Hari itu, matahari sudah tinggi ketika Jungkook dan Jimin bersiap-siap berangkat ke kampus. Apartemen mereka dipenuhi keheningan yang nyaman, hanya dipecahkan oleh suara kecil aktivitas pagi. Jimin, mengenakan kaos putih yang dipadukan dengan jaket, terlihat sibuk memeriksa isi tasnya untuk memastikan semua kebutuhan kuliah sudah lengkap. Di sisi lain, Jungkook, dengan hoodie merahnya, duduk santai di kursi makan sambil menghabiskan roti panggang.
"Kita nggak bakal telat, kan?" tanya Jimin, sesekali melirik jam dinding. Jungkook menoleh, senyum kecil terulas di wajahnya. "Tenang aja, kita masih punya waktu," ujarnya santai, sambil meneguk kopi terakhirnya. Setelah memastikan pintu terkunci, mereka pun keluar apartemen, melangkah ke arah mobil yang terparkir.
Di sepanjang perjalanan, suasana terasa biasa. Jimin mengoceh tentang proyek kelompok yang tertunda, sementara Jungkook sesekali menanggapi dengan senyuman. Jalanan tak terlalu ramai, dan angin musim gugur yang hangat menambah kesan damai di antara mereka.
Namun, ketika mobil mereka tiba di area parkir kampus, Jimin mulai merasakan sesuatu yang aneh. Saat keduanya keluar dari mobil, beberapa mahasiswa yang berdiri di dekat gerbang terlihat berhenti berbicara sejenak, mata mereka terpaku ke arah Jungkook dan Jimin. Bisikan-bisikan kecil mulai terdengar samar, meski Jimin tak bisa menangkap apa yang mereka bicarakan.
"Jungkook, kamu ngerasa ada yang aneh nggak?" tanya Jimin sambil menatap sekeliling. Jungkook mengangkat alisnya, lalu mengedikkan bahu. "Mungkin cuma perasaanmu aja. Ayo jalan."
Mereka berjalan melintasi lorong kampus menuju gedung fakultas. Di sepanjang jalan, suasana semakin janggal. Tatapan-tatapan aneh terus mengikuti mereka. Beberapa mahasiswa berhenti sejenak hanya untuk menoleh, sementara yang lain berbisik-bisik dengan temannya sambil melirik Jungkook dan Jimin.
"Eh, itu mereka, kan?" suara seorang mahasiswa terdengar samar dari sisi kanan. "Iya, Jungkook yang itu," balas temannya, suaranya sedikit lebih pelan, tapi cukup bagi Jimin untuk menangkap fragmen kata itu.
Jimin melirik Jungkook. Wajah pria itu tampak lebih serius sekarang. Matanya menyapu sekeliling seolah mencari tahu apa yang sedang terjadi. "Apa yang sebenarnya mereka omongin?" gumam Jungkook pelan.
Jimin mengeluarkan ponselnya dengan gerakan cepat, mencari-cari nomor Taehyung dan langsung menekan tombol telepon. Suara di seberang menjawab dengan nada santai.
"Taehyung, apa yang terjadi sama orang-orang?" Tanya Jimin sedikit panik.
"Kayaknya ada rumor aneh yang menyebar." Balas Taehyung.
"Ck. Kita perlu bicara sekarang. Temuin gue di taman," ujarnya tegas sebelum menutup panggilan. Jungkook berdiri di sebelah Jimin, diam dengan ekspresi bingung yang menyembunyikan rasa kacau di dalam dirinya.
Saat mereka tiba di taman fakultas, Taehyung sudah menunggu di meja bundar yang berada di bawah naungan pohon besar. Jungkook dan Jimin pun mendekat dan duduk di depannya.
Setelah menarik napas panjang, Taehyung memulai. "Gue nggak tahu gimana cara ngasih tahu ini ke kalian... Tapi ada rumor yang mulai menyebar di kampus."
Jungkook menatap Taehyung dengan bingung. "Rumor apa?" tanyanya, suaranya penuh ketegangan.
Taehyung terlihat ragu, tetapi akhirnya ia berkata, "Ada yang bilang kalau Eunha bunuh diri alasannya karena lo, Jungkook. Mereka bilang saat itu lo mengabaikan dia saat dia depresi dan milih pacaran sama Jimin."
Kata-kata itu menghantam Jungkook seperti petir di siang bolong. Ia terduduk, ekspresinya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, "Apa? Itu nggak masuk akal... Eunha nggak pernah ngehubungin gue satu kali pun semenjak putus... Gue bahkan nggak tahu apa yang terjadi sama dia..."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Bee (Jikook)/(Kookmin)
FanficPark Jimin, dikenal sebagai "The Queen Bee" di HYBE University, adalah sosok yang diidamkan banyak pria, terutama karena pesona dan daya tariknya yang sempurna. Namun, di balik wajah manisnya, Jimin adalah tokoh antagonis yang licik dan kejam. Apa p...