"Hei, kenapa kau senyum-senyum seperti itu, Oliv?" Tanya Niall ketika aku memasuki kelas.
"Ah tak apa,Ni. Hanya saja aku bertemu pangeran yang sangat tampan hari ini" ucapku dengan mata yang berbinar.
"Oh ya? Lebih tampan mana dia dengan ku?" Tanya Niall percaya diri.
"Ya jelas lebih tampan dia lah. Kau itu tidak tampan tau" kataku mencibir Niall.
"Ya terserah kau saja, nona James" Ucap Niall memutarkan kedua bola matanya.
"Tentu saja Niall James Horan".
Tak lama tampak Zayn yang mendekat kearah kami.
"Kau mau duduk disini? Hey bro, asal kau tau saja kalau ini tempat dudukku" tanya Niall ketika Zayn akan duduk disamping ku.
"Bukankah semalam kau duduk dibelakang? Mrs.Smith lah yang menyuruhku untuk duduk disini" jawab Zayn dengan wajah tenangnya.
"Kalau begitu kau saja yang duduk dibelakang". ucap Niall dengan sarkastik.
"Sudah-sudah jangan bertengkar! Dan kau Niall salah mu sendiri kau meninggalkan ku semalam. Dan kurasa sekarang ini sudah menjadi tempat duduk Zayn" aku pun langsung menengahi mereka yang kurasa sebentar lagi akan bertengkar.
"Kau benar-benar menyebalkan Oliv" ucap Niall dan dia berpindah ke belakang.
"Maaf kan aku, Niall".
"Terimakasih, Oliv" ucap Zayn dan dia pun duduk di bangkunya.
***
Author's Pov
"Aku tidak mau, mom. Aku tidak mau harus satu kampus dengan si keparat Zayn itu!!" bantah Harry pada sang ibu.
"Harry, tolong dengarkan mom. Zayn itu sekarang sudah menjadi saudara mu. Tidak salah kan kalau mom menyarankan mu agar satu kampus dengannya" ucap ibunya memelas kepada Harry.
"Aku tidak pernah menganggapnya saudara mom!! Ingat itu!!"
Ya, semenjak ibunya menikah dengan ayah Zayn, Harry berubah menjadi orang yang sangat tempramental dan pemarah. Bagaimana tidak? Dia sangat menyayangi ayahnya. Ketika dia tau ibu dan ayahnya akan bercerai, Harry sangat lah sedih, dia belum siap untuk berpisah dengan salah satu dari mereka.
Belum lagi ibunya memutuskan untuk menikah lagi. Dan lebih parahnya lagi ibunya menikah dengan ayah Zayn. Ya Zayn yang statusnya adalah orang yang paling dibenci Harry ketika mereka di sekolah menengah pertama.
Ibunya menikah dengan ayah Zayn baru 3 hari yang lalu. Ketika itu mereka semua tinggal di New York dan mereka memilih meninggalkan New York dan pindah ke London.
Disatu sisi Harry merasa senang karena dia bisa lebih dekat dengan kekasihnya Kendall yang sudah lebih dulu pindah ke London.
Dan disatu sisinya lagi dia merasa benci karena harus tinggal satu atap dengan Zayn dan ayahnya.
"Oh ya, mom. Aku akan pindah darisini. Aku tidak mau satu atap dengan keparat itu maupun ayahnya. Aku tidak sudi mom. Mereka telah menghancurkan hidup ku!!"
Plakkk!!!
Satu tamparan pun berhasil mendarat mulus di pipi kiri Harry. Ibunya sudah tidak tau harus berbuat apalagi untuk menyadarkan nya. Harry nya yang sekarang bukanlah Harry nya yang dulu. Harry benar-benar sangat berubah.
Lihat saja dia sudah berani membantah mom nya sendiri. Mengingat Harry dulu adalah anak yang sangat penurut.
"Beginikah caramu berbicara pada mom mu, Harry?" Geram mom nya yang sudah bercucuran air mata akibat tingkah Harry itu.
"Mom, mom maafkan aku. Arghh!! Baiklah, aku akan pergi ke kampus itu. Tapi satu yang ingin ku minta, biarlah aku meninggalkan rumah ini dan tinggal di sebuah apartemen. Mom, tolong lah mengerti keadaan ku sekarang. Aku benar-benar butuh waktu untuk semua ini mom" Harry memelas sambil menggenggam tangan ibu nya.
Tampak ibunya yang terdiam sejenak sebelum ia membuka suara.
"Baik lah Harry mom mengerti. Mom melakukan itu karena mom hanya ingin kau dan Zayn bisa bersatu. Mom ingin kalian akur, karena kalian berdua adalah anak mom" ucap ibunya sambil terisak dan menggenggam erat tangan Harry.
"Aku akan mencobanya. Tapi, aku butuh waktu, mom".
Harry pun memeluk ibunya. Dia sangat merasa bersalah dengan ibunya. Ya Harry memang egois, tapi itu lah yang dirasakannya. Harry belum bisa menerima ini semua. Dia butuh waktu.
***
Olivia's POV
Malam ini aku sedang melayani semua pelanggan di kafe tempat ku bekerja.
Aku benar-benar sangat lelah. Aku tak henti-hentinya mondar mandir kesana kemari. Kaki ku terasa sakit sekarang.
Aku pun beristirahat sejenak dan memijat-mijat pelan kaki ku.
"Kau lelah ya? Mau kubuat kan teh, Oliv?" Tanya Sheren padaku.
Ya, Sheren adalah teman ku. Dia bekerja sebagai koki disini.
"Hmm, nanti saja. Aku masih banyak pekerjaan, She".
"Baiklah." Ucapnya tersenyum pada ku.
"Kalau begitu aku kembali bekerja ya."
Akupun kembali berkutat dengan pekerjaan ku.
Aku menghampiri sebuah meja dan menanyakan pesanan pada seseorang yang ada di meja itu.
"Aku ingin kopi ya" pinta orang itu pada ku.
"Baik lah.... Ha- Harry?" ....
Maaf yang sebesar-besarnya ya kalo chap ini gk bagus.
Tapi segitu la kemampuan otak ku haha.
Please, vomment's guys :( don't be silent readers girlss;(