Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya)
#oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga#
note : setiap cover berganti, artinya akan segera publish cerita baru
17+ juga ada
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Sejak hari itu, langkah Jihyo benar-benar menjauh.
Tidak lagi ada suara ringan yang menyapa di lorong fakultas. Tidak ada pesan singkat yang bertanya, "Sudah makan?" atau "Jangan lupa pakai jaket, kau gampang masuk angin." Tidak ada senyum kecil dari jauh, tak ada tawa yang mengisi ruang sunyi di kepala Jungkook.
Dan anehnya, dunia jadi terlalu hening baginya.
Ia tidak sadar seberapa besar kehadiran Jihyo menempel dalam hari-harinya, sampai semua itu menghilang.
Ia mencoba tetap sibuk. Membenamkan diri dalam kamera dan lensa, mengambil foto-foto langit, daun jatuh, dan siluet orang-orang yang tidak ia kenal. Tapi tak satu pun dari semua itu memuaskan hatinya. Fokusnya kabur. Warnanya redup.
Dan ia mulai gelisah dengan hal-hal kecil yang dulu tidak ia pedulikan.
Ia merasa jengkel saat melihat Jihyo dan Minjae pulang bersama dari aula. Merasa dadanya sesak saat mendengar nama pria itu disebut-sebut di antara obrolan anggota klub sastra.
Tapi saat ia menengok ke belakang, ia tahu, Jihyo pernah berada tepat di sana. Menunggunya. Menatapnya. Tapi ia terlalu sibuk melihat ke arah lain.
***
Suatu malam, hujan turun deras. Jungkook berdiri di depan jendela kamar, lampu mati, hanya suara hujan yang terdengar memukul atap dan daun.
Ia mengambil ponselnya. Membuka pesan lama. Pesan dari Jihyo masih tersimpan, belum pernah ia hapus.
"Jangan lupa istirahat ya. Mata panda-mu makin parah."
"Kau bilang suka senja, tapi kenapa tak pernah menikmati satu pun dengan sungguh-sungguh?"
"Kalau aku menghilang suatu hari, kau akan sadar atau tidak, ya?"
Jungkook memandangi pesan terakhir itu cukup lama, lalu meletakkan ponselnya di meja. Ia menutup mata, mencoba tidak merasakan apa-apa. Tapi perasaan tidak bisa dibohongi.
Ia tidak bisa berhenti memikirkan Jihyo.
Bahkan, dalam diamnya... ia merasa gadis itu tetap ada. Tetap tinggal. Tetap mengisi kekosongan yang ia ciptakan sendiri.
***
Keesokan harinya, ia tanpa sadar mendatangi taman tempat mereka biasa duduk. Bangku batu itu kosong. Basah karena gerimis semalam. Tapi di ujungnya, ada coretan kecil di permukaan kayu pagar dekat semak mawar.
"Kau tidak akan sadar aku pergi... sampai aku benar-benar hilang."
Tulisan tangan Jihyo.
Jungkook menatapnya, lama. Lalu duduk perlahan, diam. Kepalanya tertunduk.
"Kenapa kau menuliskan itu..." bisiknya.
Ia menarik napas panjang. Hujan mulai turun lagi, rintik-rintik halus.