E12 - 🔞NC (18+)🔞

535 24 5
                                    

Jungkook perlahan merapatkan tubuhnya ke arah Jimin. Tanpa banyak bicara, lengannya melingkar di pinggang, dan ia memeluk Jimin dari belakang. Tubuh bagian bawah mereka bersentuhan. Dan dengan sengaja, Jungkook menggesekkan nya perlahan, menciptakan lenguhan kecil dari yang lebih tua.

Jungkook menggeram pelan, menurunkan suaranya hingga hanya terdengar seperti bisikan di telinga Jimin, sedikit serak, sedikit ragu.

"Dorong gue sekarang juga kalo lo gak suka."

Beberapa detik berlalu, namun hanya keheningan yang menyelimuti. Hanya ada isyarat lembut dari tangannya yang perlahan-lahan berusaha melepaskan pelukan Jungkook, membuat Jungkook tersentak dan sedikit mengendurkan pegangannya. Dalam bisikan yang nyaris tak terdengar, Jungkook menggumamkan kata "maaf" berulang kali.

Namun tanpa diduga, Jimin bergerak mendekat dan perlahan naik ke atas Jungkook. Ia duduk di perutnya dengan senyum yang penuh arti. Jungkook terpaku sejenak, tatapan Jimin kali ini tidak seperti biasanya-ia tampak percaya diri, seolah menunjukkan sisi dirinya yang selama ini tersembunyi.

Perlahan, Jimin meletakkan tangannya di dada Jungkook, merasakan setiap detak jantung yang berdebar kencang di bawah telapak tangannya. Ia menunduk, mendekatkan wajahnya ke telinga Jungkook. Napasnya yang hangat menyentuh lembut sisi wajah Jungkook.

Lalu, dengan suara berbisik, Jimin berkata, "Apa kamu bisa muasin aku?"

Jungkook terdiam, merasakan setiap kata yang diucapkan Jimin menyusup ke dalam pikirannya. Tubuhnya bereaksi, dan ia merasa sesuatu di balik celananya perlahan mengeras.

Baru saja Jungkook membuka mulutnya untuk merespons, Jimin tiba-tiba menunduk dan mencium bibirnya. Jungkook terkejut sesaat, matanya terpejam seiring dengan semakin intensnya ciuman itu.

Lumatan di bibir bawah Jungkook terasa lembut namun agresif, lidah Jimin menyelinap masuk tanpa ragu, menyapa setiap gigi yang berderet rapi. Jungkook memiringkan kepalanya untuk memperdalam ciuman itu. Saling membelit, melumat, dan menyesap. Ruangan yang semula sunyi kini dipenuhi suara kecipak basah, menggema dalam keheningan malam.

Saliva yang entah milik siapa menetes perlahan ke leher Jungkook, menciptakan jejak basah yang membuat kulitnya meremang. Jungkook bahkan tidak peduli; pikirannya hanya terfokus pada pria di atasnya. Dalam hati, Jungkook mengakui satu hal-Jimin ternyata sangat pandai berciuman.

Jimin melepaskan ciuman itu secara tiba-tiba, menciptakan untaian saliva tipis yang menghubungkan bibir mereka. Tangannya perlahan mengusap bibir merahnya dengan satu jari, tatapan matanya yang sayu menembus langsung ke jiwa Jungkook.

Sedangkan di luar, hujan turun dengan deras, menimbulkan suara gemericik yang mengiringi. Lampu yang redup menambah suasana intim di dalam ruangan. Jimin perlahan mulai membuka kancing kemejanya, satu per satu, memberikan Jungkook kesempatan untuk menatap kulitnya yang terpampang sedikit demi sedikit. Mata Jungkook mengunci pada setiap gerakan Jimin, tatapannya liar namun penuh rasa takjub.

Saat Jungkook mencoba mengangkat tangannya untuk membantu, Jimin dengan lembut menepisnya. "Kamu mau ngapain?" suara Jimin berbisik, namun cukup jelas untuk membuat Jungkook terdiam. "Kamu bahkan gabisa jalan karena mabuk. Malam ini, biarin aku yang ngendaliin semuanya."

Kemeja Jimin jatuh sembarangan ke lantai, diikuti oleh celana jeansnya yang ia lepas dengan santai. Ia tidak tergesa-gesa, membiarkan setiap gerakannya terlihat sensual di mata Jungkook. Jungkook nampak sedikit terkejut, pasalnya, Jimin mengenakan celana dalam berenda berwarna putih yang biasanya dipakai wanita.

"Ini pertama kalinya kamu main sama cowok kan?" Tanya Jimin polos.

Jungkook mengangguk dan menelan ludahnya kasar. Sial, pikir Jungkook. Dia tidak pernah menyangka kalau seorang pria bisa terlihat seseksi ini-atau mungkin ini hanya berlaku untuk Jimin.

Setelah menyingkirkan pakaiannya sendiri, Jimin beralih ke Jungkook. Tangannya dengan cekatan mulai membuka kaus Jungkook, lalu celananya, hingga menyisakannya hanya boxer saja. Boxer dan celana dalam yang mereka kenakan menjadi satu-satunya penghalang di antara kulit mereka yang bersentuhan.

