"Sepertinya sudah lama kita tidak nongkrong bersama?" Tanya Robi kepada teman-temannya yang duduk di salah satu bagian kafe dekat kampus.
"Benar, apalagi Galang biasanya tidak hadir." Balas salah satu teman mereka.
"Iya, sepertinya dia sangat sibuk beberapa minggu terakhir ini. Aku sampai jarang melihatnya. Terakhir kali kami bertemu mungkin minggu lalu saat dia memukul wajahku dengan keras. Benar kan Galang?" Tanya Robi kepada Galang yang duduk tidak jauh darinya. Henri yang ada disamping Galang menghela nafas pelan sambil memutar matanya. Robi sudah mulai.
"Ya, kau pantas mendapatkannya," jawab Galang dengan dingin.
Robi mendengus tidak percaya mendengar itu. Walaupun seminggu sudah berlalu, namun wajah Robi masih memiliki bekas yang tersisa.
"Bukankah kau sudah menang dalam taruhan ini? Lantas kenapa kau masih belum membuangnya?" Tanya Robi berusaha menyinggung Galang.
"Tidak ada urusannya bagimu, karena tantangan ini telah selesai," jawab Galang dengan tatapan tajam kepada Robi. Robi semakin senang dengan respon Galang, dan berusaha mengulik lebih jauh.
"Aku tidak tahu alasanmu yang terus bergaul dengannya? Seperti hari minggu kemarin, kau datang dengan si Biru itu untuk berkencan kan?" Tanya Robi dengan menyeringai.
Teman-teman Galang yang lain langsung bertanya-tanya. Dan juga menuntut jawaban dari Galang. Galang yang kesal berusaha menahan amarahnya.
"Entah kami berdua kencan atau apapun itu. Peduli apa kau?!" Seru Galang kepada Robi.
Robi berdiri dari tempat duduk ya dan mendekat ke arah Galang. Kemudian memegang bahu Galang dengan erat dan berkata, "Tidak mungkin kau jatuh cinta pada kutu buku itu, kan?"
Orang-orang yang ada disekitar mereka langsung melotot terkejut. Mereka pun saling berbisik satu sama lain. Apakah yang Robi katakan itu benar apa tidak. Galang merespon dengan menyingkirkan tangan Robi dengan keras.
"Aku tidak jatuh cinta padanya!" Seru Galang marah."Tenanglah, jangan emosi dulu." Kata Robi.
"Kalau kau tidak suka kepadanya, jangan marah dulu. Jika kau marah, itu malah terdengar sebaliknya," tambah Robi.
"Bacot lo!" Seru Galang yang sudah jengkel kepada Robi.
"Aku bilang tenang," kata Robi. "Kau tidak maukan aku dan anak-anak lain yang ada disini salah paham atas hubunganmu dengan si kutu buku itu?"
Galang hanya diam tidak menjawab apapun atas pertanyaan Robi. Robi menyeringai penuh arti kemudian melanjutkan, "Tinggalkan dia, dan kumpul bersama kami lagi. Maka kami akan percaya."
"Untuk apa aku melakukannya? Tidak ada untungnya bagiku," jawab Galang dengan nada jengkel.
"Itu tandanya kau masih seorang pria-lurus, dan bukannya belok. Benar kan teman-teman?" Tanya Robi kepada orang-orang disana. Namun mereka tidak berani menjawab ataupun mengangguk.
"Terserah gue!" Ucap Galang.
"Kalau kau terlalu sering bersama si kutu buku itu, para gadis akan kesepian. Jangan biarkan mereka merasa sedih Galang. Biarkan mereka bermain denganmu," tambah Robi.
Kemudian dewi fakultas dan dua temannya datang. Dewi fakultas itu datang dan duduk di pangkuan Galang. Galang awalnya tersentak dan hendak menyuruh perempuan itu untuk menyingkir. Tapi Robi sudah lebih dulu menahannya, "Jangan buat dewi kita sedih? Temani dia? Oke Galang?" Pinta Robi dengan senyuman palsunya iti.
Galang memutar matanya dan menghela nafas pelan.
"Galang! Aku kangen kamu." Ucap perempuan itu dengan nada manja kepada Galang. Kemudian dia memeluk Galang dengan erat. Sambil mengusap punggung dan rambutnya.
Galang yang awalnya ragu-ragu, kemudian menjawab. "Aku juga kangen."
Mendengar jawaban dari Galang, perempuan itu menyeringai penuh arti tanpa Galang dan yang lainnya ketahui.
"Aku sudah lama ga jalan bareng kamu. Kayaknya udah lama banget. Mulai dari sekarang temani aku ya?" Pinta perempuan itu.
"..." Galang hanya diam.
"Kenapa diam Galang? Kamu sudah bosan ya sama aku? Aku sudah tidak semenarik dulu lagi ya? Atau wajahku ini sudah tidak cantik lagi?" Tanya Perempuan itu dengan nada sedih.
"Tidak, bukan itu," kata Galang.
"Lalu kenapa?" Tanya perempuan itu menuntut.
"Itu," Galang juga tidak tahu jawabannya. Hanya saat ini dia merasa kalau ini salah dan dia harus berhenti. Tapi, dia tidak mau harga dirinya jatuh diantara orang-orang yang ada disini.
"Jangan bilang yang Robi bilang barusan itu benar?" Kata Perempuan.
Untuk beberapa alasan, Galang kembali kesal. Dia kemudian mendorong perempuan itu untuk menyingkir dari atas pangkuannya.
"Aku perlu ke kamar mandi," kata Galang.
Tanpa menoleh ke belakang, dia segera ke kamar mandi. Disana, di depan wastafel, dia membasuh mukanya beberapa kali. Menatap air yang menetes dari wajahnya.
"Sebenarnya kau mau apa?" Tanya Galang kepada dirinya sendiri.
Berbagai pikiran di kepalanya sangatlah mengganggu. Seperti sebuah benang kusut. Tidak ditemukan bagian awal dan ujungnya. Dan sangat sulit untuk diuraikan.
"Ini sangat mengganggu," keluh Galang sambil menunduk.
Di satu sisi, jika dia kembali bersama mereka, lingkungan mereka begitu tidak sehat bagi Galang. Tapi, jika dia tidak kembali, dia yakin Robi dan orang-orang munafik yang memanfaatkannya itu hanya akan menyebar rumor kalau dia telah belok.
Kalau pria idaman seluruh wanita sekarang malah lebih banyak menghabiskan waktu dengan seorang pria. Seperti tidak ada minat lagi. Dan Galang paling benci jika sebuah gosip atau rumor menyebar tentang dirinya.
Citra dirinya sebagai playboy tampan dan kaya sudah lebih dari cukup dan tidak bisa dihancurkan begitu saja. Dia tidak yakin apa akan ada yang mau berteman lagi dengannya. Setelah rumor itu menyebar.
Kehidupan kampusnya akan menjadi buruk jika gosip itu dibicarakan mulut ke mulut.
Galang benci akan hal itu.
Tapi, apa dia bisa meninggalkan Biru begitu saja? Apa dia sanggup, setelah waktu yang mereka habiskan bersama-sama. Terasa singkat, tapi terasa lama.
Saat itulah datang Indah yang berdiri di pintu masuk kamar mandi.
"Sedang apa kau disini? Kau lihat ini adalah kamar mandi pria? Tidak sopan untuk seorang perempuan datang." Ucap Galang dengan tajam.
"Terserah. Aku tidak peduli," jawab Indah acuh tak acuh sambil mengangkat bahunya.
"Jika kau mau mengganggu? Aku tidak punya energi untuk itu. Jadi tolong pergilah." Suruh Galang kepada Indah.
"Aku datang bukan untuk itu. Tapi, aku mau memberitahumu sesuatu," ucap Indah.
"Kau tahu, kalau Biru, anak itu, selama ini dia tahu kalau kau tengah mempermainkannya?" Kata Indah dengan menyeringai.
Seperti petir di siang bolong, itu sangat mengejutkan Galang.
"Apa?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
![](https://img.wattpad.com/cover/372070671-288-k791571.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|
General FictionGalang Mahendra hanya menganggap Biru Samudera sebagai objek tantangan konyol. Setelah di tolak oleh Biru, Galang tetap tidak menyerah dengan tanyangan konyol yang mengharuskannya jadian dengan Biru. Galang berusaha melakukan segala cara agar Biru m...