E18 - Sebuah peringatan

176 20 7
                                    

Skip bagian NC (jangan protes, author capek bikin chapter NC)

Malam semakin larut, suasana kamar hotel terasa sunyi. Hanya suara napas pelan mereka yang terdengar, berpadu dengan angin malam yang menyelinap melalui celah jendela balkon. Tubuh mereka berdua basah oleh peluh meskipun mereka baru saja mandi. Tubuh telanjang mereka hanya dilindungi oleh selimut putih yang melilit longgar, memberikan kehangatan setelah sex semalaman.

Jungkook memeluk Jimin dari belakang, dagunya bertumpu di atas kepala Jimin. Ia terus menerus mencium pucuk kepala Jimin dengan lembut, seolah setiap sentuhan itu adalah caranya untuk menunjukkan betapa berharganya Jimin baginya. Pelukan itu erat, penuh rasa sayang yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.

Dalam keheningan itu, Jungkook tiba-tiba berbisik pelan, suaranya terdengar sedikit ragu namun penuh harap. "Sayang, apa kamu belum mau nerima aku jadi pacar kamu?"

Jimin yang awalnya hampir terlelap, tersenyum kecil mendengar pertanyaan itu. Ia membalikkan badannya untuk menghadap Jungkook, menatap wajah lelaki itu dengan mata yang sedikit mengantuk. Tanpa banyak bicara, Jimin memeluk Jungkook erat, membenamkan wajahnya di dada bidang Jungkook. Wangi sabun yang masih tersisa langsung menusuk ke hidungnya.

"Apa kita masih butuh status?" Jimin akhirnya menjawab, suaranya pelan namun cukup jelas untuk didengar. "Seperti ini aja udah cukup buat kita bahagia kan?"

Mungkin itu adalah jawaban yang ambigu. Namun, bagi Jungkook, jawaban itu terdengar seperti penolakan halus. Ia menghela napas panjang, matanya menatap langit-langit kamar yang temaram. "Apa kamu ga suka sama aku, Hyung?" tanyanya dengan nada yang terdengar patah, berusaha menyimpan luka kecil di hatinya.

Jimin langsung panik. Ia segera mengangkat wajahnya, menatap Jungkook dengan penuh penyesalan. "Bukan begitu, Jungkook," jawabnya cepat. "Hanya aja, aku ngerasa kita ga perlu status semacam itu. Sekarang aja kita bertingkah layaknya pasangan yang manis. Jadi apa gunanya status pacaran?"

Jungkook tidak langsung menjawab. Sebagai gantinya, ia menunduk dan mengecup pelan bibir Jimin, sentuhan yang terasa lembut namun penuh arti. Ia menarik diri sedikit, cukup untuk menatap Jimin tepat di matanya.

"Ga masalah," ucapnya akhirnya. "Aku bakal tungguin kamu sampe kamu siap."

Jimin tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya tersenyum kecil, membiarkan dirinya kembali tenggelam dalam pelukan Jungkook yang hangat. Selimut itu kembali ditarik hingga menutupi tubuh mereka sepenuhnya, melindungi mereka dari dinginnya malam. Tanpa banyak kata lagi, mereka membiarkan rasa nyaman itu membawa mereka ke dalam tidur yang damai hingga pagi menjelang.

~🌸~

Paginya, mereka meninggalkan hotel setelah sarapan singkat. Matahari pagi yang hangat menemani perjalanan mereka pulang ke rumah Jimin. Sepanjang perjalanan, Jungkook beberapa kali melirik ke arah Jimin yang duduk di sebelahnya, merasa puas setelah semalam yang menyenangkan. Namun, suasana santai itu segera berubah begitu mereka tiba di rumah Jimin.

Begitu pintu dibuka, mereka disambut oleh pemandangan Taehyung yang duduk santai di sofa ruang tamu. Dengan kaki disilang, Taehyung terlihat acuh. Tangannya memegang ponsel, sementara di meja kecil di depannya terdapat secangkir kopi yang sudah hampir habis.

"Taehyung? Lo ngapain di sini?" tanya Jimin dengan nada bingung, alisnya berkerut.

Taehyung mengangkat wajahnya, menatap Jungkook sekilas sebelum memutar matanya malas. "Kita ada janji. Lo ga lupa kan?" katanya, dengan nada datar.

The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang