Chapter 32

643 68 6
                                    

Semua yang terjadi semalam sangat membuat Olivia malas untuk datang ke kampus, itu pasti akan membuatnya bertemu dengan Harry yang saat ini masih belum mau ia temui.

Semalaman juga Harry terus menghubunginya tapi tak ada satupun panggilan atau pesan yang dibalas oleh Oliv. Bahkan pemuda itu juga datang kerumahnya tengah malam tapi tentu saja dengan memaksa Kelly untuk memberitahu Harry bahwa dirinya tidak ada dirumah. Olivia juga sempat melihat Harry yang berdiri selama berjam-jam didepan rumahnya hanya untuk menungguinya pulang. Dalam hati ia juga merasa sangat tidak tega dan ingin sesekali memeluk tubuh pemuda itu. Tapi apa mau dikatakan, hatinya masih sangat sakit untuk saat ini.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan Oliv hari ini memiliki jadwal kuliah pagi sekitar jam delapan. Dengan malas-malasan ia bangkit dari kasurnya kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Setelahnya ia keluar dan memutuskan untuk sarapan lalu setelah itu berangkat ke kampus.

Dirinya sudah berada dikampus sekitar 10 menit yang lalu dan Oliv sedang mengambil bukunya yang berada didalam loker. Merasa terkejut saat seseorang berdiri disampingnya saat ia menutup pintu loker.

"Kau membuatku terkejut, Niall." Gadis itu berkata kemudian memutarkan bola matanya.

Niall terkekeh geli melihat ekspresi wajah Oliv yang tadi membulatkan matanya, "Sudah merasa lebih baik?"

Kedua orang itu pun berjalan beriringan menuju kelas, "Kurasa begitu," Oliv membalas dengan getir.

"Sudahlah jangan dipikirkan lagi. Ya walaupun sampai saat ini aku juga belum tahu apa yang terjadi padamu kemarin," Niall berkata dan tepat disaat itu mereka sampai di kelas dan langsung menduduki tempat masing-masing.

"Aku akan memberitahumu nanti. Jangan sekarang, karena aku sedang tidak ingin membahas hal itu saat ini,"

Niall hanya dapat menghela nafas saat Oliv berkata seperti itu. Tak lama kemudian Mrs.Smith pun memasuki kelas untuk memulai materi hari ini.

Ada suatu kejanggalan yang ada di benak Oliv saat ini. Ia tidak melihat Zayn daritadi padahal seingatnya Zayn memiliki jadwal yang sama dengannya pagi ini. Gadis itu menatap wajah Mrs.Smith yang sibuk menjelaskan materi didepan dengan pikirannya yang berjalan kemana-mana. Ia sangat susah untuk fokus saat ini.

Tak terasa, kelas Mrs.Smith selesai sekitar 10 menit yang lalu tetapi Oliv masih saja menatap buku binder yang ada dimejanya. Menyadari kalau kelas sudah selesai ketika beberapa mahasiswa satu persatu mulai meninggalkan kelas dan hanya meninggalkan Niall yang duduk manis dibelakangnya sedang memainkan permainan di ponselnya.

"Oliv, kau tak mau ke kantin? Aku lapar," Niall berkata dramatis kemudian memasukkan ponsel kedalam saku celananya.

"Tidak, Ni. Aku tidak lapar, kau saja," Oliv membalas tanpa menoleh kepada Niall, justru matanya yang masih sibuk menatap kosong buku binder dengan catatan yang penuh di mejanya.

"Ayolah, Oliv. Jangan seperti itu. Kau membuatku bingung kau tahu? Lebih baik kau ceritakan saja semua masalahmu padaku agar beban pikiranmu itu dapat berkurang. Menanggung masalah sendirian itu tidak enak asal kau tahu saja," Niall mengomel panjang lebar dan Oliv yang mendengarnya pun langsung tertawa geli.

"Baiklah baiklah, kurasa itu ide yang bagus. Hmm jadi beg--"

"Oliv,"

Kedua orang yang sedang berbicara itu pun dengan serentak mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang baru saja memanggil Oliv.

Melihat orang itu, wajah Oliv yang tadinya tersenyum langsung berubah datar dan dengan segera gadis itu bangkit dari duduknya namun pergerakannya ditahan oleh pemuda yang kini menatapnya dengan tatapan sedih.

"Oliv, kumohon. Aku bisa jelaskan semua," ia berkata lagi dengan wajah memelas.

Oliv menepis tangan Harry yang sedang memegang lengannya dan hendak berlalu namun lagi-lagi Harry menahannya.

"Menyingkirlah!"

Harry menggelengkan kepalanya dan wajahnya tampak memerah karena menahan tangis.

"Kumohon, biarkan aku menjelaskan semuanya," pemuda itu kembali berkata dengan nada suara yang getir.

"Harry, maafkan aku. Kurasa aku tak bisa lagi melanjutkan hubungan ini. Kurasa lebih baik kita berakhir. Memang dari awal aku lah yang salah. Aku selalu ingin mendekatimu disaat kau masih berstatus kekasih dengan Kendall. Aku juga tahu kalau hatimu itu masih untuknya, kau masih mencintainya. Aku juga tahu kau bersamaku hanya karena kas--"

"Cukup! Kumohon berhentilah mengatakan jika aku hanya kasihan padamu. Aku benar-benar mencintaimu, Oliv. Tak bisakah kau sedikit saja percaya akan hal itu?" Harry dengan refleks memotong ucapan Oliv dan membentak gadis itu. Tidak menyadari bahwa air matanya sudah mengalir begitu saja dari pelupuk matanya.

"Aku sangat menyesal, tolong maafkan aku.." sambungnya dengan nada yang lirih.

Niall yang sedari tadi hanya diam menonton kedua orang yang sedang ada dihadapannya itu memutuskan untuk keluar membiarkan kedua orang itu untuk menyelesaikan masalah mereka.

"Tidak, Harry. Aku tak ingin memaksamu untuk terus bersamaku. Jadi mulai sekarang jauhi aku dan jangan temui aku lagi. Kembalilah pada cintamu," gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan Harry yang terus menerus memanggil namanya. Oliv mengusap wajahnya yang ternyata sudah dibanjiri air mata dan berjalan keluar dari area kampus.

Cinta memang tak bisa dipaksakan. Jujur saja gadis itu masih sangat mencintai Harry. Tapi ia memilih untuk menghentikan semua ini agar tidak ada lagi yang tersakiti. Ia juga menyadari fakta bahwa Harry masih mencintai Kendall. Sebelum semuanya terlambat, ia harus segera menghentikannya. Setidaknya, itulah keputusan terbaik yang dapat dipilihnya saat ini.

-
-
-
-

Olivia [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang