Hari-hari mereka terus berjalan dengan mulus. Jimin dan Jungkook tampak cocok satu sama lain, seperti potongan puzzle yang pas. Kehadiran Jimin menjadi sebuah kebahagiaan kecil untuk Jungkook. Setidaknya untuk beberapa waktu. Entah bagaimana malam itu menjadi permulaan dari sebuah bencana.
Malam itu, Jungkook memutuskan untuk pergi ke tongkrongan anak-anak geng motor mereka. Ia berdiri di depan lemari pakaiannya, memandang deretan jaket yang tersusun rapi. Akhirnya, ia memilih jaket kulit hitam kesayangannya, dan memadukannya dengan celana jeans hitam yang senada.
Setelah memastikan semua pas, Jungkook beralih ke rak koleksi jam tangannya yang terletak di sudut ruangan. Tangannya terulur, memilih salah satu jam tangan perak favoritnya. Jam itu memiliki desain sederhana namun berkelas, sempurna untuk melengkapi gayanya malam ini. Ia memakainya sambil mematut diri di depan cermin, memastikan penampilannya rapi.
Tiba-tiba, suara langkah lembut terdengar di belakangnya. Jungkook menoleh, mendapati Jimin berdiri di ambang pintu. Wajah pria itu tampak ragu, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Sayang, kamu mau pergi ketemu teman-teman kamu, ya?" tanyanya pelan.
Jungkook mengangguk sambil tersenyum. "Iya, udah lama banget aku nggak ketemu mereka," jawabnya sambil melirik ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja.
Jimin tidak langsung merespons. Ia malah memainkan ujung bajunya dengan gelisah, tatapannya jatuh ke lantai. "Hmm..." gumamnya lirih, membuat Jungkook mengerutkan alis.
"Kamu kenapa, sayang?" tanya Jungkook, langkahnya mendekat ke arah Jimin. Ia menatap wajah pria itu dengan penuh perhatian.
"Kayaknya aku sakit," ujar Jimin dengan nada pelan, hampir seperti berbisik. Wajahnya tampak memelas, membuat Jungkook refleks panik.
"Kamu sakit? Kita ke dokter aja, ya?" balas Jungkook cepat, tangannya langsung terangkat untuk meraba dahi Jimin.
Jimin menggeleng kecil, memanyunkan bibirnya seperti anak kecil. "Aku cuma pusing. Kamu bisa di rumah dulu hari ini nggak?" ujarnya, menatap Jungkook dengan mata penuh harap.
Jungkook terdiam sejenak. Ia menatap wajah Jimin yang tampak pucat, lalu menghela napas. "Yaudah, aku temenin kamu di rumah," ujarnya akhirnya, sambil mengusap pelan rambut pirang Jimin. "Biar aku masakin sesuatu, kamu mau makan apa, hm?"
"Tteokbokki buatan kamu!" Seru Jimin dengan semangat. Namun, tatapannya tiba-tiba terpaku pada salah satu kotak di rak koleksi jam tangan Jungkook. Ada sebuah jam tangan berdesain lebih ramping dan feminin di antara koleksi lainnya.
"Sayang, kok ada jam tangan cewek di situ?" tanyanya curiga.
Jungkook menoleh ke arah rak dan mengerutkan alis. "Oh, itu koleksi aku juga. Emang itu jam tangan cewek, ya?"
"Hmm... Mungkin unisex," gumam Jimin sambil tersenyum tipis. Namun, pikirannya mulai berkelana. 'Jam tangan cewek? Nggak mungkin kan Jungkook selingkuh?'
Jungkook, yang sama sekali tidak menyadari apa yang sedang dipikirkan Jimin, kembali ke lemari pakaian. Ia mengganti jaket kulitnya dengan sweater kasual, lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya.
"Bro, gue nggak bisa datang malam ini. Jimin lagi sakit," kata Jungkook singkat, nada suaranya terdengar menyesal.
Yang di seberang sana terdengar menghela napas berat. "Hm... padahal udah lama banget kita nggak kumpul-kumpul bareng gini. Yaudah lah mau gimana lagi, tapi lain kali lo harus ikut, ya?"
"Iya, gue janji," balas Jungkook, suaranya meyakinkan. "Lain kali gue pasti dateng."
"Good. Jaga Jimin baik-baik," ujar temannya sebelum menutup telepon.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)
FanfictionPark Jimin, dikenal sebagai "The Queen Bee" di HYBE University, adalah sosok yang diidamkan banyak pria, terutama karena pesona dan daya tariknya yang sempurna. Namun, di balik wajah manisnya, Jimin adalah tokoh antagonis yang licik dan kejam. Apa p...