E26 - 🔞NC (21+)🔞

308 18 0
                                    

"Kamu selesai? Aku bahkan belum ngeluarin penis ku, Jimin." ucapannya membuat Jimin tersipu malu.

Jungkook membuka kancing celana jeans hitam yang ia kenakan, diikuti suara resleting yang ditarik perlahan. Ia membebaskan penisnya dari kain yang membatasi dan membiarkan penisnya mengacung tegak.

Dengan gerakan lembut, Jungkook meraih kedua kaki Jimin yang kecil dan ramping. Ia menariknya perlahan, mendekatkan lubang pantat Jimin ke kepala penisnya hingga tidak ada jarak yang tersisa di antara mereka.

"Akh!" Jimin mengerang pelan, tubuhnya sedikit menegang saat merasakan benda besar dan tumpul itu perlahan memasuki lubangnya. Napasnya tertahan, matanya terpejam erat, mencoba menyesuaikan diri dengan sensasi penuh itu.

Jungkook menghentikan gerakannya sejenak, menatap wajah kekasihnya dengan penuh perhatian. "Kamu baik-baik aja kan?" tanyanya lembut, suaranya dalam dan serak. Jimin pun membalas dengan anggukan kecil.

Jungkook mengusap lembut pinggul Jimin dengan jemari besarnya, memberikan sentuhan menenangkan yang membuat Jimin sedikit rileks. Ia menundukkan kepala, mencium kening Jimin dengan penuh kasih sebelum melanjutkan gerakannya perlahan. Tubuh mungil Jimin bergetar halus, genggaman tangannya pada seprai semakin erat saat Jungkook akhirnya memasuki dirinya sepenuhnya.

"Ah... Jungkookhh," desahnya dengan suara manis yang nyaris berbisik. Ia kembali membuka mata dan menatap Jungkook.

Deg!

Jantung Jimin seketika berdegup kencang saat pandangan Jungkook menyelami netra indahnya. Bukan perasaan yang menyenangkan. Itu adalah sesuatu yang membuat bulu kuduk Jimin berdiri-hal mengerikan yang tidak ia ketahui. Tubuhnya refleks menegang di bawah netra gelap itu, sementara sensasi dingin menjalari tulang punggungnya, membuatnya merasa kecil dan tak berdaya di hadapan Jungkook.

Tangan Jungkook yang semula bertumpu di samping tubuh si mungil, perlahan terangkat. Jemari panjangnya mendekat ke leher yang ramping dan pucat milik Jimin, seakan ingin mencengkeramnya kuat-kuat. Namun, tepat sebelum jemarinya menyentuh kulit Jimin, Jungkook tersadar. Netra gelap itu juga berubah menjadi lebih lembut.

Alis Jimin menukik, ia merasa Jungkook seperti dirasuki sesuatu tadi.

"Jungkook? Kamu kenapa?" Tanya Jimin bingung.

Namun Jungkook mengabaikannya. Saat akhirnya Jungkook mulai bergerak, Jimin seketika melupakan semua pertanyaan itu dan kembali fokus pada permainan. Jungkook melakukannya dengan perlahan. Ritme itu hanya bertahan sebentar sebelum akhirnya menjadi lebih cepat dan intens.

Desahan mereka berpadu, mengisi keheningan di dalam ruangan gelap yang kedap suara ini. Jimin memejamkan mata erat, tubuhnya meliuk mengikuti setiap hentakan Jungkook di lubangnya.

"Ahhh... sial, enak banget," gumam Jungkook berat dan mendominasi. Ia menggigit bibir bawahnya, matanya terpejam sesaat, menikmati sensasi hangat rektum Jimin yang menjepit penisnya erat.

Dalam satu hentakan kuat, tubuh Jimin terhentak ke atas, hampir membentur kepala kasur yang terbuat dari kayu. Jungkook mempererat cengkeramannya pada pinggang Jimin. "Park Jimin, lo cuma milik gue," bisiknya dengan nada posesif.

Jungkook menunduk. Mulutnya menemukan nipple kecil Jimin, menghisap dan menggigitnya perlahan, meninggalkan jejak merah yang seakan menjadi tanda kepemilikannya.

"Unghh-yahh, di sana... ahh," lirih Jimin setiap kali prostat nya ditumbuk dengan kuat. Tubuh Jimin bergetar nikmat dan punggungnya secara refleks melengkung ke atas.

