Namun, momen itu tiba-tiba berubah. Jungkook yang masih fokus berbicara dengan Jimin, berjalan mundur sambil tertawa kecil, tanpa menyadari bahwa di belakangnya terdapat anak tangga. Kakinya tersandung ujung tangga, membuat tubuhnya langsung terhuyung ke belakang.
Saat itu juga, sebuah mobil sport melaju cepat. Lampu depannya menyilaukan mata, dan suara mesinnya menggelegar, semakin mendekati posisi Jungkook yang belum sepenuhnya menyadari bahaya.
Semua terjadi begitu cepat. Hanya dalam sekejap, Jimin dapat melihat Jungkook hampir terjatuh di tengah jalur mobil tersebut. Tanpa ragu, ia berlari ke depan, memeluk tubuh Jungkook dengan erat, dan menjadikan dirinya sendiri sebagai perisai manusia. Ia tidak sempat mendorong Jungkook keluar dari jalur-tubuh Jungkook terlalu berat untuk Jimin dorong.
Jimin menutup matanya rapat-rapat, ia bersiap menerima dampak dari besi berkecepatan 100 km/jam itu. Namun, suara ban berdecit keras memenuhi udara. Mobil itu berhenti hanya beberapa senti dari mereka, membuat keduanya terpaku di tempat.
Hening menyelimuti sejenak, sebelum suara bisik-bisik orang-orang di sekitar mulai terdengar, beberapa tampak berlari mendekati mereka. Namun Jimin hanya bisa menatap mobil di depannya, lalu menundukkan kepala, menyadari betapa dekatnya mereka dengan kematian.
Kepalanya terasa berat, seolah-olah seluruh dunia berputar di sekelilingnya. Adrenalin yang tadi memuncak kini mulai mereda, meninggalkan rasa lemas yang menjalar dari ujung kepala hingga kaki. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar tak terkendali.
"Sebenernya... apa yang baru aja gue lakuin?" gumam Jimin pelan, hampir tak terdengar.
Matanya menatap Jungkook yang masih dalam pelukannya. Wajah pria itu pucat, bibirnya sedikit terbuka, tapi tak satu pun kata keluar. Jimin tahu, Jungkook sama kagetnya seperti dirinya.
'Ini menakutkan. Aku tidak ingin seperti ini. Semua ini sudah terlalu berlebihan.' Pemikiran itu terus berputar di benak Jimin, memburu setiap inci kewarasannya.
Jimin mendorong tubuh Jungkook untuk menciptakan jarak. Ia menggenggam erat tangannya sendiri, mencoba menahan gemetar yang tak terkendali.
"Apa gue udah gila?" pikirnya dalam hati. "Gue bahkan... rela ngelakuin ini buat dia? Buat seseorang yang ga penting sepertinya..."
Ketakutan terus menyelinap masuk ke dalam hatinya. Perasaan cinta yang selama ini tak pernah ia alami, dengan mudah menghancurkan pertahanannya seperti badai musim dingin.
Bagaimana mungkin seorang yang egois seperti Jimin, mengorbankan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan orang lain?
~🌸~
Semenjak kejadian malam itu, Jimin berubah drastis. Ia menghindari Jungkook dengan segala cara. Telepon dari Jungkook dibiarkannya berdering tanpa jawaban. Pesan-pesan yang dikirimkan Jungkook hanya dibaca tanpa balasan. Di kampus, jika Jimin melihat Jungkook dari kejauhan, ia akan segera berbalik arah atau mencari alasan untuk menghilang.
Jungkook mencoba mendatanginya di rumah, mengetuk pintu berulang kali hingga tangannya lelah, namun Jimin tetap tak muncul. Bahkan penjaga rumah pun mengatakan bahwa Jimin sedang tidak di rumah. Entah itu benar atau tidak, Jungkook merasa seperti sedang dijauhi tanpa alasan yang jelas.
Malam itu, Jungkook duduk di sudut basecamp geng motornya, sebuah ruangan yang biasanya penuh dengan tawa dan obrolan santai. Tapi malam ini, suasana terasa berbeda. Jungkook duduk dengan gelas whiskey di tangannya, wajahnya tampak kusut dan lelah.
Ia menenggak habis isi gelasnya dalam sekali teguk, membiarkan cairan panas itu membakar tenggorokannya. Matanya menatap kosong ke arah meja, sementara teman-temannya mulai melirik ke arahnya dengan rasa ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)
FanfictionPark Jimin, dikenal sebagai "The Queen Bee" di HYBE University, adalah sosok yang diidamkan banyak pria, terutama karena pesona dan daya tariknya yang sempurna. Namun, di balik wajah manisnya, Jimin adalah tokoh antagonis yang licik dan kejam. Apa p...
