BAB 1

8.3K 673 36
                                    

The second my story... Happy reading semuanya.

Autor pov

Prily kecil terus saja menangis. Membuat ali berteriak keras di hadapanya. Prily terdiam, memandang takut pada lelaki di hadapanya. Sambil memeluk boneka nya prily bergerak mundur, bersembunyi di bawah meja lalu menangis.

Rasel yg melihat itu langsung menggebrak meja sehingga menimbul kan suara decitan di bawahnya. Dia menatap ali dengan nyalang. Harusnya ali membunuh anak kecil itu bukan membawanya ke sini.

Merepotkan saja. Tidak tahu apa jika ia berencana menyingkirkan ali. Setelah ia mendapatkan harta milik keluarga dinata seutuhnya. Dia hanya perlu tanda tangan anak itu , setelah nya ia akan menyingkirkan keduanya.

Ali mengusap wajahnya dengan kasar, menyuruh prily keluar dari persembunyiannya. Tapi tetap saja prily enggan beranjak, dia takut jika ali akan kembali berteriak di hadapanya.

Dia takut, selama ini belum ada yg berlaku kasar pada nya. Ayah dan bundanya selalu mengajarkan kata kata yg sopan. Tidak boleh berteriak di depan orang. Itu tidak baik.

Begitu lah yg prily tahu. Tapi laki laki itu sudah meneriakinya dan berlaku kasar. Prily takut. Dia hanya lah gadis kecil yg tidak tahu apa2 masalah orang dewasa. Dia hanya bisa menangis dan menangis memanggil bundanya.

'' bunda... Hiks. "

Rasel menarik rambutnya kasar, menendang meja hingga terjungkal. Dia pusing setiap kali mendengar tangisan prily. Anak itu harus segera di lenyapkan. Karena rasel tidak ingin ada lagi penghalang yg akan mengusai harta milik purnama dan dinata. Ya hanya dia seorang yg akan memilikinya. Menjadi seseorang yg berkuasa di dunia perbisnisan dan perdagangan gelap. Pekerjaan ilegalnya tidak lagi harus sembunyi sembunyi. Karena dua orang yg menghalangi jalanya sudah mati, mati menjadi abu..

" kau urus gadis itu ali. Paman tidak ingin mendengar tangisan nya lagi" ujar rasel. Dia menutup pintu dengan keras sehinga menimbulkan decitan yg membuat prily semakin menangis.

Ali menghampiri prily, menarik gadis itu keluar dari kolong meja. Matanya sembab ingus keluar dari hidungnya. Rambut berantakan. Prily menangis sesenggukan. Dia takut takut jika ali akan membentak nya.

" diam lah, atau aku akan menyeret mu keluar " datar dan dingin. Prily hanya mengangguk pelan, kepalnya ia tundukan dan semakin memeluk erat boneka.

" sekarang pergilah tidur. " lanjut ali. Matanya masih menatap gadis kecil yg menunduk sesenggukan. Sedikit rasa kemanusian nya timbul. Namun secepat kilat ia hilang kan. Karena ia ingin melihat gadis ini menderita secara perlahan. Ali sendiri juga heran kenapa membiarkan anak dari purnama hidup. Padahal adik,ayah,dan ibunya mati mengenaskan di tengah kobaran api. Ali tidak bisa menyelamatkan mereka satu persatu. Paman nya rasel menahan dirinya untuk tidak menerobos masuk. Lalu sebuah kenyataan mengatakan jika keluarga nya mati karena seseorang sudah merencanakan. Karena saingan pebisnis begitu ketat sehingga mereka bisa saja melakukan apa pun untuk tetap berjaya.

Purnama.

Satu nama yg ali benci, dendam yg telah menguasai nya langsung menghancur keluarga yg bahagia. Mereka tidak tahu menau soal itu. Namun ali yg sudah terhasut langsung.
Kini hanya tinggal satu yg tersisa dan itu prily angel Purnama. Gadis kecil yg ia biarkan hidup.

Prily naik keatas ranjang, masih dengan tangis pelan nya ia berusaha untuk memejamkan matanya. Sempunya ia mencoba untuk tidur. Sampai beberapa menit ia tidak bisa memejamkan matanya. Biasanya setiap malam ia hanya bisa tidur dalam pelukan bundanya dan mendapatkan cerita sebelum ia terlelap ke alam mimpi.

Ali yg belum keluar melihat tubuh prily yg bergerak gelisah. Seperti n a gadis kecil itu tidak bisa tidur. Tanpa sadar ali bergerak menghampiri prily yg tidur di atas ranjang. Lalu di peluknya tubuh mungil itu.

JIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang