E31 - Pesan dari Eunha?

132 16 0
                                    

Keesokan harinya, pagi menyapa dengan lembut di apartemen Jungkook. Sinar matahari yang hangat memantul di balik tirai, menciptakan cahaya keemasan yang indah. Di tengah heningnya ruangan, aroma hujan semalam masih terasa samar.

Jungkook terbangun lebih dulu, rambutnya berantakan, dan matanya masih setengah terpejam. Namun, saat menoleh ke arah Jimin yang masih tertidur pulas, bibirnya melengkung. Dengan langkah pelan agar tidak membangunkan Jimin, ia berjalan ke dapur, tangannya dengan cekatan mulai menyiapkan sarapan. Bunyi lembut panci dipadu aroma tumisan bawang mulai mengisi ruangan, menghadirkan aroma gurih yang mengundang.

Jimin terbangun karena aroma masakan yang menyelinap ke hidungnya, mengusir sisa-sisa kantuk yang masih menempel. Ia mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ketika hendak meraih ponsel di meja kecil di sebelah kasur, alisnya berkerut. Tidak ada.

Dengan langkah gontai, ia bangkit, matanya menyisir kamar dengan cepat. Tapi ponsel itu tetap tidak terlihat. "Apa jatuh?" gumamnya pelan, mengarahkan pandangan ke bawah kasur. Tidak ada.

Pikirannya melayang ke semalam, saat mereka pulang dari klub. Ia mulai khawatir. "Apa gue tinggalin di klub ya?" bisiknya pada dirinya sendiri.

Dengan tubuh yang masih terasa berat, ia pun berjalan menuju dapur. Ia duduk di kursi meja makan, menatap punggung Jungkook yang sibuk di depan kompor.

"Pagi, sayang," sapa Jimin.

Jungkook menoleh sebentar, matanya yang masih sedikit sayu bersinar lembut. "Pagi juga," balasnya singkat, lalu melanjutkan memasaknya.

Beberapa saat kemudian, Jungkook meletakkan piring berisi omurice di hadapan Jimin, lengkap dengan saus tomat yang digambar hati kecil di atasnya. Jimin menatap piring itu, lalu menoleh ke Jungkook dengan alis sedikit terangkat.

"Kamu imut banget. Hati?" Kekeh Jimin, tapi tangannya sudah mengambil sendok, mencicipi masakan itu.

Jungkook mencondongkan tubuhnya ke meja, menatap Jimin dengan tatapan menunggu. "Gimana? Enak, kan?"

Jimin tersenyum. "Enak seperti biasa," pujinya lagi, membuat Jungkook mengangguk puas.

Setelah sarapan selesai, Jimin tanpa banyak bicara membawa piring-piring ke wastafel. Ia mulai mencuci piring-piring itu, air hangat mengalir lembut membasahi tangannya. Sedangkan Jungkook duduk di sofa, menyalakan televisi dengan volume pelan. Suara acara pagi yang ringan pun mengisi ruangan.

Selesai mencuci piring, Jimin mengeringkan tangannya lalu berjalan menuju sofa. Ia menjatuhkan diri di sebelah Jungkook, dan bersandar ke lengan kekar Jungkook dengan nyaman. Wajahnya menyender santai, matanya terpejam sesaat, membiarkan dirinya larut dalam kehangatan sederhana pagi hari ini. Jungkook menoleh sedikit, menatap Jimin dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat. Mereka tetap di sana, duduk bersisian dengan latar suara televisi yang tak terasa canggung.

Beberapa waktu berlalu, Jungkook pun beranjak dari sofa untuk pergi ke kamar mandi. "Aku mandi dulu, ya," katanya singkat sambil berjalan menuju kamar mandi. Jimin mengangguk tanpa banyak bicara, matanya masih sibuk mengikuti alur film yang sekarang berganti menjadi film dokumenter pembunuhan.

Namun saat sedang asik menonton, matanya tanpa sengaja jatuh ke ponsel Jungkook yang tergeletak di sofa, layar menyala dengan notifikasi pesan yang baru masuk. Nama "Eunha" terpampang jelas di layar, membuat alis Jimin langsung terangkat.

Dengan cepat, dia meraih ponsel itu, membukanya tanpa ragu karena Jungkook tidak pernah memasang kata sandi. Pesan dari Eunha muncul di layar: "Jungkook, ayo ketemu. Aku butuh bicara sama kamu."

