E35 - Menyelidiki kasus

111 13 1
                                    

Jimin tinggal di apartemen Jungkook untuk sementara waktu, menjadi sosok yang setia mendampingi di saat Jungkook menghadapi masa-masa sulit. Depresi yang melingkupi Jungkook semakin parah setelah insiden kematian Eunha. Sekarang bahkan tubuhnya demam tinggi hingga membuat Jungkook semakin terlihat rapuh.

Apartemen yang biasanya dipenuhi dengan aura dominasi Jungkook kini terasa lebih kelam. Untungnya, Jimin selalu ada di sana untuk membantunya. Setiap sudut ruangan ia bantu rapikan, dan makanan pun ia pastikan datang tepat waktu.

Di tepi ranjang, Jimin duduk, mengganti handuk basah yang mulai hangat di dahi Jungkook. Sesekali, ia memijat lembut tangan Jungkook yang dingin.

"Malam ini kamu mau makan apa, sayang?" tanyanya pelan. Matanya mulai bergulir melihat layar ponsel, mencari opsi makanan yang mungkin disukai Jungkook.

Jungkook membuka matanya perlahan. Wajahnya terlihat pucat, dan suaranya nyaris tidak terdengar. "Apa aja..." jawabnya pendek, lemah.

Jimin menatap Jungkook sejenak. "Hmm, kalau gitu sup aja, ya? Kamu kan lagi sakit. Yang hangat-hangat pasti enak."

Pesanan pun segera dikirimkan. Setelah memastikan semuanya beres, Jimin menyelinap masuk ke tempat tidur di sisi Jungkook. Ia menarik selimut, menutupi tubuh mereka berdua, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook. Ia hanya memeluk Jungkook, memberikan kenyamanan yang sangat dibutuhkan pria itu.

Suara bel apartemen berbunyi, memecah keheningan. Jimin, yang saat itu sedang beristirahat dengan nyaman di samping Jungkook, seketika sigap. "Makanannya kok cepet banget sampe ya?," gumamnya pelan sebelum beranjak. Ia melangkah menuju pintu dengan sedikit tergesa.

Namun, saat pintu terbuka, bukan kurir pengantar makanan yang ia temukan, melainkan empat sosok yang sangat familiar: Bambam, Eunwoo, Yugyeom, dan Mingyu. Mereka berdiri di sana dengan wajah penuh semangat, masing-masing membawa kantong berisi makanan dan juga buah-buahan.

"Eh?" Jimin terkejut, tidak menyangka kedatangan mereka.

"Jimin, ternyata lo nginep di sini ya? Kita mau jenguk Jungkook nih," ujar Bambam sambil mengangkat kantong yang dibawanya. Senyum cerahnya kontras dengan wajah malas Jimin.

Jimin dengan cepat menutup pintu sedikit, menyisakan celah kecil yang cukup untuk berbicara. "Jungkook lagi tidur. Jadi dia gak bisa nerima tamu sekarang," ucapnya dengan nada datar.

"Oh, yaudah, kita tunggu di ruang tengah aja sampe dia bangun. Kita janji gak bakal ganggu, kok," kata Mingyu, mencoba menawarkan kompromi.

Jimin menggeleng pelan. "Dia baru aja tidur. Tadi dia minum obat, jadi kemungkinan bangunnya lama. Mending kalian jenguknya besok aja," balasnya lagi.

Keempatnya saling bertukar pandang, tampak mempertimbangkan jawaban Jimin. Setelah beberapa detik, Bambam mengangguk. "Oh, gitu ya. Yaudah, titip salam buat Jungkook ya. Besok kita balik lagi buat jenguk dia."

"Yaa, besok gue kabarin kalian kalo Jungkook udah bisa nerima tamu," ucap Jimin sambil membungkuk sebentar untuk terlihat sopan.

Setelah mereka pergi, Jimin menutup pintu dengan cepat. Ia menghela napas panjang sebelum kembali ke kamar.

"Ck. Mengganggu." Gumamnya kesal.

Begitu kembali ke kamar, ia menemukan Jungkook masih terbaring lemah di tempat tidur. Tubuhnya tampak lebih kecil dari biasanya, terbungkus selimut tebal. Namun, Jungkook membuka matanya sedikit, menatap Jimin dengan tatapan lemah.

"Sayang... siapa tadi?" tanyanya, suaranya hampir seperti bisikan.

Jimin tersenyum kecil. "Ternyata cuma orang salah alamat. Aku kira tadi makanan kita udah sampe," jawabnya sambil duduk di sisi lain tempat tidur.

The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang