Prolog

6.4K 241 6
                                    

"Hei, Galang! kau berani ikut taruhan ini tidak?"

Galang, pria yang tengah duduk dengan seorang wanita di pangkuannya menoleh ke belakang. Dia menatap malas teman-temannya.

"Taruhan apa lagi? Gue malas, jangan libatkan gue," katanya acuh tak acuh. Kemudian memusatkan perhatiannya lagi kepada wanita di pangkuannya. Mengusap pahanya dengan lembut. Wanita itu tersenyum menggoda kepada Galang.

"Ternyata Galang yang kita tahu itu sebenarnya pengecut ya?" Ejek Robi.

Komporan Robi langsung membuat kilatan di mata Galang. Dia tidak lagi sibuk dengan wanita itu. Menyingkirkannya dari pangkuannya. Berdiri dan mendekati teman-temannya.

"Apa yang kau bilang barusan?" Tanya Galang dengan nada tajam.

"Kau pengecut," katanya meremehkan Galang.

"Hentikan, Robi!" Seru para pria lain di ruangan itu.

Galang segera naik pitam saat kelimat itu. Dia mendekati Robi, mengangkat kerahnya dan hendak menghantamnya dengan bogeman mentah. Tapi, teman-teman Galang yang ada di sana segera menghentikannya.

"Beraninya kau!" Seru Gilang dengan kedua mata nyalang.

"Kalau kau bukan pengecut, maka buktikan!" Tantang Robi kepada Galang.

Galang mendorong teman-temannya yang memegangi tubuhnya dan berseru, "Minggir kalian." Kemudian dia duduk tepat di kursi seberang Robi.

"Gue bukan pengecut seperti kata kau. Taruhan? Itu cuma mainan kecil saja!" Katanya dengan angkuh kepada Robi. Robi menyeringai senang. Dia tersenyum penuh arti lalu menatap Galang dengan mantap.

"Kalau kau berani ambil taruhan ini, aku akan mengakui kalau kau benar adalah pria tangguh yang bisa menaklukkan semua orang." Jelas Robi.

"Menaklukan perempuan adalah hal mudah. Aku sudah sering melakukannya," jawab Galang dengan percaya diri.

"Tunggu dulu, disini aku tidak menyebutkan perempuan secara khusus," koreksi Robi.

"Maksud kau?" Tanya Galang dengan penuh tanda tanya.

"Kau harus menaklukan seorang pria," jawab Robi dengan penuh rasa bangga.

"Apa? Pria?" Galang tidak percaya apa yang didengarnya.

"Iya. Pria." Jawab Robi menegaskan.

"..." Galang membalas dengan diam seribu bahasa.

"Jadi, pria-penakluk-seribu-hati ini ternyata tidak bisa menaklukan seorang pria." Kata Robi meremehkan.

Semua orang yang sedari tadi diam menunggu jawaban Galang pun mulai sedikit was-was. Mereka tidak tahu kapan bogeman mentah akan mendarat di wajah Robi.

"Siapa yang bilang aku tidak bisa menaklukan pria," jawab Galang dengan enteng.

Semua orang termasuk Robi langsung kaget. Mereka tidak percaya kalau Galang mau menerima tantangan dari Robi demi sebuah panggilan Pria-Penakluk-Seribu-Hati itu.

"Kalian pikir aku tidak bisa melakukannya. Akan aku buktikan, aku bisa menaklukan hati seorang pria sekalipun." Jawabnya dengan bangga.

"..."

Semua orang langsung diam membisu. Robi pun sampai kehilangan kata-kata. Dia mengira dirinya telah menang karena Galang tidak akan menerima tantangan atau taruhan ini. Tapi itu salah besar.

"Baiklah, jika kau berhasil melakukan taruhan atau tantangan ini, aku akan mengakui kau sebagai Pria-Penakluk-Seribu-Hati!"

"Oke! Aku Galang Mahendra setuju!"

Mata mereka satu sama lain berkilat dengan penuh keangkuhan.

"Lalu pria mana yang perlu aku taklukan?" Tanya Galang setelahnya.

***

"Biru Samudera, maukah kamu menjadi kekasihku?"

Seorang pria berdiri dengan pose seperti orang yang tengah melamar. Tersenyum dengan cerah dan penuh arti. Suara dan tatapannya lembut. Seolah meyakinkan pihak lain agar menerima pernyataan cintanya.

"Hah?"

Biru setengah tidak percaya apa yang didengarnya barusan. Dia sampai melongo seperti seperti orang yang tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain.

Galang berusaha menahan rasa kesal dan jengkel di dalam hatinya, dan tetap menampilkan wajah yang baik-baik saja.

"Aku memintamu, Biru Samudera untuk menjadi kekasihku, maukah kamu menerima itu?"

Biru yang tiba-tiba mendapatkan pengakuan cinta, di tempat umum pula, apalagi ini adalah perpustakaan tempat banyak orang belajar dan membaca dengan tenang. Ini bisa menjadi tontonan semua orang!

"Ah, maaf. Tapi bisakah kita keluar terlebih dahulu. Kamu lihat, banyak orang yang terganggu," jawab Biru sambil melihat ke segala arah.

Galang yang baru sadar pun berusaha menahan rasa malunya. Kalau bukan karena taruhan bodoh itu, seumur hidupnya dia tidak mau melakukan ini. Tapi dia harus bersikap sabar.

"Tentu, kamu ikut denganku," kata Galang sambil menarik tubuh Biru bersamanya.

"Eh," tubuh Biru terpaksa mengikuti Galang di belakang. Beberapa kali dia hampir sempoyongan terjatuh, tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya karena langkah kaki Galang terlalu lebar.

Galang membawa Biru keluar dari perpustakaan. Dan baru berhenti ketika mereka berada di luar gedung. Galang memutar tubuhnya dan bertanya sekali lagi kepada Biru.

"Jadi, bagaimana, kamu mau jadi kekasihku?" Walaupun dia bertanya kepada Biru, tapi tatapan matanya melihat ke arah lain. Seolah tengah mencari sesuatu. Biru tidak terlalu memperhatikan itu.

"Maaf. Aku tidak bisa."

"Tapi kenapa?!" Seru Galang dengan keras. Beberapa orang yang lewat di sekitar mereka sampai terkejut, sama halnya seperti Biru.

Biru menggaruk tengkuknya tanpa sadar dan berkata, "Aku tidak mengenalmu," ucapnya dengan hati-hati.

"Tidak kenal kata kau?! Hah?! Yang benar saja?!" Galang seolah tidak percaya apa yang didengarnya. Sekarang wajah Galang tidak bisa lagi mempertahankan ekspresi kekesalannya. Dan Biru menyadari itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang