Darra baru aja mengalami kesialan. Hujan deras sedang turun, dan taksinya mogok dijalan. Akhirnya dia berjalan kaki menerobos hujan tanpa bantuan payung. Dia berjalan mencari kendaraan umum yang bisa dinaikinya.
Dia melihat sebuah bus dan langsung mengejarnya, tapi terlambat, bus nya udah pergi duluan. Lalu dia berteduh di halte, menunggu bus yang lain.
"Permisi, saya mau tanya, perumahan Saphire Blue itu arahnya kemana ya?" Tanya seorang cowok yang sepertinya seumuran dengan darra.
"Oh? Dari sini ke kanan aja terus, perempatan belok kiri, kalo ada belokan ke kanan langsung belok kanan, nanti ada toko buku, belok kiri" balas darra sambil menggerakkan tangannya untuk menunjuk arah.
"Oh gitu, makasih ya"
"Iya"
Lalu darra kembali duduk menunggu bus. Tiba-tiba dia melihat ada sebuah cafe disana. Mungkin dia bisa menumpang charge handphone? Dia juga mau membeli minum.
Akhirnya dia berjalan ke cafe itu sambil hujan-hujanan lagi. Badannya basah kuyup.
"Greentea latte satu" ujarnya waktu pelayan cafe menanyakan pesanannya. Lalu dia menunggu pesanannya selesai. Setelah mendapatkannya, dia langsung menuju kasir.
"45 ribu"
Darra langsung mencari dompet di tasnya. Tapi dompetnya nggak ada. Dia berusaha mengacak-acak isi tasnya, tapi tetap nihil. Dia langsung berpikir kenapa dompetnya nggak ada?
"Bentar ya mbak"
Dia terus mencari dompetnya walaupun nggak ketemu.
"Maaf mbak, dompet saya ilang. Pesanannya bisa dibalikin lagi nggak?" Tanya darra dengan wajah melas.
"Nggak bisa kak, kami sudah membuatnya dan tidak bisa diambil kembali"
"Saya bener-bener minta maaf mbak, tapi dompet saya hilang beneran. Mbak punya solusi? Saya bisa tanggung jawab kok" balas darra dengan muka yang makin kusut.
"Sebentar ya kak, saya ngomong sama atasan saya dulu"
Akhirnya darra menunggu kasir itu. Mood nya tambah memburuk lagi. Sepertinya seseorang mengambil dompetnya tadi.
"Gimana mbak?" Tanya darra waktu kasir itu kembali.
"Jadi, green tea lattenya tetep buat kakak, tapi kita harus mencatat nomor hp, e-mail dan mengambil foto kakak" terangnya panjang lebar.
Darra menarik napas panjang lalu menghembuskannya, berusaha menahan kekesalannya. Ini juga bukan salah mbak-mbak kasirnya.
"Yaudah, makasih ya mbak"
Setelah melakukan semuanya, darra keluar dari cafe itu dan berjalan lagi. Hujan belum reda. Tapi dia harus menerimanya, dan berjalan sampai ke rumah.
**
"Astaga, dar. Lo darimana aja sih? Kok basah kuyup gini? Lo keujanan? Kita berdua nyariin lo tau nggak? Ini udah jam 11 malem. Lo juga nggak ngabarin apa-apa. Handphone pake mati segala" oceh Jonat yang melihat darra memasuki pintu rumah, bersamaan dengannya.
"Berdua?" Balas darra bingung.
"Tuh" jonat menunjuk kearah kevin yang menyusul mereka berdua kedalam rumah.
"Hei" sapa Kevin dengan senyumnya yang manis.
Darra nggak membalas, dia langsung berjalan menuju kamarnya.
"Mau kemana lo? Jawab dulu pertanyaan gue!" Suara Jonat mulai meninggi sambil menarik tangan darra.
"Apaansih! Lepasin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight
Teen Fictionwell,siapa yang tidak mengenal dia? Semua murid perempuan di sekolah,banyak guru kami atau siapapun yang berjenis kelamin perempuan sangat terpesona dengannya. Satu-satunya yang tidak tertarik dengannya hanyalah aku,dan tentu saja para murid laki-la...