Jimin membawa mobilnya menembus jalanan sunyi yang dikelilingi hutan lebat, di mana pohon-pohon tinggi berderet rapat, cabang-cabangnya merentang seperti lengkungan alami yang menutup sebagian besar langit. Sinarnya tampak remang-remang, hanya beberapa kilauan cahaya matahari yang berhasil menyelinap melewati celah dedaunan. Udara di dalam mobil terasa sedikit lebih dingin seiring semakin jauh mereka masuk ke area hutan.
Selama dua jam perjalanan, Jungkook tertidur pulas di kursi penumpang. Ketika akhirnya ia terbangun, matanya perlahan terbuka dan langsung menatap keluar jendela dengan ekspresi bingung. Di luar, hutan tampak diam namun hidup dengan caranya sendiri, ranting-ranting pohon bergoyang lembut tertiup angin, mengeluarkan suara lirih yang mirip dengan bisikan.
"Kita mau kemana?" tanyanya dengan suara serak, mencoba memahami ke mana Jimin membawanya.
"Tunggu aja, sebentar lagi sampai. Kamu tidurnya nyenyak banget ya." Jimin tersenyum tipis, melirik Jungkook sebentar sebelum fokus kembali ke jalanan di depannya.
Mereka berdua duduk dalam diam, seolah saling memahami tanpa perlu banyak kata. Jalanan berkerikil di bawah mereka menimbulkan suara berderak yang berulang, semakin menambah kesan sunyi hutan itu. Setelah beberapa saat, hutan semakin padat, dan jalanan pun makin sempit, namun Jimin tetap mengemudi dengan percaya diri.
Mereka akhirnya tiba. Jimin memarkirkan mobilnya di halaman rumah terbengkalai yang tampak lapuk dan sepi. Jungkook mengamati rumah kayu di depannya dengan pandangan penuh rasa ingin tahu. Rumah itu berdiri agak terpencil, sedikit tersembunyi di antara pohon-pohon besar yang menjulang tinggi dan semak belukar yang tumbuh liar di sekitar.
Bangunannya tampak kokoh, tetapi jelas telah termakan usia-dinding kayunya sudah usang, beberapa bilah kayu di sisi kiri rumah sedikit keropos, sementara bagian bawahnya tertutup lumut hijau tipis. Atapnya dipenuhi dedaunan kering, menambah kesan bahwa rumah itu telah lama tak diurus oleh siapapun.
Jendela-jendelanya besar, namun kusam oleh debu yang menumpuk, menciptakan efek kabur yang membuat bagian dalam rumah tampak suram dan misterius. Tirai putih yang dulunya mungkin terlihat indah, kini pudar dan sobek di beberapa bagian, berayun pelan saat angin menyelinap masuk melalui celah-celah di antara jendela yang sudah tidak rapat lagi.
"Pas kecil dulu aku tinggal di sini," ucap Jimin sambil menatap rumah itu dengan tatapan penuh kenangan. Suaranya terdengar samar, seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri.
Jungkook mengangguk, melihat Jimin mengambil satu tas gunung dari bagasi. Ia langsung menyodorkan tangan, "Biar gue aja yang bawa."
"Makasi, Jungkook." Jimin tersenyum, menyerahkan tas gunung besar padanya, dan mereka melangkah menuju hutan di belakang rumah.
Jimin berjalan di depan, memimpin jalan dengan langkah yang penuh keyakinan, seolah sudah terbiasa menelusuri jalur ini. Mereka mengikuti jalan setapak sempit yang dikelilingi oleh tanaman liar, pepohonan rindang, dan akar-akar yang mencuat dari dalam tanah. Suasana di sekitar mereka perlahan berubah menjadi lebih hening, dengan cahaya matahari yang temaram terhalang dedaunan lebat di atas.
Setelah berjalan selama 30 menit, mereka tiba di sebuah danau besar yang terpencil. Airnya jernih dan tenang, memantulkan bayangan pepohonan di sekelilingnya seperti cermin. Udara di sekitarnya terasa lebih segar, menyelusup dengan aroma alami dari pepohonan yang mengelilingi danau tersebut. Cahaya matahari sore yang redup memancar lembut di atas permukaan air, menciptakan kilauan yang berpendar indah.
Jungkook tertegun, takjub oleh pemandangan yang tersaji di hadapannya. Untuk beberapa saat, ia hanya bisa memandang tanpa kata, seolah enggan berpaling dari keindahan yang terpampang. Pemandangan ini jauh dari hiruk-pikuk dan kebisingan kota, memberikan kesan magis yang tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)
FanfictionPark Jimin, dikenal sebagai "The Queen Bee" di HYBE University, adalah sosok yang diidamkan banyak pria, terutama karena pesona dan daya tariknya yang sempurna. Namun, di balik wajah manisnya, Jimin adalah tokoh antagonis yang licik dan kejam. Apa p...
