Chapter 24

688 70 1
                                    

Harry terbangun dari tidurnya saat merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat. Harry mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba menyadarkan dirinya dengan apa yang terjadi saat ini.

Mata Harry terbelalak seketika namun dengan cepat ia mengubah kembali raut wajahnya menjadi datar. Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya saat ini.

"Kendall?"

Kendall yang tengah memeluk tubuh Harry kini melepaskan pelukannya. Kemudian gadis itu tersenyum lebar.

"Selamat pagi, Harry."

Harry mengernyit dan masih memasang wajah datar.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Senyum Kendall lenyap seketika kala mendengar pertanyaan dari mulut Harry. Kemudian ia tersenyum.

"Aku merindukanmu," ujarnya dan menundukkan kepala.

Harry menatap Kendall dengan datar namun sesaat kemudian ia tertawa hambar.

"Kau merindukanku? Yang benar saja kau Kendall," Harry berkata masih sambil terus tertawa.

"Aku punya berita baik Harry," ucap Kendall dengan sumringah.

Harry mengangkat satu alisnya dan berkata, "Apa itu?"

"Kau tahu, kini aku sudah sembuh. Tidak sepenuhnya memang, tapi kesempatan aku sembuh total sebentar lagi akan terwujud," jelas Kendall dengan terus tersenyum. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Ia bercerita dengan hati yang bahagia.

Harry yang mendengarnya sontak menyunggingkan senyumnya. Bagaimanapun juga hatinya masih dimiliki wanita ini. Meskipun Harry tahu kini ia sudah mulai membuka hatinya untuk Oliv dan mulai mencintai Oliv.

"Benarkah? Aku turut senang, Ken." Hanya itu yang keluar dari mulut Harry.

"Kau hanya mengatakan itu?" Ucap Kendall mengerucutkan bibirnya.

Harry mengernyit dan menatap Kendall dengan heran.

"Hmm bagaimana kalau hari ini kita makan siang bersama?" Sambung Kendall.

"Maaf, tapi hari ini aku harus kuliah," tolak Harry dengan halus.

"Kau tahu kan kalau aku tidak suka penolakan. Jadi kau harus menuruti permintaanku," Kendall berlalu dari hadapan Harry dan berjalan keluar dari kamar Harry.

Harry yang melihatnya hanya menghela nafas pasrah, tak bisa berbuat apa-apa kalau sudah menyangkut gadis itu. Ntahlah, dia juga tak tau apa yang terjadi dengan dirinya saat ini.

***

Olivia's pov

"Niall."

Niall yang kupanggil menoleh dan tersenyum padaku. Aku berlari kecil menghampiri Niall namun nafasku sudah memburu karena kelelahan.

"Kau sudah tau sakit jangan berlarian seperti itu," ucap Niall mengusap-usap punggungku.

Aku masih mengatur nafas dan memegang dadaku mencoba menetralisirkan degup jantungku.

"Tak apa, hitung-hitung ini latihan fisik untukku agar tak menjadi gadis lemah," aku terkekeh menyadari perkataanku sendiri.

"Oliv."

Aku menoleh dan mendapati Zayn berjalan menghampiriku. Aku tersenyum dan Zayn membalas senyumanku.

"Apa kabarmu?"

Aku terkekeh kecil kemudia menjawab, "Kabar baik, bagaimana denganmu?"

"Aku juga baik,"

"Hmm dimana Kendall?" Tanyaku dan menggerakkan bola mataku menyusuri sekitar Zayn namun aku tak melihat Kendall dimanapun.

"Mungkin dia tidak masuk hari ini. Kau tahu penyakitnya sudah mulai sembuh," ucap Zayn dengan cengiran khasnya.

Aku mengernyit mendengar perkataan Zayn, "Memangnya dia sakit apa?"

"Kau tidak tahu ya. Kendall sempat menderita kanker otak. Tapi kini penyakitnya perlahan sudah mulai hilang," jelas Zayn dan ia tersenyum

Aku yang mendengarnya merasa sangat terkejut. Aku tidak percaya kalau gadis secantik Kendall bisa mengidap penyakit separah itu. Namun kini aku merasa lega karena Zayn bilang penyakitnya perlahan sudah mulai menghilang.

"Aku turut senang mendengarnya," ucapku dan memberikan senyuman terbaikku.

Niall yang daritadi diam mendengar percakapan kami akhirnya buka suara, "Kelas sudah hampir dimulai. Ayo kita masuk,"

***

Kelasku sudah berakhir 15 menit yang lalu. Namun kurasa hari ini ada sesuatu yang sepertinya hilang dari diriku. Ya, aku tidak melihat keberadaan Harry daritadi. Dimana dia? Mengapa ia tidak kuliah hari ini? Aku juga sudah menghubunginya berapa kali tapi dia tidak sedikitpun mengangkat panggilanku. Oh, jangan buat aku khawatir Harry.

Aku berjalan ke halte hendak menunggu bus. Namun sesuatu di seberang jalan menarik perhatianku. Aku melihat Kendall yang keluar dari sebuah mobil yang sangat tak asing bagiku. Dan setelahnya seorang pemuda berambut keriting ikut keluar dari dalam mobil. Astaga itu Harry. Dan mengapa dia bersama Kendall? Apakah ini alasan ia tak masuk kuliah? Dan Zayn bilang tadi Kendall juga tak masuk. Jadi mereka pergi berdua hari ini. Segudang pertanyaanpun berputar di kepalaku membuatku mengernyit karena merasa kepalaku sangat pusing.

Kendall menggandeng tangan Harry lalu menyandarkan kepalanya di bahu Harry. Harry tampak tak keberatan dan malah menerima kelakuan Kendall tersebut. Hatiku nyeri melihatnya, namun aku tak berhak marah. Bahkan Harry dekat denganku selama ini semata-mata hanya karena ia kasihan padaku.

Aku langsung menolehkan kepalaku ketika Harry menoleh dan menyadari keberadaanku. Namun tepat disaat itu juga bus yang kutunggu datang dan aku langsung bergegas naik, menghindari kontak mata dengan Harry.

Hatiku masih sangat terasa sakit sampai aku tidak menyadari wajahku sudah basah karena air mataku. Aku memejamkan mataku mencoba untuk tenang. Kurasakan ponselku bergetar dan nama Harry tertera disana. Aku mengabaikannya, aku tak mau hatiku semakin terasa sakit saat mendengar suaranya. Aku kecewa Harry namun aku tak berhak atas dirimu.


Maaf kalo gk jelas wkwkwk
But keep vomment ya lovely readers..

All the love. C

Olivia [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang