Chapter-37

470 61 3
                                    

Harapan untuk mempertemukan mereka berdua belum bisa terwujud.

Karena, beberapa hari terakhir ini, Galang fokus untuk mengecek seisi gedung hotel. Dia memperhatikan setiap sudut hotel dan mencatat apa saja yang perlu diperbaiki. Dan memperhitungkan dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki bagian yang rusak.

"Perbaikan ini sepertinya butuh dana yang tidak sedikit."

Galang menghela nafas panjang, melihat catatan di atas buku tulis pribadi miliknya. Saat ini dia tengah duduk di kursi di bagian balkon kamar hotelnya. Pemandangan lautan lepas di depannya, sangat memanjakan matanya, namun saat ini dia tidak bisa fokus ke sana.

Bulu lembut tiba-tiba terasa di bagian kaki miliknya, dia sedikit terkesiap dan segera menunduk untuk bertemu kedua mata Si Hitam.

Meong

Si Hitam mengeong dengan manja dan terus menggesekkan bulu tubuhnya, berusaha mendapatkan perhatian Galang yang sedari tadi sibuk sendiri.

"Ingin keluar?"

Galang mengangkat Si Hitam dan menaruhnya di atas pangkuannya. Si Hitam hanya membalas dengan mengeong untuk kesekian kalinya.

"Oke, aku akan bawa kamu keluar."

Galang bangkit sambil membawa Si Hitam di tangan kanannya. Kucing Hitam gemuk itu terlihat sangat nyaman di dalam pelukan Galang.

Galang menatap Si Hitam dengan menyesal, setelah beberapa hari tiba di sini. Kucing itu belum pernah diajak untuk menikmati indahnya dunia luar. Dia terus-terusan terkurung di dalam kamar hotel.

Bukan hanya manusia saja yang butuh udara segar, kucing pun sama.

Ding

Suara lift berdenting, perlahan pintu besi berkarat terbuka. Lalu keduanya di sambut oleh pemandangan para pegawai yang tengah beres-beres.

"Oh, Sore Pak Galang!"

Pak Anton datang mendekat setelah Galang keluar dari dalam lift. Galang pun hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Masih belum selesai?"

"Iya, banyak yang harus dibersihkan."

"Tidak mengherankan, hotel ini begitu kotor dan berantakan, tidak sebanding dengan harga per malam yang ditawarkan."

Atas perkataan sarkastik itu, Pak Anton hanya tersenyum canggung.

"Lakukan pekerjaan sampai selesai, jika membutuhkan waktu lebih lama dan melewati jam kerja mereka, katakan kepada mereka saya akan memberikan uang lembur."

"Tentu. Saya akan menyampaikannya."

Setelah itu, Galang keluar dari gedung hotel dan pergi ke arah tempat restoran. Dia berharap untuk bertemu Biru lagi. Namun, saat dia sampai, restoran itu tutup. Tidak terlihat satu orang pun.

"Aku tidak punya nomornya lagi. Aku tidak bisa menghubunginya."

Meong

Si Hitam di bawah sana mengeong ketika merasakan suasana hati Galang yang kecewa. Galang kemudian berjongkok dan mengusap kepala kucing itu.

"Kalian belum bisa bertemu."

Galang kemudian membawa Si Hitam ke dalam pelukannya. Dia berjalan ke bagian tepi pantai, pasir putih di bawah sana sangatlah bersih. Tampak terjaga dan terawat dengan sangat baik.

Selanjutnya, dia melepas sandal yang dipakainya. Dan duduk di atasnya. Dia meletakan Si Hitam di sampingnya. Melihat pemandangan matahari yang perlahan mulai terbenam.

"Dion! Jangan lari!"

Mendengar teriakan dari belakang tubuhnya, Galang segera menoleh namun hanya untuk mendapati dirinya segera ditabrak oleh seorang anak. Dan keduanya sekarang berbaring di atas pasir. Di sisi lain, Si Hitam yang terkejut malah berlari ke arah lain.

Galang menoleh ke samping, tempat dimana seorang anak yang mungkin umurnya antara 6 atau 7 tahun berbaring di atas pasir. Tubuhnya penuh oleh pasir basah.

"Kamu baik-baik saja, dek?"

Anak itu malah terdiam, menatap Galang dengan sangat lekat. Mata bulat dan besarnya itu terlihat sangat jernih ketika berkedip beberapa kali.

"Kak Biru, bukankah—"

Namun, sebelum anak itu menyelesaikan kalimatnya, Biru yang tiba-tiba berada di depan merek segera mengangkat anak itu.

"Kakak bilang jangan lari-lari. Kamu akhirnya jatuh, kan?! Lihatlah pakaian dan tubuhmu sekarang dipenuhi oleh pasir. Padahal baru setengah jam lalu kakak memandikanmu!"

Walaupun mulut Biru terus mengomel, kedua tangannya bergerak untuk menyeka pasir di seluruh pakaian anak itu.

"Kak Biru! Lihat!"

Anak itu sekarang menunjuk ke arah Galang sambil berseru, namun dari gerakan mata Biru terlihat menyuruhnya untuk diam.

"Dia—!"

Biru menutup mulut anak itu dan bertemu dengan tatapan Galang. Galang segera membalasnya dengan tersenyum lebar.

"Hi, kita bertemu lagi."

Namun, itu segera dibalas oleh dengusan. Biru memalingkan mukanya dan segera bangun.

"Dion, ayo segera pulang. Hari sudah hampir malam."

"Dion masih mau main, Kak Biru!"

"Pulang. Dengar kata-kata Kakak."

Anak itu menolak perintah itu untuk pulang, dia terlihat merajuk dan cemberut, membuat kedua pipinya menjadi lebih bulat. Itu terlihat menggemaskan.

Dari jarak sedekat ini, Galang bisa tahu bahwa anak itu dan Biru cukup mirip. Mereka benar-benar terlihat seperti kakak beradik. Walaupun begitu, umur mereka tampaknya terpaut cukup jauh.

"Kita harus pulang, Dion."

"Tapi..."

"Masih ada esok hari, oke?"

Anak itu tampaknya tidak bisa berkutik lagi dan akhirnya mengangguk setuju.

"Sebelum kita pergi, minta maaflah kepada dia. Tadi kamu menabraknya."

Galang tidak bisa menyembunyikan senyumannya ketika mendengar itu, walaupun Biru tampak bersikap agresif kepadanya. Setidaknya dia masih memiliki sisi yang manis dan lembut.

Anak itu datang mendekat lalu sedikit membungkukkan kepalanya, "Paman. Maafkan saya."

"Ah, iya. Itu tidak apa-apa."

Setelah itu, mereka berdua pergi. Awalnya Galang ingin menghentikan mereka, namun langit hampir sepenuhnya gelap. Dia tidak mau menahan mereka lebih lama, apalagi ketika Biru menyuruh anak itu untuk pulang bersamanya.

Galang pun memilih untuk pergi, tapi sebelum itu dia mencari Si Hitam yang tadi berlari ke sembarang arah. Setelah ditemukan, dia membawanya pergi bersama ke hotel.

"Sayang sekali, kalian tidak bisa bertemu."

Meong

Saat sampai di kamar hotelnya, Galang masuk ke dalam kamar mandi. Ingin membersihkan tubuhnya yang dipenuhi oleh pasir. Berkaca di cermin, dia mendapati wajahnya begitu jelek karena dipenuhi pasir.

"Kenapa untuk kedua kalinya, kami bertemu saat keadaan diriku berantakan seperti ini!"

Galang berseru kesal di kamar mandi, melihat penampilan berantakan dirinya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Playboy Trap |Biru&Galang|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang