Sementara itu, Jimin berjongkok di depannya, menatapnya dengan ekspresi puas. Seringai mengerikan menghiasi wajah manisnya.
"Haa... sial," Jimin mendesah pelan, suaranya dipenuhi nada mengejek. "Otak bodoh itu akhirnya sadar juga, ya?"
Mata gelapnya menatap Jungkook yang masih terbaring di lantai, napas pria itu masih tersengal akibat tendangan barusan.
"Lo bener," suara Jimin terdengar tajam. "Emang gue yang ngerencanain semuanya. Pemerkosaan, video itu... semua supaya lo bisa jadi milik gue, Jungkook."
Rahang Jungkook mengatup erat. Tinju di tangannya mengepal kuat.
"Sialan," desisnya penuh kemarahan.
Namun Jimin malah tersenyum. Ia mendekat, menatap Jungkook dengan ekspresi memelas yang begitu meyakinkan, seperti bukan orang yang baru saja mengaku menghancurkan hidup seseorang tanpa rasa bersalah.
"Aku ngelakuin ini karena aku mencintaimu, Jungkook." Suaranya melembut. "Kamu bisa mengerti kan?"
Jungkook diam. Ia sangat ingin menghajar Jimin sekarang. Tapi di saat yang sama, ia tak mampu melakukannya. Ia tidak bisa menyakiti Park Jimin, orang yang dicintainya.
Jimin memperhatikan setiap gerakannya, lalu tiba-tiba tertawa.
"Pfft... hahaha! Dasar bodoh." Jimin menggeleng kecil. "Lo bahkan gak bisa mukul gue. Kenapa sok-sokan kayak gitu?"
Jungkook hanya bisa menatapnya sedih. Rasa kecewa, pengkhianatan, dan amarah bercampur menjadi satu. Ia tidak percaya bahwa sifat asli Jimin ternyata seperti ini.
"Inilah kenapa hidup gue hancur setelah ketemu sama lo. Ternyata penyebab semua kemalangan gue adalah lo, Jimin."
Jimin berdiri, meninggalkan Jungkook yang masih terduduk di lantai. Dengan langkah santai, ia berjalan ke arah sofa dan menjatuhkan dirinya di sana.
"Terus? Lo mau gue gimana?" Tanya nya malas.
"Apa lo pikir gue gak bisa bongkar segala kejahatan lo?" suara Jungkook parau. "Jangan lupa, gue punya bukti kuat."
Jimin mendongak sedikit, rahangnya mengeras.
"Coba aja, kalau lo mau mati," ucapnya datar.
Jungkook menggeram pelan. Dengan susah payah, ia berusaha bangkit, tubuhnya masih terasa sakit akibat pukulan dan tendangan sebelumnya.
Langkahnya tertatih menuju pintu, dadanya terasa sesak, tapi satu hal yang jelas-ia tak mau berada di tempat ini lebih lama lagi.
"Apa lo bener-bener mau milih jalan ini, Jungkook?" suara Jimin terdengar rendah, penuh ancaman.
Jungkook berhenti sejenak, tanpa menoleh ia menjawab dengan suara dingin.
"Lebih baik gue mati dibanding sama psikopat kayak lo."
Tanpa ragu, ia membuka pintu dan melangkah keluar, menutupnya dengan keras di belakangnya.
Jimin tetap diam di tempatnya. Ekspresi angkuh di wajahnya perlahan menghilang, digantikan dengan tatapan yang redup.
Ia tak punya pilihan lain.
Jungkook harus disingkirkan.
~🌸~
Jimin menekan ponsel ke telinganya sementara tangannya yang lain tetap memegang kemudi. Matanya fokus ke jalan, tapi pikirannya berkecamuk.
"Taehyung. Datang ke rumah gue sekarang juga," ucapnya sebelum menutup telepon dan menekan gas lebih dalam. Mobil melaju cepat menuju Mansion Park, menembus malam yang sepi.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)
FanfictionPark Jimin, dikenal sebagai "The Queen Bee" di HYBE University, adalah sosok yang diidamkan banyak pria, terutama karena pesona dan daya tariknya yang sempurna. Namun, di balik wajah manisnya, Jimin adalah tokoh antagonis yang licik dan kejam. Apa p...