Rahangnya mengeras, dan jemarinya bergerak cepat. Tanpa berpikir panjang, Jimin menekan tombol "Blokir Kontak", lalu menghapus pesan itu. Setelah memastikan tidak ada jejak yang tersisa, dia meletakkan ponsel Jungkook kembali ke tempat semula. Napasnya sedikit tersengal meski ia tak sedang melakukan kegiatan yang melelahkan.

Dia kembali bersandar di sofa, mencoba menenangkan pikirannya, tapi emosi itu masih menguasainya. "Kenapa sih jalang itu masih ngehubungin Jungkook? Apa jangan-jangan, selama ini mereka memang masih berhubungan di belakang gue?" pikir Jimin, tanpa sadar menggigit jari kukunya karena khawatir. Kakinya terhentak pelan, sementara matanya terus terpaku ke arah kamar, menunggu Jungkook keluar.

"Enggak, enggak mungkin," gumam Jimin pelan. "Jungkook udah jatuh cinta sama gue. Pasti jalang itu cuma berusaha narik perhatian Jungkook." Jimin memejamkan mata sesaat, menenangkan pikirannya sambil mengatur emosi yang sempat melonjak.

Beberapa detik kemudian, suara pintu kamar mandi terbuka dan membuat Jimin menoleh. Jungkook muncul dengan handuk yang melingkar di pinggangnya, rambut hitamnya basah, meneteskan sisa-sisa air ke lantai. Ia tampak segar, namun ekspresinya langsung berubah menjadi penuh perhatian ketika melihat Jimin yang duduk di sofa dengan raut wajah gelisah.

"Kamu kenapa, sayang?" tanyanya lembut, mendekati Jimin sambil mengusap rambutnya dengan handuk kecil.

Jimin terkejut mendengar pertanyaan itu. "Ya? Aku... nggak apa-apa kok," jawabnya sambil tersenyum kecil.

Jungkook mengangguk pelan, mengambil tempat duduk di samping Jimin. Ia menatapnya sejenak sebelum melanjutkan, "Oh iya, omong-omong, minggu depan ayah aku mau ngundang kamu buat makan malam. Kamu bisa kan?"

"Hm... minggu depan ya? Aku bakal kosongin jadwal," katanya akhirnya, menatap Jungkook dengan senyum yang tulus.

Jungkook mengangguk puas, meraih ponselnya yang tergeletak di meja. "Bagus, aku bakal kasih tahu mereka."

Jimin hanya mengangguk kecil, matanya mengikuti gerak Jungkook yang kini berdiri untuk melanjutkan aktivitasnya. Jimin memutuskan untuk tidak mengatakan apapun tentang pesan dari Eunha, dan hari pun berlalu seperti biasanya.


~🌸~


Hari pertemuan Jimin dengan keluarga Jungkook pun tiba. Malam ini, Jimin berdiri di depan cermin, mengenakan setelan anggun berupa kemeja putih yang dipadukan dengan blazer biru tua yang pas di tubuhnya. Celana panjang senada yang slim-fit dan sepatu kulit mengilap melengkapi penampilannya, memberikan kesan elegan tapi tidak berlebihan. Rambutnya tertata rapi ke belakang, menonjolkan garis wajahnya yang halus, sementara jam tangan silver melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Sambil menunggu, Jimin mengecek ponselnya. Ia teringat bagaimana ponsel itu sempat hilang. Beberapa hari sebelumnya, seorang pria yang menemukan ponselnya di klub menelepon nomor terakhir yang ada di daftar panggilan, yaitu ibunya. Pria itu berkata ingin mengembalikan ponsel itu dan mereka pun janjian bertemu di sebuah kafe. Jimin menyadari betapa beruntungnya ia karena ponselnya ditemukan oleh orang baik. Kalau tidak, ponsel berisi file-file penting perusahaan itu akan hilang selamanya.

Kini, ponsel itu menunjukkan pesan terbaru dari Jungkook: "Aku hampir sampai." Jimin menarik napas panjang, memeriksa penampilannya sekali lagi, memastikan semuanya sempurna sebelum bertemu dengan keluarga Jungkook untuk pertama kalinya.




















Jangan lupa support aku dengan cara vote dan komen ya! Thanks💜

The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang