Jungkook menekan tombol di ponselnya, suaranya tegas. "Tarik semua investasi gue dari perusahaan mereka, secepatnya," perintahnya kepada sekretaris di ujung telepon lalu menutup panggilan.
Jimin mendekat dan duduk di sofa sebelah dengan tatapan khawatir. Tangan Jungkook terulur untuk mengusap bahu Jimin. "Kamu benar, Sayang. Teman-teman aku ternyata nggak bisa dipercaya," gumamnya kecewa.
Senyum tulus merekah di wajah Jimin. "Makasih udah ngebela aku, Sayang. Aku nggak nyangka kamu lebih milih aku dibanding mereka."
Jungkook menatapnya lembut. "Tentu aja. Kamu satu-satunya orang yang aku sayang. Apapun yang terjadi, aku akan selalu ada di pihak kamu."
"Jungkook..." Jimin melirik bibir Jungkook.
Tak ada lagi kata-kata yang dibutuhkan. Ia pun menarik kerah Jungkook dan menciumnya. Bibir tebal itu melumat bibir bawah Jungkook yang manis, menggigit dan juga menghisapnya dengan lembut.
Jungkook mendorong tubuh Jimin ke sofa tanpa melepaskan pagutan mereka. Tubuh Jimin terkukung di bawah tubuh kekar Jungkook, sementara nafas Jungkook terdengar berat.
Pagutan itu terlepas dengan beberapa untai saliva. Jungkook lalu menatap wajah di bawahnya-bibir Jimin yang merah dan basah oleh saliva, serta mata sayu yang menggoda.
Tangannya dengan perlahan menyelinap ke bawah kaos Jimin, menyusuri kulit lembut di pinggangnya sebelum akhirnya berhenti di dada. Jemarinya memelintir puting Jimin dengan lembut namun cukup untuk membuat pria itu mengeluh tertahan.
"Hah... Jung... kook..." suara Jimin pecah, nyaris terdengar seperti erangan.
Jungkook kembali mencium bibirnya, tapi kali ini turun ke leher Jimin. Di sana, matanya menangkap bekas samar yang ditinggalkan Eunwoo beberapa hari lalu. Ekspresi tak suka seketika terpasang di wajahnya.
"Sial," desis Jungkook penuh geram, sebelum menggantikan bekas itu dengan miliknya. Bibirnya menjilat, menghisap, hingga kulit Jimin berbekas merah pekat, sementara tubuh Jimin melengkung refleks di bawahnya. Setelah memastikan semua bekas lama menghilang, Jungkook pun membuka kaos Jimin dan juga miliknya.
Tanpa ragu, bibirnya kembali bergerak, kali ini langsung menghisap puting Jimin yang telah menegang. Sementara satu tangannya memilin puting lainnya.
"Emhh..." Jimin menarik kepala Jungkook, membuat pria itu semakin terbenam di dadanya.
Jungkook menghentikan aktivitasnya dan bangkit dari sofa. Jemarinya melingkari pergelangan tangan Jimin, membimbing tangan itu perlahan menuju resleting celananya.
Jimin menarik napas dalam-dalam, pandangannya tertuju pada gerakan halus tangan yang kini membuka resleting itu. Ketika akhirnya ia mengeluarkan penis Jungkook, ia merasakan debaran yang tak asing.
Bentuknya, seperti yang ia ingat-besar, kokoh, dan berurat.
Tangannya bergerak perlahan, nyaris tanpa sadar, menelusuri urat yang nampak di permukaan. Sentuhan itu membawa sensasi yang membuat napas Jungkook tertahan, dan ketika jemari Jimin akhirnya mencapai ujung kepala penisnya, desahan kecil lolos dari bibir Jungkook, disertai geraman yang terdengar berat.
"Sayang, kulum penisku," perintah Jungkook dengan suara rendah. Tanpa berpikir dua kali, Jimin menjulurkan lidahnya, menjilat penis Jungkook perlahan dari pangkal hingga ke ujung.
Ketika ia akhirnya memasukkan separuhnya ke dalam mulut, bibir tebalnya melingkari dengan indah, sementara lidahnya yang hangat bermain di ujung, menciptakan sensasi yang membuat tubuh Jungkook menegang karena nikmat.
Jungkook menggeram pelan. Sebenarnya ia sangat ingin memegang kepala Jimin dan memasukkan penisnya sepenuhnya. Namun, ia menahan diri. Jungkook tak ingin membuat Jimin merasa tak nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)
FanfictionPark Jimin, dikenal sebagai "The Queen Bee" di HYBE University, adalah sosok yang diidamkan banyak pria, terutama karena pesona dan daya tariknya yang sempurna. Namun, di balik wajah manisnya, Jimin adalah tokoh antagonis yang licik dan kejam. Apa p...