelinya. Oleh karena itu, Biru kembali berjalan ke depan dan menunggu beberapa saat sebelum akhirnya Galang datang dengan membawa tas koper besar, satu kantong hitam dan  satu tas kucing di belakang tubuhnya.

"Kenapa kalian tidak menunggu di dalam?"

Biru tidak membalas apapun, sedangkan Dion sudah berlari menghampiri Galang.

"Paman, mana kucingnya?!"

"Dia ada di belakang. Tunggu sebentar."

Biru datang mendekat karena melihat Galang yang cukup kerepotan membawa barang bawaannya. Namun, sebelum dia menawarkan bantuan, Galang sudah lebih dulu menghentikannya.

"Tidak, perlu. Ini sangat berat."

Padahal Biru juga pria, walaupun memang tidak sekekar Galang.

Galang menurunkan barang bawaan miliknya di ruangan tengah. Dion sudah berdiri di sampingnya, menunggu kucing dikeluarkan dari dalam tasnya.

Meong.

Saat itu, kedua mata hitam itu bertemu dengan mata Biru yang indah. Beberapa saat hanya ada hening, sebelum akhirnya kucing itu berlari dan mengitari kaki Biru. Mengendus tubuh Biru lalu kembali menatapnya dengan lekat.

Si Hitam.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang