Aku dan Niall tengah berbincang di taman kampus saat ini. Aku terus menceritakan hari semalam kepada Niall. Aku menceritakan betapa bahagianya diriku bisa berdua dengan Harry seperti semalam. Dan untungnya Niall mau jadi pendengar yang baik, benar-benar sahabat yang baik bukan?
"Begitukah? Oh sungguh aku senang mendengarnya, Oliv. Aku senang melihatmu sebahagia ini," ucap Niall mengelus lembut puncak kepalaku.
"Tentu saja, Ni. Oh ya apakah menurutmu Harry menyukaiku?"
Niall mengedikkan bahunya, "Ya aku tidak tahu. Kenapa tidak kau tanyakan saja langsung padanya."
"Hmm aku tau dia tak menyukaiku. Dia melakukan ini hanya karena dia kasihan padaku. Tapi yasudahlah tak apa. Begini saja aku sudah senang," ujarku sambil mneyengir.
"Oliv!"
Aku menoleh dan mendapati Harry berdiri dibelakangku. Aku tersenyum manis melihatnya dan Harry berjalan mendekati aku dan Niall.
"Hmm kurasa aku harus pergi, aku tak mau menganggu," ucap Niall sambil menggaruk tengkuknya.
"Kenapa kau pergi, Ni?" Balasku mengerucutkan bibir.
"Aku lupa mengerjakan tugasku Oliv. Jadi daripada aku disini tak melakukan apa-apa, lebih baik aku mengerjakan tugas kan? Yasudah aku pergi dulu ya, sampai ketemu di kelas," ucap Niall dan dia melangkah pergi dari hadapanku.
"Kurasa dia menyukaimu." Harry yang sedari tadi hanya diam akhirnya buka suara.
"Maksudmu?" Tanyaku tak mengerti dengan kata-katanya.
"Iya kurasa Niall menyukaimu," ucapnya dengan wajah santai.
Aku menganga dan kemudian tertawa keras, "Yang benar saja kau, Harry. Niall itu sahabatku. Jadi itu tak mungkin terjadi,"
"Bisa saja. Kebanyakan jika pria dan wanita bersahabat, tidak menutup kemungkinan kalau salah satu dari mereka memiliki perasaan istimewa. Dan kurasa Niall lah yang memiliki perasaan tersebut. Dan dia menyukaimu, aku bisa melihat dari raut wajahnya tadi," ucapnya panjang lebar.
Aku terdiam, mencerna kata-kata Harry barusan. Oh ayolah Harry, bahkan aku berharap orang yang menyukaiku itu adalah kau. Aku menundukkan kepalaku dan tersenyum kecut.
"Tidak mungkin, Haz. Sudahlah kau bicara apa sih. Aku lapar," ucapku mengalihkan pembicaraan.
Harry menaikkan satu alisnya, kemudian ia menghela nafas dengan pelan, "Mau kutemani makan?"
"Benarkah? Kau ingin menemaniku?" Ucapku antusias.
Harry memutar matanya dengan malas, kemudian menarik tanganku pergi dari taman itu.
***
Author's pov
"Sudah ada kemajuan nona Kendall. Kanker di tubuh anda perlahan sudah mulai hilang. Benar-benar mukjizat, kebanyakan dari pasien kanker sepertimu akan gagal untuk menghadapi penyakitnya. Tapi anda berhasil nona. Selamat."
Kendall yang mendengar penjelasan dokter hanya diam menahan air matanya. Sungguh ia sangat bahagia mendengarnya. Semangat hidupnya kini telah kembali. Begitupun dengan Zayn yang sedang menemaninya, Zayn terus menerus menyunggingkan senyum manisnya, sangat bahagia mendengar berita ini.
"Anda harus lebih semangat lagi untuk sembuh nona Kendall. Kesempatan untuk sembuh total sedikit lagi akan terwujud," lanjut sang dokter yang terus tersenyum.
"Oh ya tuhan, benarkah dokter? Ya... ya aku akan lebih menjaga kesehatanku agar aku sembuh. Terimakasih dokter." Air mata yang sedari tadi ditahannya untuk keluar, kini mengalir begitu saja. Itu tangisan bahagia.
Kendall menjabat tangan dokter itu dengan hati yang sangat bahagia. Usahanya tak sia-sia. Kanker itu kini perlahan mulai menghilang dari tubuhnya.
"Selamat Ken," ucap Zayn ketika mereka sudah keluar dari ruangan dokter.
Kendall memeluk Zayn erat dan menangis di bahu Zayn, "Terimakasih, Zayn. Ini juga berkatmu yang selalu ada disampingku."
"Sudahlah, ini memang sudah menjadi tugasku untuk menjagamu," ucap Zayn tersenyum lembut.
Kendall membalas senyuman Zayn. Namun tak lama bayangan Harry terlintas dikepalanya. Sungguh betapa ia merindukan sosok itu. Ia pernah berjanji dalam hatinya kalau ia akan kembali pada Harry jika dirinya sembuh. Mungkin ini saatnya.
***
Mobil Harry berhenti di depan pagar rumah Oliv. Harry mengantarnya pulang kerumah. Mereka pulang agak larut malam karena Oliv membantu Harry mengerjakan tugasnya. Dan sebagai gantinya Harry mengantar Oliv pulang.
Harry menoleh dan menatap gadis disampingnya yang tengah tertidur. Pasti Oliv sangat lelah karena membantu sekaligus menemaninya hingga larut malam begini.
Harry menggerakkan tangannya dan menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah cantik Oliv dengan lembut. Dan seulas senyum muncul di wajah tampannya.
"Kau cantik, Oliv," ucapnya pelan dan nyaris tak terdengar.
Harry turun dari mobilnya dan menggendong dengan lembut tubuh mungil Oliv masuk kedalam rumahnya.
Harry mengetuk pintu berkali-kali dan tak lama pintu terbuka memunculkan wajah imut Kelly yang baru bangun dari tidurnya. Oh, Harry merasa bersalah, gadis ini pasti terbangun karenanya.
"Oliv, mengapa kau lama seka---"
"Aku mengantar kakakmu pulang karena dia membantuku mengerjakan tugasku. Maafkan aku," potong Harry merasa bersalah.
Kelly yang daritadi mengucek matanya kini tersadar bahwa bukan hanya Oliv yang ada dihadapannya melainkan ada Harry. Bahkan ia melihat Oliv ada digendongan Harry.
"Astaga, Oliv. Apa yang terjadi padanya?" Ucap Kelly membulatkan matanya dan menutup mulut dengan tangannya.
Harry terkekeh pelan, "Dia tidak apa-apa, dia hanya tertidur. Jadi, bolehkah aku masuk dan membaringakannya? Jujur saja dia ini berat sekali," ucap Harry memasang wajah tertekan kemudian terkekeh.
Kelly tersentak dan membuka jalan untuk Harry masuk. Kelly menuntun Harry sampai kekamar Oliv.
"Hmm kalau begitu aku kembali tidur ya. Aku sangat mengantuk," ucap Kelly dan pergi berlalu dari kamar Oliv.
Harry membaringkan tubuh Oliv dengan lembut dikasurnya. Ia memandang setiap inci wajah cantik Oliv dan tersenyum. Gadis ini benar-benar cantik dan hatinya begitu baik, pikirnya.
Harry mengecup puncak kepala Oliv dan tersenyum, "Aku menyayangimu Oliv," gumamnya.
Setelah beberapa detik memandangi wajah Oliv. Harry melangkahkan kakinya pergi, tetapi sebuah tangan mungil menahan lengannya. Harry mengernyit lalu menoleh.
"Jangan tinggalkan aku dad, mom. Kumohon jangan tinggalkan kami," gumam Oliv dan terus menggelengkan kepalanya.
Oliv bermimpi buruk dan terus menggenggam lengan Harry seolah tak membiarkan lelaki itu pergi meninggalkannya.
Harry pun mengurungkan niatnya untuk pergi dan memilih untuk bermalam disini menemani Oliv. Harry duduk disamping kasur Oliv dan mengelus lembut kepala Oliv. Dan ia terkejut ketika Oliv memeluk tubuhnya dengan erat, keringat dingin mengalir dari dahinya. Gadis ini benar-benar sedang bermimpi buruk.
Harry pun membalas pelukan Oliv, ia memeluk Oliv dengan lembut sampai ia kehilangan kesadarannya. Harry tertidur dengan posisi berpelukan dengan Oliv. Sangat manis.
Hey hey heyy, i'm back. Hahh setelah sekian lama akhirnya aku melanjutkan cerita ini. Buntu bangettt wkwk.
Ohya, aku istri Harry mau ngucapin selamat berpuasa buat para readers yang menjalankannya yaa.
Semoga berkah puasanya. Aamiin.Nnti aku lanjutin yaa, wait and see you soon.