Mungkin sudah 7 tahun berlalu sejak pertemuan terakhir mereka.
Galang benar-benar tidak menyangka dengan sosok malaikat di depannya ini. Masih seperti dulu, penampilan Biru begitu lembut dan menyejukan. Dia seperti membawa aura yang membuat Galang nyaman.
"Biru, itukah kamu?"
Biru, pria itu sedikit mundur ketika Galang tiba-tiba berdiri dengan pakaian basahnya itu. Air langsung bercucuran dari atas tubuhnya. Kemudian bau menyengat segera datang menghampiri hidung Biru. Secara spontan dia langsung menutup hidungnya.
"Kenapa kita harus bertemu di situasi yang memalukan seperti ini!"
Galang menyesali penampilan dirinya yang begitu berantakan. Seharusnya mereka bisa bertemu di suatu tempat yang baik. Bukan seperti ini.
"Biru—"
"Berhenti disana!"
Biru berseru kencang, Gelang yang tadinya mau memeluk Biru segera diam di tempatnya. Dia mengerutkan kening saat mendengar suara jutek itu.
"Kau mengenalku?"
"Tunggu—?!"
"Kau memangnya siapa? Bisa tahu namaku?!"
"Hah?!"
Biru memindai Galang dari atas sampai ke bawah. Menerka-nerka siapa orang yang ada di depannya ini. Kenapa dia bisa tahu namanya.
"Aku Galang! Galang Mahendra."
"Aku baru dengar nama itu."
"A-apa?!"
Galang melongo terkejut. Dia masih berusaha memproses keadaan saat ini. Berusaha mencerna kalau Biru tidak mengenal dirinya.
"Ini, aku Galang! Apa kamu tidak ingat aku?!"
Biru mengernyitkan dahinya kemudian melangkah mundur ketika Galang mendekat, "Ini adalah pertemuan pertama kita. Bagaimana aku bisa mengingatmu?"
"Tidak. Kita pernah bertemu 7 tahun lalu."
"7 tahun lalu?"
"Ya, itu memang sudah sangat lama. Tapi, kita pernah bertemu waktu itu."
"Benarkah?"
Biru memiliki wajah yang masih tidak percaya atas pernyataan Galang. Dia seolah mengatakan dengan wajahnya kalau Galang hanya mengeluarkan omong kosong belaka pada orang yang ditemuinya.
"Sepertinya ada yang salah dengan otakmu."
Biru berkata dengan sinis menatap Galang. Tidak mau mempercayai kebohongan yang dikatakan oleh orang yang baru ditemuinya.
"Itu tidak benar. Aku baik-baik saja. Kita benar-benar bertemu."
"Sepertinya kamu salah orang."
Tidak mau terlibat lebih lanjut, Biru segera pergi dari sana sambil membawa barang belanjaan yang tadi dia sempat tinggalkan. Galang tidak mau membiarkan Biru pergi begitu saja, ketika mereka berdua baru saja bertemu.
Biru yang sudah naik ke atas motor miliknya, segera dihadang oleh Galang.
"Hei, kau pria kotor dan bau, minggirlah!"
Biru berseru dengan kesal kepada orang aneh di depannya itu. Dengan penampilannya yang berantakan, sangatlah mengganggu pemandangan.
"Kamu tadi datang untuk membantuku, kan?"
Galang masih membentangkan tangannya, mencegah Biru pergi dari sana. Galang tahu kalau dia seperti mempermalukan dirinya sendiri, tapi dia tidak mau peduli.
"Jadi, bantu aku. Aku perlu membersihkan diri dan mengganti pakaianku."
"Itu bukan urusanku! Kau minggir!"
"Aku tidak akan pergi, sebelum kamu membantuku."
Biru menghirup nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan cepat, sambil memijat dahinya karena harus bertemu orang menyebalkan di tengah jalan.
"Kau pasti datang kesini dengan persiapan kan? Kau tidak serta merta tersesat disini. Jadi, jangan minta bantuan padaku!"
"Aku memang tersesat disini. Jadi, tolong bantu aku. Aku mohon."
Galang sampai harus menempelkan kedua tangannya dan menaruhnya di depan dadanya, meminta belas kasih dari Biru.
Helaan nafas panjang akhirnya keluar dari mulut Biru, "Baiklah. Aku akan membantumu. Tapi, jangan naik ke atas motor! Nanti motor ini akan kotor."
"Aku tidak masalah."
Setelah itu, Biru menghidupkan motornya. Dengan lihai motor itu bergerak di atas jalan tanah, menghindari lubang dengan mudah. Galang yang melihat keterampilan Biru tidak bisa berhenti untuk mengaguminya.
"Eh, Biru! Tunggu aku!"
Karena terlalu sibuk mengagumi Biru, Galang hampir saja ditinggalkan Biru. Jadi, dia segera berlari untuk mengejar Biru.
Walaupun Galang sudah berlari sekuat tenaga, tapi motor yang dikendarai Biru jauh lebih cepat. Galang beberapa kali meneriaki Biru agar lebih lambat, tapi seolah dengan sengaja mengabaikannya, Biru semakin bergerak cepat.
Baru, ketika Biru berhenti di suatu rumah, Galang bisa sedikit menghela nafas lega. Setidaknya, dia melihat Biru yang menunggu kedatangannya. Galang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat ini.
Apalagi, saat melihat pemandangan hamparan laut biru di belakang tubuhnya. Antara Biru dengan laut, mereka semua tampak menyatu dengan sempurna. Begitu memukau dan memanjakan matanya.
"Kamu begitu cantik."
Tiba di depan Biru, tanpa sadar Galang mengatakan itu secara spontan. Biru sedikit termenung selama beberapa saat, sebelum akhirnya memalingkan mukanya dengan ketus.
"Aku tidak tahu apa yang mengubahnya, namun, bertemu dengannya jauh lebih penting."
Walaupun menerima sikap yang tidak ramah dari Biru, Galang berusaha untuk tetap tegar. Lagipula mereka sudah berpisah selama 7 tahun. Selain itu, pertemuan terakhir mereka juga tidak begitu baik. Jadi, pantas bagi Biru untuk bersikap seperti itu terhadapnya.
Galang baru menyadari, kalau bangunan di depannya ini, bukanlah rumah. Melainkan adalah restoran. Karena terdapat meja dan kursi di dalamnya. Walaupun tidak ada satupun pengunjung, plang nama di atas sana menunjukan kalau itu restoran dan kafe.
Tepat, sebelum dia masuk ke dalam resto, Galang menemukan Biru tengah berbicara dengan seorang pria. Tubuhnya lebih tinggi dari Biru, Biru hanya sejajar dengan pundaknya. Mereka berbicara dengan begitu dekat. Ditambah, senyuman di wajah Biru. Senyuman manis dan segar itu sekarang beralih kepada orang lain tidak lagi untuk dirinya.
Galang tidak bisa berhenti untuk tidak mengepalkan kedua tangannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be ContinuedAuthor Note : Baru ketemu, langsung dapat saingan baru😔
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|
General FictionGalang Mahendra hanya menganggap Biru Samudera sebagai objek tantangan konyol. Setelah di tolak oleh Biru, Galang tetap tidak menyerah dengan tanyangan konyol yang mengharuskannya jadian dengan Biru. Galang berusaha melakukan segala cara agar Biru m...