Olivia's pov
Aku mengerjapkan mataku karena sinar matahari yang sedikit menyembul dari tirai kamarku. Ternyata sudah pagi, dan sejak kapan aku ada dikamarku? Seingatku tadi malam aku membantu Harry mengerjakan tugasnya dan setelahnya aku tak ingat.
Aku menggerakkan tubuhku perlahan saat aku merasakan sebuah tangan kekar melingkar di perutku. Aku mengernyit, siapa yang sedang tidur dibelakangku? Apa itu hantu? Aku bergidik ngeri dan memberanikan diri menoleh kebelakangku, tangan itu masih memelukku dengan erat. Aku tertegun kala melihat seseorang yang ada dibelakangku. Astaga.
"Harry?" Gumamku pelan, berusaha untuk tidak membangunkannya.
Namun tidak berhasil, Harry tampak menggeliat seperti bayi dan itu sangat menggemaskan. Ia mengerjap dan menggosok matanya lalu setelahnya matanya terbuka dengan sempurna dan ia menatapku.
"Good morning, Oliv," sapanya dengan suara yang serak dan tersenyum. Aku menahan nafasku, Harry benar-benar seksi. Astaga apa yang kupikirkan?
"Morning, Harry. Kau... hmm kau mengapa kau disini?" Ucapku selembut mungkin agar tak membuatnya tersinggung.
Harry yang sepertinya sudah sadar sepenuhnya tersentak ketika mendengar pertanyaanku.
"Astaga, aku ketiduran disini. Maafkan aku sudah lancang, Oliv," ucapnya mengusap wajahnya dan merasa bersalah.
Aku tersenyum tulus, "Tidak apa-apa, kau pasti lelah semalam makanya kau tertidur disini,"
Harry kembali menatapku dan tersenyum tipis, "Semalam aku mengantarmu kekamar, tetapi kau malah menarik tanganku dan tidak membiarkanku pergi. Kau bermimpi buruk?"
Aku terdiam sejenak, benarkah? Bahkan aku sendiri pun tak ingat.
"Benarkah? Aku tidak ingat," ucapku melemah dan memijit pelipisku pelan.
"Kau tak apa? Apa kau sakit? Wajahmu pucat sekali Oliv," raut wajah Harry berubah menjadi khawatir.
"Tidak. Hanya sedikit pusing," balasku masih memijit pelipisku.
"Baiklah, akan kubuatkan sarapan untukmu," Harry melangkahkan kakinya namun aku menahannya dengan cepat.
"Hmm, tidak. Kau adalah tamuku, jadi seharusnya aku yang menyiapkan sarapan. Sudahlah Haz, aku tak apa," ucapku dan beranjak bangkit dari kasurku.
"Biar aku bantu kau," balas Harry dan ia mengikutiku dari belakang. Dasar keras kepala.
Aku melangkah kearah dapur dan mulai menyiapkan makanan. Kelly pasti belum bangun, sudahlah nanti saja aku bangunkan dia.
Harry yang mengikutiku dari belakang kini sudah duduk dengan manis dimeja makan sambil memperhatikanku.
"Kau bilang kau mau membantuku kan?" Ucapku dan Harry tersentak, oh astaga ternyata dia sedang melamun.
"Hmm apa yang bisa kubantu, nona?" Ujarnya dan ia mendekatiku.
"Bagaimana kalau kau siapkan piring di meja, biar aku yang membakar roti dan membuat susu. Woahh baru kali ini kita sarapan bersama bukan?" Ucapku dengan mata berbinar. Harry yang melihatku hanya tertawa dan sesekali mengacak rambutku dengan gemas.
"Baiklah cantik,"
"Cantik?" Tanyaku mengerutkan dahi.
"Ya, kau cantik." Harry mencubit pipiku kemudian berlari kecil kearah meja makan dan ia mulai menyiapkan piring.
Aku tertegun kemudian menundukkan kepalaku, pipiku pasti sudah merona sekarang.
"Hey, gadis pemalu. Aku suka melihat pipimu menjadi merah begitu. Kau terlihat semakin cantik," aku mengangkat kepalaku lalu menatap Harry tajam, seolah sedang marah padanya. Tapi dia malah tertawa.
15 kemudian aku pun siap membakar roti dan menyajikannya kepada Harry. Kami sarapan bersama. Aku bahagia bisa terus bersamamu seperti ini Harry.
***
Author's pov
"Harry kau darimana saja?" Suara mom Anne mengejutkan Harry ketika ia baru saja membuka pintu apartemennya. Dilihatnya ibunya sedang duduk santai di sofa.
"Mom? Sedang apa kau disini?"
"Jangan bertanya balik, Harry. Katakan kau darimana? Kenapa kau baru pulang pagi-pagi seperti ini?" Tanya mom Anne mengintimidasi.
Harry menghela nafas, "Aku meginap dirumah temanku, mom."
"Siapa temanmu itu?" mom Anne bangkit dari sofa dan berjalan mendekati Harry.
"Teman baruku dan mom tak mengenalinya,"
"Apakah dia wanita?" Tanya mom Anne lagi dan melipat tangan di depan dada.
"Pria atau wanita itu sama sekali bukan urusanmu. Kenapa tidak kau urus saja anak barumu itu mom?" Ucap Harry santai.
Plakk!
Harry mengelus pipinya akibat tamparan Anne. Anne menatapnya dengan murka.
"Jaga bicaramu, Harry. Kau benar-benar berubah. Kau tega berkata seperti itu pada ibumu?"
Harry menghela nafas dengan kasar dan berbalik beranjak pergi dari hadapan ibunya. Namun Anne dengan cepat menahan tangan putranya itu.
"Apa teman wanitamu itu yang bernama Oliv?" Pertanyaan mom Anne sukses membuat Harry terdiam.
"Bagaimana bisa kau mengetahui Oliv?" Mata Harry berkilat, perasaannya mulai tak enak mengetahui sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Aku ingatkan padamu, Harry. Jauhi gadis itu," tegas mom Anne menekankan setiap kata-katanya.
Harry membulatkan matanya, "Apa-apaan, mom? Kau tak berhak melarangku untuk dekat dengan siapa saja,"
"Aku berhak, Harry. Aku ibumu, ingat itu," ucap mom Anne. Matanya berkilat, begitupun dengan Harry.
Ibu dan anak ini saling bertatapan sampai pada akhirnya Harry menolehkan wajahnya.
"Terserah mom, yang jelas aku tak akan menjauhi Oliv," ujar Harry melemah.
"Tapi, Harry bukankah kau masih memiliki Kendall? Dia membutuhkanmu. Mom hanya tak ingin kau salah memilih orang. Kau bahkan baru mengenal Oliv. Mom takut dia hanya memanfaatkanmu," ujar mom Anne memohon.
"Mom tahu? Kendall sendirilah yang memintaku pergi darinya. Aku menurutinya dan ia menyuruhku mendekati Oliv. Asal mom tahu, Oliv itu gadis yang baik dan hatinya tulus dan kurasa aku mulai mencintainya," ucap Harry lemah.