Dengan satu tangan yang bebas, Jungkook menyentuh wajah Jimin. Ia lalu menyelipkan jarinya di antara bibir plump itu. Jimin membuka mulutnya tanpa ragu, membiarkan Jungkook memasukkan dua jarinya ke dalam. Lidahnya bergerak lambat, melingkari jari Jungkook, dan menghisapnya nakal hingga membuat Jungkook tergila-gila.

Karena tak tahan lagi, gerakan Jungkook semakin dalam dan kasar menghantam prostat Jimin. "Ahh... ahh, Jungkookhh... iya, di sana," suaranya terdengar nyaris berteriak hingga akhirnya...

Crottt

Crottt

Dengan satu dorongan terakhir, Jungkook mencapai puncaknya, membiarkan seluruh cairan sperma nya dilepaskan ke dalam perut hangat Jimin.

Di saat yang bersamaan, tubuh mungil Jimin melengkung sekali lagi, cairannya meluap dan membasahi perutnya sendiri. Cairan milik Jungkook begitu banyak hingga sebagian mengalir keluar, menodai sprei putih di bawah mereka.

Setelah beberapa saat, Jungkook perlahan merebahkan tubuhnya di samping Jimin. Dengan gerakan lembut, ia melingkarkan tangannya di pinggang kecil Jimin, menarik tubuh mungil itu lebih dekat ke arahnya.

Jungkook menundukkan kepala sedikit, menghirup aroma lembut dari rambut Jimin yang masih sedikit berantakan. Suara rendahnya terdengar hangat dan penuh rasa sayang saat ia berkata, "Makasi, sayang, buat malem ini."

Dengan satu tangan, ia meraih selimut yang setengah terlipat di ujung kaki. Ia pun menariknya hingga menutupi tubuh telanjang mereka berdua.

Di tengah keheningan malam, suara Jimin akhirnya terdengar. Ia berbicara pelan, namun suaranya terdengar jelas dalam pelukan Jungkook.

"Jungkook,"

Jungkook hanya berdehem pelan sebagai jawaban.

"Apa yang akan kamu lakuin kalau ternyata aku ga sebaik apa yang kamu pikirkan?" suara Jimin sedikit bergetar, menyiratkan kecemasan yang ia coba sembunyikan.

Jungkook mengerutkan kening menandakan kebingungannya. "Hm? Apa maksud kamu?"

"Maksudku," Jimin menelan ludah sejenak, "aku ga sebaik dan sepolos yang kamu pikirin."

Sejenak keheningan menggantung di antara mereka, sebelum Jungkook menjawab dengan nada yang tenang, "Aku udah tau kok, Jim."

Jimin terkejut, tubuhnya sedikit tersentak dalam pelukan Jungkook. Ia mendongak, merasa penasaran dengan apa yang laki-lali itu ketahui. "K-kamu tau apa?" tanyanya dengan nada ragu.

Jungkook tersenyum tipis, kekeh kecil lolos dari bibirnya sebelum ia menjawab, "Aku tau kamu ga sepolos itu. Maksudku, kamu bahkan pergi ke tempat balapan anak-anak berandalan." Ia mengakhiri kalimatnya dengan ciuman lembut di puncak kepala Jimin, sebuah gestur penuh kasih yang membuat pipi lelaki itu merona.

"Aishh... bukan itu maksudku." Jimin menggerutu pelan, sedikit kesal dengan candaan itu.

Namun, Jungkook hanya tertawa kecil sebelum kembali berbicara, kali ini dengan nada yang lebih serius. "Ga masalah, karena aku juga bukan orang yang sebaik perkiraanmu. Ga ada orang yang sempurna di dunia ini, Jimin. Dan apapun itu, aku akan mencintai bahkan kekuranganmu sekalipun."

Jimin terdiam, hatinya terasa hangat saat mendengar pengakuan itu. "Jungkook..." suaranya dipenuhi emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tanpa ia sadari, air mata mengalir perlahan dari sudut matanya.

"Makasi, Kook," ucap Jimin akhirnya. Ia mengeratkan pelukannya pada Jungkook seakan tak ingin kehilangan kehangatan itu. "Aku juga mencintaimu."

Dengan kalimat itu, keduanya terdiam, membiarkan kehangatan dan rasa saling memiliki menyelimuti mereka. Jimin memejamkan matanya, tubuhnya semakin merapat dalam dekapan Jungkook, hingga akhirnya ia tenggelam dalam tidur yang damai, menanti pagi yang perlahan menjelang.



















Jangan lupa support aku dengan cara vote dan komen ya! Thanks💜

The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang