Isakan yang sedaritadi terus tertahan kini keluar begitu saja, bahkan sampai bahu Oliv sampai naik turun dan nafasnya terengah-engah. Perasaannya bercampur aduk saat ini antara marah, sedih dan juga kesal.
Bahkan ia juga tidak tahu dimana ia berada sekarang. Tempatnya begitu asing dan tak terasa langit juga sudah mulai gelap. Tubuhnya ambruk disebuah kursi panjang dipinggir jalan dan menangis sesenggukan disana sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
"Kau jahat, Harry. Aku kecewa padamu," ia berbicara sendiri sambil terus menangis.
Sedangkan di lain tempat, Harry yang sudah berlari kesana kemari pun tak menemukan gadis yang dicarinya. Dirinya sudah mulai frustasi dan juga sangat khawatir. Pemuda itu menjambaki rambut ikal coklatnya dan tak menyadari matanya yang sudah berair, ia menangis. Sungguh ia sangat menyesal dan merasa bersalah.
"Nona? Kau baik-baik saja?"
Olivia dengan spontan menggelengkan kepalanya, lalu setelahnya mengangkat wajahnya untuk melihat siapa orang yang sedang berbicara dengannya saat ini.
Melihat siapa orang itu, dengan refleks Oliv memeluk tubuh pemuda yang kini sedang duduk disampingnya dan kembali menangis sesenggukan disana.
"Niall..." lirihnya.
Pemuda yang ternyata adalah Niall membulatkan matanya.
"Oliv? Ternyata kau! Sedang apa kau disini? Apa yang terjadi padamu? Katakan padaku?" Niall yang menyadari bahwa gadis yang sedang menangis itu adalah Oliv pun langsung membalas pelukan gadis itu sembari mengelus punggungnya yang terisak.
Bukan malah menjawab, tangis Oliv semakin pecah mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari Niall. Sampai-sampai air matanya membuat baju yang Niall kenakan menjadi basah. Niall yang melihatnya pun hanya menghela nafas dan memutuskan untuk tidak bertanya lagi dan membiarkan gadis itu menangis sepuasnya.
"Baiklah jika kau tak mau memberitahuku masalahmu sekarang, mungkin lain kali. Aku akan selalu ada disini untukmu, Oliv."
Olivia mengangkat kepalanya dan hati Niall seakan terenyuh melihat air mata yang penuh di wajah cantik sahabatnya itu. Tak habis pikir, siapa yang dengan beraninya membuat gadis ini menangis.
"Bawa aku pergi dari sini, Ni". gadis itu berkata lirih dan langsung dibalas anggukan oleh Niall.
Pemuda itu merangkul tubuh Oliv dan menuntunnya berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berada. Isakan gadis itu memang sudah berhenti, tetapi air mata masih terus mengalir dari mata coklatnya.
Niall membukakan pintu untuk Oliv dan gadis itupun duduk dibangku penumpang dengan kepala yang disenderkan kebelakang. Niall pun ikut masuk dan melajukan mobilnya menjauh.
Tak ada satupun yang berbicara didalam mobil. Niall juga tak ingin mengeluarkan suaranya karena tidak mau mengganggu Oliv yang sedang melihat keluar jendela dengan ekspresi wajah yang sulit untuk diartikan. Membiarkan gadis itu menenangkan pikirannya yang sedang kacau.
***
Harry yang merasa sudah sangat frustasi pun berjalan terseok-seok menuju rumah Kendall untuk mengambil mobilnya. Pikirannya sangat kacau balau saat ini. Bayangan wajah Oliv yang menangis kecewa terus terngiang di kepalanya.
Kaki Harry terhenti ketika melihat Zayn yang berdiri diteras rumah dengan wajah cemas. Wajah pemuda itu langsung berubah drastis dan rahangnya mengeras. Langkah kakinya berjalan menuju tempat Zayn berada dan langsung saja dilayangkan tinjunya pada pemuda berwajah pakistan itu.
"Apa maksudmu? Kau sengaja melakukan ini semua, bukan?" Dan sekali lagi tangannya yang mengepal memukul tulang pipi Zayn sampai terdengar retakan kecil.
Zayn yang tadinya sangat syok saat tiba-tiba sebuah tangan meninjunya kini hanya dapat diam menerima semua pukulan dari Harry. Entahlah, ia hanya merasa pantas menerima semua ini. Ini semua salahnya karena dialah yang membawa Olivia ke rumah Kendall dan menimbulkan semua kekacauan ini. Entah kenapa ia juga tak ingin menyalahkan Harry atas semua ini karena dia mengerti, ia mengerti perasaan Harry saat ini.
"Harry, hentikan!"
Kendall datang dari dalam dan menutup mulutnya dengan tangan ketika melihat Harry yang terus memukuli Zayn tanpa ampun.
"Cukup, Harry. Sudah cukup!" Kendall berusaha melerai Harry dengan menjauhkan tubuh Harry dari Zayn. Tapi tetap saja, ia kewalahan karena tubuh Harry yang memang lebih besar darinya.
Ia pun mencoba menarik Zayn dari Harry dengan masuk ketengah-tengah mereka berdua. Namun, sangat menyakitkan saat kepalan Harry malah mendarat di pipinya yang mulus sampai-sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah.
Harry yang menyadari perlakuannya pun terdiam membeku. Melihat Kendall yang kini sedang mengelap tetesan darah di sudut bibirnya.
"Maafkan ak--"
"Sudah puas? Harry, kau tidak bisa melakukan ini pada Zayn. Dia tidak salah dan kau seharusnya jangan langsung menghakiminya seperti ini. Dan kau, kenapa kau diam saja dan seolah menerima semua pukulan itu, Zayn?" Gadis itu berkata keras kepada kedua pemuda yang kini hanya dapat menundukkan kepala dan diam seribu bahasa.
"Menyingkirlah, Ken."
"Ini salahku, Harry. Aku yang salah karena menyebabkan semua kekacauan ini. Dan jika memang harus ada yang disalahkan itu adalah aku, bukan Zayn ataupun siapapun," gadis itu berkata lagi dan membuat Harry kembali terdiam.
Pemuda itu menggeram sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Dan kembali menatap Kendall yang sedang membantu Zayn yang wajahnya babak belur karena ulahnya.
"Aku pergi," Harry menghela nafas dengan keras kemudian berlau begitu saja meninggalkan Zayn dan Kendall yang hanya menatapnya hingga menjauh.
Terlalu drama sumpah wkwk.. maaf ya kalau pendek tapi yagitudeh cuma segitu yang aku sanggup ketik saat ini hehe..
Vote!
Comment!
Fix, hanya itu yang aku minta dari kalian..