Kulit Jimin tampak halus dan putih, berkilauan dalam cahaya temaram yang samar memenuhi ruangan. Tubuhnya kurus, namun juga berisi di beberapa tempat-terutama di bagian pantat. Di tubuhnya, beberapa tato menghiasi. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah tato bertuliskan nevermind yang melingkari pinggang rampingnya, dan tato fase bulan di punggungnya.

Di sisi lain, Jungkook yang kini tanpa sehelai busana pun terlihat bagaikan pahatan yang hidup. Otot-ototnya tampak tegas dan terukir sempurna, dari perut yang berbaris kotak-kotak hingga dada bidang yang menunjukkan sisi maskulinnya. Tato-tato yang menghiasi seluruh lengan kanannya seakan menambah kesan liar di dirinya.

Mereka saling memandangi tubuh masing-masing. Jimin mendekat, membiarkan jemarinya menyusuri dada bidang Jungkook. Ruangan terasa semakin hangat, bahkan saat angin dingin dari luar menerpa jendela yang berkabut. Jimin melirik Jungkook yang kini terbaring tanpa daya. Ada senyuman samar di wajahnya.

Perlahan, tangan Jimin bergerak turun, menyentuh dan menekan penis Jungkook dengan lembut. Matanya tetap terkunci pada wajah Jungkook, seakan mencoba membaca setiap reaksi pria itu. Napas Jungkook terdengar semakin berat, geraman pelan lolos dari bibirnya.

Tangan Jungkook yang besar dan kokoh mulai terangkat, jari-jarinya bermain di sekitar dada Jimin. Sentuhan itu awalnya lembut, namun perlahan berubah menjadi lebih intens ketika ia memilin area sensitif di sana. Cubitannya sesekali membuat tubuh Jimin bergetar, sebuah sensasi yang membuat penisnya semakin keras.

"Emm..." Sebuah desahan pelan keluar dari bibir Jimin. Tubuhnya bergerak maju, dan dengan penuh keberanian, ia menyingkirkan sisa penghalang terakhir yang melekat pada tubuhnya-celana dalam itu kini tergeletak di lantai, melengkapi pakaian lain yang sebelumnya telah dilempar sembarangan.

Jungkook menelan ludah, matanya terpaku pada pemandangan di hadapannya. Ini adalah pertama kalinya ia melihat penis pria lain selain dirinya sendiri. Tidak terlalu besar, namun juga tidak kecil-cukup proporsional untuk tubuh rampingnya. Warnanya pink dengan cairan pre cum yang keluar dari ujungnya.

"Selamat makan," ujar Jimin dengan senyum menggoda. Ia menarik rambut hitam Jungkook dengan kuat, membuat pria di bawahnya sedikit meringis sebelum tubuhnya menurut begitu saja. Dengan gerakan pasti, Jimin mendorong penisnya masuk-lebih tepatnya memaksa, ke dalam mulut Jungkook.

Jungkook terbatuk pelan, refleksnya seolah melawan, namun kedua tangannya malah bergerak memegang pantat Jimin. Dalam kekacauan kecil itu, ia justru menyentuh bokong Jimin dan meremasnya dengan keras hingga memunculkan desahan setengah sakit setengah nikmat dari pria yang kini duduk di atas wajahnya.

Jungkook memang tidak berpengalaman, tapi entah kenapa tubuhnya bergerak alami. Lidahnya mulai bermain, bergerak mengitari sekitar kepala penis Jimin. Jungkook bahkan semakin berani menusuk lubang kencing di ujung, menguji seberapa jauh ia bisa membuat Jimin kehilangan kendali.

"Shh..." Jimin menggigit bibirnya, sebuah desisan tertahan melarikan diri dari tenggorokannya. "Jungkook, kamu boong yah pas bilang ini pertama kalinya?" ujarnya dengan suara serak. Tubuhnya gemetar karena sentuhan Jungkook.

Jungkook tak memberikan jawaban apa pun. Bibirnya bergerak dengan intens, mengulum dan menyedotnya dengan penuh kesungguhan seakan hidup dan matinya bergantung pada momen ini. Sesekali ia mendesah pelan, menciptakan getaran yang membuat Jimin menggigit bibir bawahnya. Air liur mulai merembes, menetes perlahan dari sudut bibir Jungkook.

Tubuh Jimin menegang tiba-tiba saat gelombang kenikmatan menghantamnya. Dalam sekali tarikan napas, ia mencapai klimaks, cairan hangat memenuhi mulut Jungkook. Kakinya melemah, nyaris kehilangan keseimbangan, sementara matanya bergulir dan pandangannya kabur.

Jungkook menelan seluruh sperma Jimin, itu lebih manis dari yang ia pikirkan. Ia tetap di tempat, hanya memandang Jimin yang kini terengah-engah, rambutnya berantakan dan wajahnya merah padam.

"Gila..." gumam Jimin parau, mencoba menguasai dirinya. "Kamu lebih hebat dari yang aku kira..."




















Jangan lupa support aku dengan cara vote dan komen ya! Thanks💜

The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang