Stay With Me (3)

1.2K 144 18
                                    

Jungkook menoleh pada Taehyung. "Aku ingin putus dengannya."

Jihyo terdiam mendengar kata terakhir yang di lontarkan Jungkook barusan. Satu tangannya sudah berhenti di udara yang berniat mendorong pintu kamar itu yang terbuka sedikit. Sedari tadi ia sudah berdiri di luar pintu ini mendengar semua pembicaraan kedua orang itu. Dan itu berhasil membuat hatinya sakit.

Tes

Satu tetes air matanya berhasil turun di pipinya. Hatinya begitu mengilu mendengarnya. Kembali lagi ia mendengar suara di balik pintu itu, membuatnya fokus menguping lagi.

Taehyung terkejut mendengar ucapan Jungkook itu. "Kau yakin?"

Jungkook mengangguk mantap. "Sangat yakin. Aku akan memutuskannya seminggu kemudian, tepatnya di hari ulang tahunnya."

"Lalu kau sudah menemukan penggantinya?"

Seketika kemudian senyum Jungkook terukir mendengar hal itu. "Sepertinya Nayeon telah berhasil," ujarnya malu-malu.

Taehyung mendengarnya berdecak dalam hati. Pilihan Jungkook itu membuatnya tak suka. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak ingin bertengkar dengan Jungkook hanya karena seorang gadis.

Di luar sana, Jihyo berusaha menahan tangisnya dengan satu tangannya menutup mulutnya. Air matanya sudah turun dengan deras, ia menggeleng segera pergi dari tempat menyakitkan itu. Niatnya untuk menginap di rumah kekasihnya ini diurungkannya begitu saja. Dia sudah tak tahan lagi.

Soobin hanya memandang Jihyo yang berlari begitu saja melewati ruang TV tempat ia berada. Ia mengernyit.

"Apa Jihyo noona, tak jadi menginap?"

Padahal tadi Jihyo bilang ingin menginap di rumah mereka, tepatnya pasti tidur bersama Jungkook. Itu sudah kebiasaan untuk pasangan itu, kedua orangtua mereka pun tak melarang. Asal itu tak menjadi dampak buruk. Dan selama ini tak ada terjadi apa-apa saja.

Dia pun mengedikkan bahunya tidak peduli kembali menonton TV.

***
Di lantai dingin ini Jihyo hanya bisa meringkuk di samping ranjangnya. Ia menangis dalam diam. Tak ada suara tetapi hanya isakan kecil. Ia berusaha untuk menahannya agar tak ada yang mengetahui ia menangis. Walaupun ia yakin, tak ada seorang pun yang akan mendengarnya dan peduli. Ayah dan ibunya pergi bekerja ke luar negeri tak pernah mengunjunginya sedangkan pembantu-pembantunya juga tampak tak peduli dengannya, karena tugas mereka hanya memasakkan makanan untuk dirinya dan membersihkan rumah besarnya, selebihnya itu urusannya sendiri.

Jihyo semkain menangis histeris mengingat ucapan Jungkook tadi.

'Aku ingin putus dengannya'

'Aku akan memutuskannya seminggu kemudian, tepatnya di hari ulang tahunnya'

Benarkah Jungkook sudah jengah dengannya? Bukankah dulu mereka sudah berjanji akan bersama selamanya. Bukankah dia juga pernah mengatakan dengan jujur tentang sifatnya pada Jungkook? Lalu kenapa pria bergigi kelinci itu sekarang malah jengah. Apa ia sekarang berlebihan? Apa ia tak bisa lagi di perlakukan bak tuan putri? Bukankah dulu Jungkook selalu senang membukakan pintu mobil untuknya? Apa ia tak bisa lagi meminta cium dari kekasihnya sendiri? Apa yang harus di permalukan, semua orang juga sudah tahu mereka sepasang kekasih. Apa ia tak bisa lagi menggenggam tangan kekar itu lagi? Apa harus dipermalukan? Apa ia tak bisa menelepon Jungkook setiap malam lagi? Jungkook juga seharusnya tahu, bahwa ia kesepian. Dengan siapa lagi ia akan bersosialisasi dan bermanjaan selain dengan kekasihnya sendiri, apa itu salah? Apa salah memanggil 'Honey'? Bukankah itu artinya ia begitu menyayangi kekasihnya sendiri, apa yang harus dimalukan? Semuanya tampak biasa saja. Dan apa ia tak bisa cemburu? Kekasihnya itu harus tahu, bahwa ia begitu takut kehilangan Jungkook, karena hanya Jungkook lah sandarannya sekarang. Sekali lagi, dengan siapa dia akan bermanjaan selain dengan kekasihnya itu. Dan sekarang Jungkook ingin memutuskan hubungan mereka tepat seminggu kemudian, tepatnya di hari ulang tahunnya ke 23 tahun.

Just Junghyo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang