Chapter-15

1.4K 112 2
                                    

"Aku pacar pertamamu, kan?" Tanya Galang dengan serius.

Biru mengangguk pelan dan menjawab dengan malu-malu, "Ya, kamu adalah yang pertama."

"Terima kasih," jawab Galang merasa puas. Dia memeluk Biru sebagai bentuk rasa senang terhadap jawaban Biru. Biru pun balik membalas pelukan Galang.

Mereka terus dalam posisi itu selama beberapa saat ke depan. Baru saat itulah Galang melepaskan pelukan mereka, kemudian dia memegang tangan kanan Biru dengan erat, seraya berkata, "Ayo, aku sudah janji untuk membawamu ke studio milikku."

Biru mengangguk setuju, tapi sebelum mereka keluar dari area itu, Biru menghentikan Galang sambil bertanya, "Apa tidak masalah bagi kita berdua untuk saling berpegangan tangan?"

"Jangan pedulikan itu. Aku rasa tidak akan ada yang memperhatikan juga," jawab Galang menenangkan Biru.

Kemudian Biru dibawa Galang menuju studio miliknya yang berada di bagian paling atas gedung. Dan sepanjang perjalanan tidak banyak orang yang mereka temui.

Tiba di dalam studio Galang, Biru disambut oleh ruangan yang penuh oleh berbagai kertas yang berserakan. Kertas, kanvas, cat, kuas dan hal-hal yang berkaitan dengan melukis semuanya memenuhi studio Galang.

"Yah, terlihat sangat berantakan," kata Galang.

"Tidak apa," jawab Biru.

Kemudian Biru melangkah masuk ke dalam studio. Ini pertama kalinya Biru berada di ruang kerja Galang. Semua hal yang ada disini berkaitan dengan Galang. Dan hal itu sudah membuat Biru merasa senang.

Dia memperhatikan setiap sudut studio. Ada beberapa lukisan yang tengah dimulai. Ada pula lukisan yang sudah jadi.

"Ini semua lukisanmu?" Tanya Biru.

Galang mengangguk pelan, "Ya. Tapi ini masih sedikit. Sebagian besar yang sudah aku kerjakan, aku simpan di apartemen milikku."

Biru mengangguk mengerti, "Aku jadi tertarik melihat lukisanmu yang lain. Karena semua lukisan di sini terlihat memukau." Ucap Biru dengan sungguh-sungguh.

Walaupun Biru sangatlah awam soal dunia seni, tapi baginya, semua lukisan Galang itu bagus dan menarik. Dan tentu saja luar biasa.

Galang memeluk Biru dari belakang, Biru terkejut dengan gerakan tiba-tiba ini. Tapi kali ini dia tidak mendorong Galang untuk menjauh. Hal itu membuat Galang semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku tidak tahu kamu orang yang pro dalam hal ini." Kata Galang.

"Maksudnya?" Tanya Biru kebingungan.

"Katanya kamu ingin pergi ke apartemenku, aku tidak tahu kamu ingin segera berlanjut ke tahap itu," goda Galang sambil mengecup pipi Biru.

Biru selama beberapa saat bingung, baru ketika dia sadar, Biru malu.

"Tidak, aku tidak bermaksud ke arah sana," koreksi Biru kelabakan.

"Tidak apa jika itu benar," Galang masih senang menggoda Biru yang malu.

"Aku sungguh-sungguh ingin melihat lukisanmu," jelas Biru.

"Oke, oke, aku mengerti," ucap Galang sambil tersenyum hangat. Dia tidak kuasa harus menggoda Biru lebih lanjut.

"Padahal, aku kira aku adalah yang pertama?" Namun selanjutnya Galang menggoda Biru lagi. Biru pun hanya menutup wajahnya, bersembunyi dari Galang.

"Jangan menggodaku," pinta Biru.

"Baiklah. Aku berhenti." Kata Galang dengan sungguh-sungguh.

Kemudian Galang memutar tubuh Biru, agar mereka bisa saling berhadapan. Galang menatap Biru dengan sangat lekat, kemudian dia berkata, "Jadi, aku adalah satu-satunya orang yang menjadi temanmu, pacarmu?"

Biru mengangguk.

"Dan orang pertama yang berciuman denganmu?"

Biru menoleh ke arah lain karena malu. Dia jadi ingat kejadian tadi.

"Ayo katakan, kalau tidak aku akan terus bertanya." Desak Galang.

Biru pun mengangguk lagi.

Galang terlihat puas dengan jawaban Biru.

Biru tidak percaya pada dirinya sendiri, di usia sekarang ini dia akhirnya punya pacar. Padahal sebelumnya dia tidak berpikiran ke arah sana, punya teman dekat pun dia tidak.

Biru dalam hatinya, merasakan sebuah kebahagiaan yang begitu membuncah. Biru sampai bingung harus bagaimana lagi mendeskripsikan rasa bahagianya ini.

Tapi yang pasti, Biru menyukai hubungannya dengan Galang. Dia harap, dirinya dengan Galang bisa terus bersama.

Setelah itu, mereka berdua menghabiskan sore bersama di studio Galang. Galang menjelaskan setiap lukisan yang telah dibuatnya. Kemudian dia menunjuk ke satu lukisan yang baru saja di mulai. Lukisan itu berada di tengah-tengah studio.

"Aku tengah berencana membuat lukisan sebuah samudra." Jelasnya.

Biru jadi ingat kepada nama belakangnya.

"Aku masih bingung," ucap Galang.

"Bingung kenapa?" Tanya Biru.

"Kamu tahu, samudra itu luas, karena saking luasnya, aku tidak tahu harus mulai dari mana dan berakhir kemana." Galang terlihat kebingungan sambil menatap kanvas yang berisi sedikit coretan di atasnya.

"Aku yakin, kamu bisa menemukan jawaban itu nanti," kata Biru berusaha menyemangati Galang.

Galang tersenyum hangat kepadanya. Senyuman itu sudah bisa membuat Biru merasakan hangat di seluruh tubuhnya.

Setelah tur singkat di studio Galang, Galang mengajak Biru untuk makan malam dengannya. Biru setuju, dan mereka berdua makan di salah satu restoran pilihan Galang.

Hari ini, berbagai kejadian membahagiakan terus dialami Biru. Biru sampai mengingatkan kepada dirinya sendiri kalau dia harus bersyukur dan mencatat ini dengan baik-baik.

Setelah makan, Galang membawa Biru mengelilingi kota di malam hari. Sambil berpegangan tangan, mereka menatap kota yang sudah gelap dan hanya diterangi oleh lampu-lampu. Terlihat seperti bintang-bintang.

Setelah puas menghabiskan waktu bersama di hari pertama mereka jadian, Biru diantar Galang untuk pulang kembali ke kosannya.

Sebelum Biru turun dari mobil Galang, Biru berbicara, "Kamu tahu, tadi kamu juga yang membayarku makan."

Galang Tersenyum, "Tidak masalah."

"Ini sudah ketiga kalinya, loh," kata Biru.

Galang terkekeh melihat ekspresi Biru, yang menggemaskan dimatanya, "Baiklah jika kamu terus bersikukuh, Bagaimana kalau aku akan menggunakan 3 kesempatan kamu mentraktir aku makan di lain waktu saat aku memintanya?"

Biru setuju akan hal itu.

Biru saat ini tidak tahu saja, bahwa kesempatan itu akan digunakan dalam waktu yang akan lama.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang