Chapter 27

727 64 0
                                    

Olivia's pov

"Oliv?"

Sheren membulatkan matanya ketika melihatku masuk kedalam ruangan karyawan yang disediakan di kafe ini, oh gadis ini masih saja setia dengan pekerjaannya sebagai seorang koki ternyata. Aku mengulas senyum kemudian memeluk temanku yang sangat kurindukan ini.

"Aku tak percaya kau kembali, aku sangat merindukanmu," ucapnya kemudian melepaskan pelukan kami.

"Aku juga merindukanmu. Ya, setelah dengan beberapa cara aku membujuk Mrs.Winston agar memperbolehkan aku bekerja kembali. Dan akhirnya ia mau menerimaku lagi," balasku kemudian terkekeh kecil. Mrs.Winston adalah seorang manager di kafe tempatku bekerja.

"Yasudah, kalau begitu selesai untuk melepas rindu. Dan sekarang ayo kita mulai bekerja," lanjutku yang kemudian dibalas dengan tawa oleh Sheren.

Aku pun mulai bekerja, seperti yang biasa kulakukan dulu. Aku mondar mandir menerima dan mengantar pesanan kepada pelanggan. Dan sesekali aku beristirahat untuk merenggangkan otot-otot kakiku yang lelah karena terus berjalan.

Setelah 3 jam lebih lamanya, pekerjaanku pun siap dan aku sedang membereskan beberapa barangku bersiap untuk pulang. Aku pun berpamitan kepada Sheren kemudian melangkahkan kaki ku keluar.

Tepat pada saat aku keluar dari pintu utama, sebuah mobil yang sangat tak asing berhenti tepat didepanku. Aku pun tersenyum ketika melihat Harry keluar dan ia sangat tampan. Harry mengulurkan tangannya dan aku membalas menggenggam tangannya. Kami pun berjalan menuju mobil.

"Apa kau lelah?" Ucap Harry saat kami sudah berada di dalam mobil dan iya melajukan mobilnya.

"Sangat lelah, tapi aku senang bertemu dengan Sheren teman lamaku. Aku merindukannya," balasku dan Harry tersenyum.

Kemudian hening, tak ada satupun percakapan diantara kami didalam mobil ini. Harry tampak fokus pada jalanan didepannya sedangkan aku sibuk berkutat dengan pikiranku sendiri.

Apakah aku harus memberitahu Harry tentang Kendall yang datang menemuiku tadi sore dan menyuruhku untuk menjauhi Harry? Aku masih sangat bingung harus mengatakannya atau tidak. Aku terus memainkan jari-jariku yang berada diatas pahaku. Kurasa tidak, aku tidak akan memberitahu Harry tentang masalah ini. Aku tak mau Harry menjadi cemas.

"Hey, apa yang kau pikirkan?" Harry membuka suaranya dan matanya masih terus terfokus pada jalanan tanpa menoleh kearahku.

"Tidak. Harry, apa kau tidak lelah kalau selarut ini harus selalu menjemputku?" Ucapku dengan selembut mungkin.

Harry mengalihkan wajahnya menatapku kemudian ia kembali fokus dengan jalanan, "Tidak sama sekali, Oliv. Sudahlah jangan bertanya seperti itu lagi,"

Aku menganggukkan kepala dan memainkan bibirku. Tak terasa ternyata mobil Harry sudah sampai di depan pagar rumahku. Aku pun membuka sabuk pengamanku dan beralih menatap Harry.

"Kau tidak ikut masuk?"

"Hmm tidak. Aku ingin membiarkan kau beristirahat karena ku tahu pasti kau lelah," ucapnya lalu mengelus lembut rambutku.

"Begitupun kau. Kau harus banyak beristirahat, Haz. Aku tak ingin kau sakit," balasku menggenggam tangan Harry yang sedang mengelus rambutku.

Harry tersenyum kemudian mengangguk. Aku membalasnya dan detik kemudian membuka pintu mobil, namun tangan Harry menahan pergerakanku. Aku mengernyit lalu menoleh padanya yang sedang tersenyum.

"Tidakkah ada ciuman selamat malam?" Ucapnya tanpa sedikitpun rasa malu dan menyengir dengan imutnya.

Aku memutar mataku malas, "Apakah itu harus?"

"Tentu saja," kemudian sejurus kemudian ia menarik tubuhku dan menempelkan bibirnya pada bibirku. Harry menciumku dan aku membalasnya. Tak lama kemudian aku melepas ciuman kami dan aku mengecup pipi Harry singkat kemudian bergerak cepat keluar dari dalam mobil.

"Good night, Haz. Sweet dream, hati-hati dijalan ya," ucapku melambaikan tangan dari kaca jendela Harry yang terbuka.

"You too, princess. Bye.." kemudian Harry melajukan mobilnya menjauh dari depan rumahku.


***


Keesokan paginya aku sedikit mengernyit ketika mendengar pintu rumahku terketuk. Aku berjalan dengan malas menuju pintu utama, aku menguap berkali-kali karena masih merasa sangat mengantuk. Lagian, siapa sih pagi-pagi seperti ini datang berkunjung.

Aku membuka pintuku perlahan dan langsung dihadapkan dengan pemandangan indah untuk mataku. Harry berdiri disana dengan memakai kaus berwarna biru dan lelaki ini tampak sangat cerah.

"Selamat pagi, putri tidur," ucapnya lalu ia mengeluarkan sebucket bunga mawar indah yang sedari tadi ia sembunyikan dibelakang tubuhnya lalu memberikannya padaku.

"Harry? Mengapa pagi-pagi sekali datang?" Balasku dan mengambil bunga mawar itu kemudian menghirup aromanya, "Terimakasih.." lanjutku.

Harry mengernyit, "Pagi-pagi sekali? Hey, ini sudah jam sepuluh pagi dan kau baru bangun?"

Aku membulatkan mataku, apa? Jam sepuluh pagi? Pantas saja sinar matahari sudah sedikit terik. Dan Kelly? Oh, dia pasti sudah berangkat sekolah daritadi pagi.

"Aku terlalu lama tidur rupanya. Masuklah," ucapku terkekeh pelan dan membuka jalan mempersilahkan Harry untuk masuk.

"Kau pasti sangat lelah karena bekerja hingga larut malam kemarin, putri tidurku," ucapnya dan ia duduk di sofa empukku.

"Berhentilah memanggilku putri tidur, Harry." Ucapku sembari meletakkan bunga mawar yang masih segar itu kedalam vas bunga yang sudah kuisi sedikit air.

"Itu fakta, Oliv. Kau itu memang putri tidur yang suka sekali tidur," ucapnya dengan melantur.

Aku memutarkan mataku dan berjalan kearah kamar mandi. Aku mandi sekitar 10 menit, tak lama aku pun keluar dari kamar mandi dan sedikit mengintip Harry yang sedang asyik menonton televisi.

Aku pun memakai pakaianku dan menyisir rambut coklatku, kemudian aku keluar untuk menemui pangeranku itu.

Harry mendongak dan tersenyum ketika melihatku datang dengan aroma parfum ku yang semerbak. Harry menarik tanganku yang membuatku menjadi terduduk kemudian ia mencium bibirku, lagi.

"Kau harum sekali, Cinderella," ucapnya dengan sangat tidak jelas.

"Harry berhentilah memanggilku dengan karakter-karakter disney itu," balasku dan melipat tangan di depan dada, membuat Harry tertawa dan kembali menciumku. Oh, pria ini senang sekali menciumku ternyata.

"Aku suka bibirmu, sangat lembut." Harry berkata dan kembali mengecup singkat bibirku. Kupastikan pipiku sudah merah sekarang ini.

"Kau tahu? Aku sangat suka mencium gadisku setiap lima menit sekali," ucapnya lagi dan kemudian menciumku lagi.

"Apakah kau juga melakukan ini pada Kendall dulu?" Tanyaku dan seketika raut wajah Harry menjadi datar.

"Jangan bahas itu lagi, Oliv. Ingat, aku sudah bersama denganmu sekarang," balasnya dengan nada dingin. Oh, aku tak suka Harry ku seperti ini.

Akupun memajukan wajahku dan menciumnya, dengan sangat lembut. Aku bisa merasakan Harry tersenyum didalam ciuman itu, "Maafkan aku," ucapku ketika aku melepaskan ciuman itu.

Kami saling bertatap kemudian tertawa keras. Wajahku dan Harry pasti sudah sangat merah saat ini karena kami daritadi terus tertawa. Entah apa yang lucu tapi kami malah semakin tertawa geli.

"Hmm, masih ada waktu 2 jam lagi kuliah akan dimulai. Bagaimana kalau kita pergi berjalan-jalan sebentar," ucap Harry menyeringai.

Akupun mengangguk antusias dan mengambil tasku. Kami pun bergegas pergi dengan tangan yang saling bertaut.




Jreng... jrenggg.... It's Holivia moment's guyssss...

Gimana so sweet gak? Gak ya? Oh I know it hahah, tapi tak apalah asalkan kalian suka yaa...

To be continued guyss...

Olivia [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang