Chapter-36

575 79 5
                                    

"Pak Anton mengenali orang ini?"

"Ya, saya kenal. Dia adalah anak dari pemilik utama Hotel M yang saya kelola. Kebetulan dia baru datang siang ini. Setelah datang dia pergi dan saya mencarinya sejak sore tadi. Saya mengira dia tersesat. Tapi, untungnya dia ada disini. Saya merasa lega."

Tatapan tajam langsung menghunus ke arah Galang, Galang hanya bisa tersenyum canggung. Biru sudah mendapati dirinya berbohong.

"Oh, jadi dia orang yang katanya di buang kesini dan tidak kenal siapapun itu?"

"Maksudnya apa Mas Biru?"

"Turun!"

Baik Pak Anton dan Galang, keduanya tersentak secara bersamaan akibat teriakan tidak terduga tersebut. Galang pun buru-buru turun dari atas dan mendapati Biru memiliki wajah yang semakin marah.

"A-aku bisa jelaskan—"

Broom!

Namun belum sempat Galang menjelaskan, motor Biru sudah lebih dulu hidup. Asap yang keluar dari motornya mengenai seluruh tubuh Galang. Dalam waktu yang cepat, motor itu membawa tubuh Biru menjauh dari keduanya.

Setelah beberapa saat, hanya ada keheningan disana.

"Pak Anton!"

Sekarang balik Galang yang berseru kepada Pak Anton. Pak Anton kebingungan melihat Galang yang tiba-tiba jengkel.

"Pak Anton mengacaukan semuanya!"

"A-apa yang saya kacaukan?"

"Ah, sudahlah."

Galang menghela nafas panjang, "Sekarang pimpin jalan pulang."

Pak Anton mengangguk setuju, dia segera menghidupkan kembali senter yang dibawanya. Dia menuntun Galang dengan berjalan di dwpannya. Tubuh tambunnya itu membuat jalannya lebih lambat, Galang yang berjalan pelan pun akhirnya bisa menyusulnya lebih cepat.

"Pak Anton, kenal Biru?"

"Ya, saya kenal dia. Saya cukup mengenalnya karena sikapnya ramah kepada semua orang. Tapi, anehnya malam ini saya melihat dia berteriak seperti itu. Ada apa dengannya?"

"Itu karena saya," gumam Galang pelan.

"Apa?"

"Tidak. Sejak kapan Pak Anton kenal dia? Apa dia sebenarnya asli orang sini?"

"Saya tidak tahu pasti sejak kapan. Namun, jelas dia bukan asli orang sini. Karena, saya lebih dulu datang dan tinggal disini. Mungkin dia baru tinggal di daerah ini beberapa tahun terakhir. Selain itu saya tidak mengenalnya begitu dekat."

"Begitukah?"

"Ya, apa Pak Galang mengenalnya?"

Ya, Galang sangat mengenalnya. Namun dia tidak mengatakannya secara langsung kepada Pak Anton. Lagipula dia tidak ingin membagikan kenangan mereka berdua kepada orang lain.

***

"Saya sudah menyiapkan kamar untuk tempat tinggal Pak Galang disini. Kamar itu adalah kamar terbaik di hotel ini. Berada di lantai paling atas. Salah satu pegawai disini akan mengantar Pak Galang dan membawa barang bawaan Pak Galang ke atas."

"Oke."

Galang masuk ke dalam lift yang sama tidak terawatnya. Ada karat di beberapa bagian, selain itu suara lift sedikit berderak ketika naik ke atas. Galang yakin, kalau tamu yang naik akan merasa mereka berada di dalam bangunan yang kapan saja akan rubuh.

Saat tiba di lorong lantai paling atas, setidaknya lorong ini tidak seburuk dengan lantai pertama. Walaupun tidak bisa dikatakan sangat bagus, namun ini layak untuk dikategorikan hotel murah.

Galang menghela nafas pelan.

Dia tidak tahu apakah dirinya bisa mengembangkan hotel yang sudah bobrok seperti ini. Apalagi, saat dia bertemu Biru. Dia ingin mengalihkan semua perhatiannya kepada Biru. Mengabaikan tugas yang diembannya ini.

"Ini dia kamarnya Pak Galang."

Suara pegawai hotel membangunkan Galang dari pikiran panjangnya. Galang hanya membalas dengan senyuman kecil. Dia membuka kamar itu menggunakan kunci yang dipegangnya.

Ketika pintu dibuka, ruangan di dalam terpampang dengan jelas. Kamar yang jelas sangat luas itu, memiliki peralatan yang masih layak. Setidaknya, di bagian kamar terawat dengan baik. Hanya bagian luarnya saja yang terabaikan.

Galang masuk ke dalam bersama pegawai hotel yang membawa barang bawaanya.

"Ini diletakan dimana, Pak Galang?"

"Taruh di dekat ranjang."

"Baik."

Pegawai tersebut mengangguk. Kemudian menuruti permintaan Galang. Setelahnya dia pamit kepada Galang lalu pergi sambil menutup pintu.

Sekarang Galang tinggal sendirian di dalam sini.

Meong

Mendengar suara pelan itu, Galang teringat sesuatu. Dia segera mendekat ke bagian samping ranjang. Di dalam sebuah hewan yang cekung dan transparan. Terdapat seekor kucing hitam yang meringkuk dan menatap ke arah Galang.

"Astaga, Hitam. Maafkan aku."

Galang meringis dan segera mengeluarkan Si Hitam dari dalam tas. Pastinya, kucing ini akan merasa tidak nyaman selama perjalanan yang panjang. Apalagi setelah sampai disini, Galang lupa untuk mengeluarkannya.

Si Hitam yang akhirnya keluar dari dalam tas terlihat lega. Dia seperti orang yang baru saja keluar dari penjara.

Pertama-tama dia mengibaskan bulunya, kemudian segera mengitari kaki Galang. Lewat kedua matanya yang berbinar dia kembali mengeong.

"Kamu pasti sangat lapar, kan?"

Meong

Galang menghela nafas pelan, segera dia membuka koper besar miliknya. Barang bawaan di dalam kopernya tidak hanya pakaian dan barang-barang peribadi miliknya saja, namun hampir setengahnya diisi oleh keperluan Si Hitam.

Dari berbagai jenis makanan kucing berkualitas tinggi, sampai mainan dengan berbagai bentuk.

Galang membuka salah satu bungkus dan menuangkan makanan kucing ke mangkuk khusus untuk makan. Selain itu, Galang juga menuangkan air untuk minum.

Si Hitam terlihat senang dan segera melahap makanan favoritnya. Sesekali dia juga minum air yang telah disediakan. Galang tidak bisa menghentikan dirinya untuk tidak memperhatikan Si Hitam.

Bulu hitam Si Hitam sangatlah lembut ketika dipegang. Saat Galang membelai kepalanya dengan lembut, Si Hitam juga terlihat sangat nyaman. Sesekali dia mengeong sebagai balasan.

"Hitam, akhirnya aku bisa menemukan Biru."

Meong

"Apa kamu ingin bertemu dengannya?"

Meong

"Aku pasti akan mempertemukan kalian berdua!"

Meong

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang