44 - Future's Plan

381 49 6
                                    

Update langsung 3 chapter soalnya setelah ini aku mau selingkuh ke naskah adeknya Hadja 😀 Anyway new cover nii xD
Selamat membaca^^

***

Hadja mengatur napasnya ketika sampai di counter pemesanan Glece Kafe. Tampaknya kedatangan Hadja mengundang perhatian cukup banyak orang yang berada di kafe. TInggi, rupawan, datang dengan tergesa-gesa. Ditambah, Hadja masih mengenakan scrub biru dan jas dokternya, tak lupa dengan lemabaran-lembaran kertas di tangannya yang kusut tertiup angin. Keringat mengucur tipis dari pelipis Hadja. Jarak antara kafe dengan departemen bedah biasanya ditempuh dalam waktu sepuluh hingga lima belas menit berjalan kaki, tetapi kini Hadja menghemat setengah waktu perjalanan karena berlari.

"Apa Grace ada di sini?" tanya Hadja kepada salah seorang karyawan kafe.

"Kak Grace ada, sepertinya sedang di ruangan manajemen." Karyawan pria muda itu menunjuk sebuah ruangan kecil tak jauh dari counter yang pintunya tertutup. "Ada perlu—" Perkataan karyawan itu terhenti ketika melihat Hadja langsung menghampiri ruangan tersebut, memunculkan wajah bingung karena perilaku Hadja.

Tanpa menunggu, Hadja langsung mengetuk pintu ruangan tersebut. "Masuk aja, gak dikunci kok." Suara familier membalas dari balik pintu.

Hadja membuka pintu dan masuk segera setelah mendengar lampu hijau dari Grace, menimbulkan rasa terkejut bagi Grace yang sama sekali tak menyangka akan melihat Hadja sehingga ia sontak berdiri dari sofa dan menghampiri Hadja.

"Had ... Ja." Ucapan Grace terkejut karena tiba-tiba saja Hadja mendaratkan tubuhnya kepada Grace, merengkuhnya masuk ke dalam pelukan.

Nyaman sekali .... Grace langsung melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Hadja untuk membalas pelukan itu, menyenderkan kepalanya di dada Hadja yang terasa bidang. Grace tak tahu mengapa Hadja tiba-tiba memeluknya tetapi siapa peduli alasannya. Saat ini ia hanya ingin menikmati momennya bersama Hadja. Untung saja Hadja langsung menutup pintu ruangan itu.

"Apa ini? Kenapa? Ada apa?" tanya Grace sembari tertawa kecil ketika ia rasa Hadja sudah cukup lama memeluknya.

"Aku meminta maaf, Grace. Aku gak tahu kamu akan ke rumah sakit. Aku juga gak mengecek ponselku. Aku benar-benar meminta maaf," kata Hadja sembari mengeratkan pelukannya.

Ternyata karena itu. Grace mengusap-usap punggung Hadja. Dari jarak sedekat ini, Grace dapat mencium aroma rumah sakit dari badan Hadja. Sepertinya Hadja tak mengenakan begitu banyak parfum ketika sedang di rumah sakit. Tenang saja, pakaian yang Hadja kenakan saat ini tak terkontaminasi apa pun, ia baru saja mengganti scrub-nya sebelum makan siang tadi dan mengenakan jas yang baru saja dicuci. Meskipun begitu, aroma tubuh alaminya tetap begitu memabukkan bagi Grace. Rasanya ia tak ingin melepaskan Hadja sama sekali, apalagi kini pria itu malah memanfaatkan tangan kanannya untuk mengusap puncak kepala Grace.

"Kalau kamu memeluk aku lebih lama, aku gak akan mau melepaskan kamu untuk satu jam ke depan loh. Memangnya kamu gak sibuk?" tanya Grace menggoda.

Hadja sontak melepaskan pelukannya. "Maaf Grace, kalau itu aku tidak bisa. Aku hanya bisa di sini sebentar. Tiga puluh menit."

Grace tertawa. Hadja memang benar-benar selalu menganggap perkataan orang lain sebagaimana yang diucapkan, kesulitan untuk memahami makna tersirat atau membedakan candaan dan sesuatu yang diucapkan secara serius. Grace harus benar-benar berhati-hati soal itu.

"Ayo duduk," kata Grace, mereka berdua pun duduk di sofa ruang manajer—ruang kerja pribadi Grace tepatnya. "Kenapa kamu ke sini kalau kamu sibuk."

"Kamu membawakan aku makanan?" Mata Hadja menangkap sebuah kotak bekal makan di atas meja sofa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[SS] Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang