Jimin duduk di ruangan serba putih itu, suasananya tenang. Lampu-lampu putih terang di langit-langit memantulkan kilauan dingin di dinding bercat polos tanpa ornamen apa pun. Sebuah meja kayu sederhana berada di tengah ruangan, dihiasi dengan tumpukan kertas, bolpoin, dan beberapa file pasien yang tertata rapi. Di sudut ruangan, terdapat rak kecil berisi buku-buku tebal tentang psikologi dan gangguan mental, memberikan kesan profesional dari orang yang duduk di balik meja.
Jimin, dengan gaya khasnya yang percaya diri, duduk di kursi berlapis kulit di hadapan psikiaternya, Kim Seokjin. Ia menyilangkan kakinya, satu tangan bersandar santai di sandaran kursi sementara tangan lainnya memegang ujung jaket. Senyumnya lepas, seperti seseorang yang tidak memiliki beban dalam hidupnya.
"Jadi gue membuat dia tidur sama tiga cowok dan nyebarin videonya ke sosial media," katanya dengan nada datar, seolah-olah yang baru diucapkannya adalah hal yang biasa.
Seokjin, dengan ekspresi tenangnya yang profesional, hanya mengangguk pelan. Namun dia masih saja belum terbiasa mendengar pengakuan semacam ini dari Jimin. Sambil menyesuaikan posisi kacamatanya, ia menuliskan sesuatu di kertas laporan di depannya, mencatat setiap kata tanpa melewatkan detail.
"Apa Anda melakukan itu untuk merebut kekasihnya?" tanya Jin lagi.
"Ya." Jawaban Jimin singkat, tanpa keraguan sedikit pun.
Seokjin melirik Jimin sejenak sebelum kembali menulis. 'Setidaknya ini lebih baik daripada yang terakhir kali,' gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada untuk Jimin.
Jimin tersenyum kecil karena mendengar komentar itu. Seokjin kemudian menatapnya lagi, melanjutkan pertanyaan formal yang biasa ia tanyakan pada pasiennya. "Mengapa Anda merebut pria itu? Apakah perasaan itu benar-benar cinta, atau mungkin itu hanya obsesi sesaat?"
Jimin menyeringai, mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. "Bukannya itu udah jelas? Kan lo yang paling tau gue, Hyung."
Seokjin menarik napas panjang dan meluruskan punggungnya. Memang, dia tahu lebih banyak tentang Jimin daripada Jimin mengetahui dirinya sendiri. Tentu saja itu karena dia sudah menjadi psikiater Jimin selama lebih dari 3 tahun.
Jimin adalah pengidap Antisocial Personality Disorder (ASPD), kelainan mental yang sering kali disebut sebagai sosiopat. Ini adalah gangguan psikologis di mana seseorang cenderung mengabaikan konsep benar dan salah, tidak memiliki empati, dan hampir tidak pernah merasa penyesalan atas tindakannya. Gangguan ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang buruk. Mereka sering melakukan kejahatan yang bersifat spontan dan impulsif, seperti mencuri, berkelahi, atau menipu. Dan dalam kasus ekstrim seperti Jimin, mereka melakukan pembunuhan.
Mereka seperti serigala berbulu domba di tengah masyarakat, sering kali menjalani kehidupan dengan tujuan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Orang-orang seperti Jimin jarang merasakan cinta yang tulus. Hubungan yang mereka bangun biasanya berdasarkan keuntungan sepihak atau mutualisme semu, tanpa adanya kedalaman emosional.
"Jika memungkinkan," Jin mencoba lagi, menatap lurus ke arah Jimin, "bisakah Anda memperbaiki kerugian yang Anda sebabkan pada korban?"
"Ga bisa." Jimin menjawab tanpa basa-basi, nada suaranya datar dan acuh tak acuh. Seolah-olah pertanyaan itu tidak relevan atau terlalu konyol untuk dipertimbangkan.
Seokjin hanya mengangguk, mencatat jawaban itu di kertas laporannya. Ia tahu, memaksa Jimin untuk merasa bersalah adalah tugas yang hampir mustahil. Tidak ada gunanya menekannya lebih jauh hari ini.
Sesi itu akhirnya ditutup. Seokjin menegakkan kembali file di mejanya, sementara Jimin berdiri, meraih jaketnya dengan santai. Tanpa sepatah kata lagi, Jimin berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan suasana dingin dan kosong yang seolah menjadi ciri khas dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)
FanfictionPark Jimin, dikenal sebagai "The Queen Bee" di HYBE University, adalah sosok yang diidamkan banyak pria, terutama karena pesona dan daya tariknya yang sempurna. Namun, di balik wajah manisnya, Jimin adalah tokoh antagonis yang licik dan kejam. Apa p...