Twentyseven. Broken.

12.7K 675 1
                                    

Samantha bergelayut manja dilengan kevin. "Kevin, nanti aku mau ke cafe yang dideket situ tuh, apa namanya aku lupa. Mau temenin aku nggak?"

"Gue mau latian dance, lo pikir gue orang ngga ada kerjaan apa?"

Wajah sam langsung cemberut. "Yah, aku nggaada temen kev"

"Lain kali aja" kevin langsung menarik tangan sam keluar kelas waktu melihat darra berjalan masuk ke kelas. Waktu keduanya berpapasan, mereka saling membuang muka.

"Eh kev, aku denger kamu pacaran sama dia ya? Siapa namanya? Oh darra"

Emosi kevin langsung naik, dia jadi sensitif jika ada yang mengatakan nama gadis itu.

"Ngga usah ikut campur urusan gue"

Darra sedang membaca novelnya dikelas yang ramai itu. Guru fisika mereka absen hari ini. Alhasil kelas ini jadi seperti pasar. Dia mencoba menenangkan hatinya, dia perlu istirahat.

"Dar" jean menyandarkan kepalanya di bahu darra. Darra ngga mendengar karena dia memakai headset. Jean langsung melepas headset darra sebelah.

"Ih apaansih ganggu aja lu"

"Maap sih, ke kantin aja yok?"

"Ngga ah, lu aja sendiri. Ajak jason sana"

Jean menghela napas "yaudah"

**

Darra melangkahkan kakinya sambil terus membaca buku. Dia mengarah ke tangga. Tiba-tiba kakinya tersandung anak tangga. Jika sepasang tangan itu nggak menahannya, mungkin dia udah mati sekarang.

"Makas-" ucapan darra terhenti melihat kevin yang menolongnya dan langsung pergi meninggalkannya.

Wait, dia dari atas. Berarti dia dari taman atap?

Darra ,melanjutkan langkahnya. Dipandanginya tempat yang selalu dia rindukan itu. Tempat berbagai kenangan. Tempatnya menangis dipelukan kevin dulu.

Darra berjalan ke bangku taman dan duduk disana sambil memandangi pemandangan kota. Dia tertawa pahit. "Baru segini aja, gua udah kangen sama lu. Gimana nantinya?"

Darra kembali membaca novelnya dalam hening. Hanya ada suara angin berhembus yang menemaninya.

Sepi banget ya.

Pikiran darra mulai penuh. Konsentrasi membacanya hilang. Dia terus mengingat semua kenangan indahnya itu. Dia nggabisa ngelupain cowok itu, cowok yang bener-bener dia sayang, bahkan lebih dari michael.

Tiba-tiba sepasang tangan memegang kedua pipinya, sosok itu tersenyum. Darra menggenggam kedua tangan itu. Air matanya menetes. Kedua matanya masih memandang cowok yang tersenyum lembut itu. "It's okay, don't cry" tangisan darra malah makin kencang. Dia melampiaskan semua bebannya ke tangisan itu.

Seketika semuanya hilang, semua hanya bayangan. Tangisannya semakin pecah, dadanya terasa sangat sesak. Mengapa cowok itu selalu ada terus dipikirannya?

I miss you

Handphone darra berbunyi. Ada LINE dari theo.

"Hey gurl, where r u?"

Darra langsung membalas

"Kenapa?"

"Pembagian kelompok sepasang. Lo sama samantha. I know it's hard. But just do it"

"Ok"

**

Kevin's POV

Tadi gue nolong darra pas dia mau jatoh ditangga. Alasan gue langsung pergi gitu aja? Gue ngga mau lepas kendali, bisa aja gue langsung peluk dia tadi. Btw gue dari taman atap tadi. Ngapain? Cuman duduk-duduk aja, nikmatin suasana. Mengingat masa lalu juga sih. Tapi sebelum gue aneh-aneh, gue langsung balik.

Darra balik ke kelas. Matanya sembab. Wait, dia nangis? Shit, what i've done? Hey kevin, kembali ke rencana lo buat bikin dia benci sama lo.

Tapi gue ngga bisa nahan. Ah bodo amat.

Eh bentar, darra sekelompok sama samantha? Apaan tuh. Gila, gimana ceritanya? Kalo samantha macem-macem sama darra gimana ya? Kayaknya gue kebanyakan nonton sinetron.

Sepanjang pelajaran diskusi, gue sibuk perhatiin kedua mahluk itu. Gue menghindari hal-hal yang nggak diinginkan ajasih. Tapi daritadi gue liatin sih mereka fine-fine aja. Yes bel istirahat bunyi. Kayaknya sam ngajakin darra pergi, tapi kemana ya? Ikutin ga ya? Ikutin deh.

Sam bawa darra ke tempat sepi dibelakang sekolah, mau ngapain sih? Gue sembunyi di balik tembok terdekat.

"Sam, ngapain kesini sih? Lu mau ngomong kan tinggal ngomong, gausah pake kesini segala"

Sam tersenyum jahat. "Gue cuma mau ngomong, kevin itu milik gue sekarang. Lo jangan deket-deket lagi ya sama dia. Nggak baik loh nikung pacar orang, apalagi calon suami orang"

Bisa-bisanya ya lo begini. Dasar cewek busuk. Lo nyakitin orang yang bahkan nggak salah sama lo! Mata darra berkaca-kaca, tapi gue tau dia nahan-nahan daritadi.

"Oh? Yaudah. Gua sama kevin udah putus kok, itu hak lu mau ngapain aja sama dia. Gua kan udah nggaada hubungannya lagi sama dia. Jadi silahkan lah lu mau apa aja ya sana. Gitu aja ribet"

Apa darra beneran yakin mau ngasih gue ke sam segampang itu? Bukannya dia cinta gue?

"Oke. Kalo gue liat lo macem-macem sama calon suami gue, awas aja. Lo bakal tau akibatnya"

Gue nggak bisa tahan! Oke kevin, tenang. Tenang. Ini mendukung rencana lo.

Maafin gue dar.

Sam udah pergi, darra masih berdiri disana kayak patung. Gue rasa dia nangis? Mukanya ketutup rambut soalnya. Kayaknya gue harus tenangin dia.

Gue jalan ke darra. Darra ngeliat gue, dia ngehindar. Tapi gue tau, hatinya gabisa ngehindar. Gue berusaha meluk dia, tapi dia berusaha nolak. Tapi akhirnya, gue menang. Gue nyandarin dagu di kepalanya sambil ngelus kepalanya. Ini yang gue kangenin. Meluk dia, ngelus kepalanya, nenangin dia.

"Mau lu tuh apasih kev?! Menurut lu gua boneka hah?!?! Gua salah apasih sama lu sampe lu bikin gua begini?!?! Apasih maksudnya?!?! Brengsek"

"Mau gue? Bikin lo gila karena ngga bisa milih harus cinta sama gue lebih dalam atau ninggalin gue sejauh-jauhnya. Dan gue bakal jatohin lo sedalam-dalamnya"

Jahat? Memang. Itu sangat beda dengan hati gue. Tapi apadaya mulut gue ngomong seenaknya. Gue langsung ninggalin darra walaupun gue nggak rela.

Gue merasa semakin jahat. Gue merasa egois. Gue nggak mau ninggalin darra, tapi itu bikin dia hancur. Kalo gue ninggalin dia? Gue yang hancur. Labil? Itu lebih sakit lagi buat darra.

Mungkin gue nggak pantes dimaafin.

***







Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang