Chapter 26

723 70 3
                                    

Aku dan Harry tengah duduk bersantai sambil menyaksikan acara televisi yang sama sekali tak menarik. Aku duduk sambil menyandarkan kepalaku di bahu Harry, sedangkan Harry merangkulku sambil terus memainkan rambut brunetteku.

"Hmm, Harry?" Ucapku membuka suara dan menegakkan tubuhku.

"Ya, sayang?" Harry menatapku dan tersenyum, sangat manis.

"Kurasa hari ini aku akan kembali bekerja di kafe lagi. Mengingat sudah lama sekali aku tidak bekerja semenjak aku terserang penyakit waktu itu. Kau tahu kan kalau aku butuh uang untuk biaya hidupku dan juga Kelly," ucapku panjang lebar.

"Kau yakin? Aku takut kau sakit lagi," balas Harry dan mengelus lembut rambutku.

"Aku yakin,"

"Baiklah aku mengerti. Aku akan selalu menemanimu bekerja sampai kau selesai," ucap Harry dan ia menegakkan badannya menghadapku.

"Apa? Tidak, tidak. Aku tak mau kau kelelahan kalau kau setiap hari menemaniku. Kumohon, mengertilah Harry. Aku juga takut kau sakit kalau begitu terus," aku memelas dan menyatukan kedua tanganku. Isyarat bahwa aku sedang memohon padanya kali ini. Jujur saja, aku tak mau ia menjadi sakit kalau terus-terusan menemaniku bekerja.

"Hmm, baiklah. Kalau begitu biar aku yang mengantar dan menjemputmu selama kau bekerja. Tak ada penolakan, nona manis," Harry berkata kemudian ia mencolek daguku dan mengerlingkan sebelah matanya.

Aku yang melihatnya hanya bisa menghela nafas dan menyetujuinya. Biarlah, lebih baik begitu daripada ia harus selalu menemaniku bukan?

Aku tersenyum dan Harry menarikku kedalam pelukannya, kemudian ia mengecup puncak kepalaku. Aku masih tak percaya bahwa Harry akan membalas cintaku, oh ya tuhan. Aku masih belum percaya dengan ini semua. Semua ini masih terasa seperti mimpi.


***

Author's pov

Kendall terus memainkan ponselnya, memutarnya di sela jarinya. Ia masih kesal dengan sikap Harry yang meninggalkannya begitu saja saat mereka sedang makan siang tadi. Kendall menggeram marah. Ini semua pasti karena Oliv, pikirnya.

Walaupun ia menyadari bahwa ini semua berawal darinya. Dialah yang meminta Harry untuk mendekati Oliv dan menjauh darinya, tapi kini ia merubah isi pikirannya itu. Ia berencana untuk merebut Harry-nya kembali sebelum semuanya terlambat. Gadis yang egois.

Kendall menyambar kunci mobilnya dan pergi ketempat yang sedang ditujunya.

Setelah sampai Kendall pun memberanikan diri mengetuk pintu rumah tersebut.

Knock..knock..knock.

Tak lama pintu rumah terbuka dan menampakkan wajah seorang gadis yang sangat cantik.

"Kendall?" Tanya gadis itu tak percaya dengan apa yang ada dihadapannya saat ini.

"Selamat sore, Olivia," balas Kendall. "Hmm, boleh aku masuk?" Lanjutnya lagi, dengan seringaian di wajahnya.

"Oh ya, silahkan,"

Oliv berjalan dan diikuti oleh Kendall dibelakangnya, "Silahkan duduk, kau mau minum apa?" Oliv menawarkan pada Kendall dan tersenyum manis.

"Tidak, terimakasih. Aku kesini hanya ada yang ingin kusampaikan. Duduklah," perintah Kendall dan diikuti oleh Oliv yang duduk dihadapannya.

"Hmm, jadi begini. Apakah kau masih dekat dengan Harry?" Ucap Kendall menatap Oliv dengan tatapan yang sulit diartikan.

Oliv yang mendengar pertanyaan Kendall pun terkesiap, "Memangnya kenapa?"

"Tidak, hanya saja aku ingin peringatkan sesuatu padamu. Tolong jauhi Harry," ucap Kendall dengan tajam.

Oliv semakin terkesiap dan seketika tubuhnya bergetar, ia gugup "Apa maksudmu, Kendall?"

"Jauhi Harry. Biarkan ia kembali bersamaku. Ingat itu atau kau akan tahu akibatnya. Terimakasih,"

Kendall bangkit dari duduknya dan berjalan melenggang meninggalkan Oliv yang berdiri mematung ditempatnya. Oh apa maksudnya? Baru saja ia mengancam diriku? Apakah ia tak tau kalau aku dan Harry sudah berjalin kasih? Pikirnya. Baru saja ia merasa bahagia setelah mendengar pernyataan cinta Harry, kini ia dihadapkan dengan seorang gadis gila yang mencoba mengancamnya. Oliv menggelengkan kepalanya dan memijat pelan pelipisnya. Semua ini benar-benar membuatnya bingung.

"Tidak. Aku mencintai Harry, dan aku akan berjuang untuk itu," gumam Oliv lebih tepatnya pada dirinya sendiri.

***

"Selamat malam sayang," Olivia yang baru saja membukakan pintu dihadapkan dengan wajah ceria Harry. Oliv hanya membalasnya dengan senyuman manisnya. Ia sudah bersiap-siap dan menenteng tas kecilnya.

"Kau sudah siap?" Lanjutnya, dan Oliv mengangguk.

"Hey, kenapa kau tidak berbicara padaku? Ada apa Oliv? Apa yang sedang kau cemaskan? Wajahmu terlihat tak baik-baik saja," Harry menangkup pundak Oliv dan menggoyangkan tubuh gadis itu dengan pelan. Wajahnya terlihat khawatir, jujur saja itu membuat Oliv geli dan ia tertawa.

"Tidak, Harry. Aku tak apa-apa. Sudah ayo. Kau bilang kau mau mengantarku kan?" Ujar Oliv dan ia tersenyum manis kepada pria yang baru saja menjadi kekasihnya itu.

Harry mengangguk dan mengecup singkat dahi Oliv dan menggenggam tangan Oliv menuju mobilnya dan mereka pun pergi.

Yang tanpa mereka sadari, sepasang mata tengah menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan tak suka.


Double update for today.
Aku minta maaf bgt ya kalo cerita ini gk ada bagusnya, tapi apa salahnya kalo kalian ninggalin vote kan guyss:')

To be continued....

Olivia [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang