Beda judul beda alur (Jungkook Jihyo doank isinya)
#oneshoot iya, ficlet iya, short story iya juga#
note : setiap cover berganti, artinya akan segera publish cerita baru
17+ juga ada
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Pagi itu, Jihyo baru saja selesai mencuci rambut ketika sebuah pesan masuk:
Siapkan pakaian hangat. Aku jemput kau jam delapan. Jangan makan dulu.
Tanpa nama pengirim, tapi ia tahu persis dari siapa. Jungkook. Lelaki yang dulu selalu ia kejar, kini datang membawa kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan. Dengan rambut masih sedikit lembap, ia mengenakan hoodie abu-abu favorit dan long coat biru pastel. Pukul delapan tepat, suara klakson pelan terdengar dari luar.
Jungkook berdiri di depan mobilnya, tersenyum seperti biasa, dengan mata yang menenangkan.
"Kau siap?"
"Kalau tidak, kau tetap akan membawaku, bukan?"
"Benar. Tapi aku senang karena kau benar-benar siap."
Tujuan mereka adalah sebuah kota kecil di pinggir laut. Perjalanan dua jam yang diisi dengan lagu-lagu lama dan tawa. Sesekali, Jihyo mengantuk dan bersandar ke jendela, lalu perlahan kepalanya jatuh ke bahu Jungkook.
"Kalau seperti ini terus, aku bisa menyetir sampai ke Busan," gumamnya sambil mencuri pandang ke wajah damai Jihyo.
***
Sesampainya di kota itu, udara asin menyapa mereka. Ada pasar ikan yang ramai, aroma cumi panggang, dan suara burung camar. Mereka sarapan di kedai kecil, makan ramyeonseafood dan memesan hotteok hangat untuk dibawa ke pantai.
"Kau sengaja membawaku ke sini agar aku gemuk, ya?" tanya Jihyo sambil mengunyah.
"Tidak. Tapi kalau kau tambah berat, aku punya alasan untuk lebih sering memelukmu agar tak jatuh."
Jihyo tertawa, pipinya memerah.
Mereka berjalan menyusuri pantai. Langit biru muda membentang, ombak bergulung perlahan. Di antara pasir dan angin laut, ada keheningan yang tidak canggung.
Jungkook tiba-tiba berhenti. Ia menarik tangan Jihyo, membuat gadis itu menoleh.
"Ada sesuatu yang ingin kukatakan."
"Aku dengarkan."
Jungkook menatap mata Jihyo dalam-dalam. "Kau tahu selama ini aku terlalu sering membodohi diriku sendiri. Merasa bahwa semua yang kau berikan hanyalah bentuk kebaikan. Aku tidak sadar bahwa semuanya adalah cinta."
Jihyo hanya diam.
"Cara kau menatapku, sabar menungguku, menangis tanpaku tahu semua itu cinta, ya?"
Butiran bening mulai menggantung di mata Jihyo. Ia mengangguk pelan.
"Aku bodoh, Jihyo. Tapi kali ini aku tak akan menunda lagi."
Jungkook menggenggam wajah Jihyo dengan kedua tangannya. Lalu perlahan, ia menunduk dan mencium bibirnya, tak terburu-buru, seolah ia sedang menyusun kembali potongan hati yang dulu tercerai-berai.