Chapter 25

746 71 1
                                    

Aku membanting pintu kamarku dengan keras. Aku kesal, sangat kesal. Mengapa Harry melakukan ini padaku? Hatiku sakit sekali melihat pemandangan tadi.

Aku membanting tubuhku di kasur dan menangis sekeras-kerasnya, aku juga berteriak seperti orang gila. Tak apa, toh tak ada yang mendengarnya dan Kelly juga tak ada dirumah.

Aku mematikan ponselku karena daritadi ponselku terus berdering akibat panggilan masuk dari Harry. Biarkan saja dia mau berpikir apa, yang pasti aku tidak ingin diganggu saat ini. Sialan.

Knock..knock..knock

Aku mendengus mendengar suara ketukan pintu. Jujur aku benar-benar tidak ingin diganggu saat ini. Aku melangkahkan kakiku dengan malas menuju pintu utama. Bahkan aku tidak merapikan penampilanku yang mungkin sudah acak-acakan saat ini. Biarkan saja aku tak peduli.

Aku membuka pintu dengan sedikit kasar dan sungguh terkejutnya diriku melihat siapa yang berdiri dibalik pintuku ini, "Harry?"

Harry tersenyum kikuk melihatku dan aku hanya menatapnya dengan datar. Dialah alasan aku tidak ingin diganggu untuk saat ini, tapi malah ia lah yang menggangguku. Oh ya tuhan.

"Untuk apa kau kesini? Bukannya seharusnya kau bersama kekasihmu itu, huh?" Tanyaku ketus.

Harry menaikkan satu alisnya, "Kau menangis?" Bukan malah menjawab pertanyaanku ia malah mengajukan pertanyaan kembali kepadaku.

Dengan refleks aku menggeleng dan mengusap wajahku dengan kasar.

"Kau terlihat kacau," sambungnya lagi.

"Apa perdulimu?" Ucapku dengan garang.

"Oliv, ada apa denganmu?"

"Tidak, aku hanya tidak ingin diganggu untuk saat ini. Jadi pergilah," Belum sempat aku menutup pintu, Harry sudah menahan pintunya dengan salah satu kakinya.

"Kumohon, aku bisa jelaskan." Ujarnya memohon.

Aku yang mendengarnya tertawa hambar, "Dengar. Kau tidak perlu menjelaskan apa-apa padaku, kau tahu? Kita ini tak ada hubungan apa-apa Harry. Jadi pergilah," aku menutup pintu dan lagi-lagi Harry menahannya, memperlihatkan wajah memelasnya yang kutahu pasti tak ada satupun yang bisa menolak kalau dia memasang wajah seperti itu, termasuk diriku.

"Kau marah padaku?" Harry berkata dengan sangat lembut. Aku hanya dapat menggeleng.

"Tapi sungguh, aku dan Kendall sama sekali tak memiliki hubungan lagi. Asal kau tahu saja aku sudah mencintai gadis lain dan aku sudah melupakan Kendall," kata Harry dan ia tersenyum manis padaku.

"Tadi itu aku hanya menemani dia untuk makan siang saja Oliv, bahkan belum selesai kami makan aku sudah langsung pergi untuk menemuimu karena aku khawatir padamu," lanjutnya lagi.

"Kau khawatir padaku?" Ucapku mengulangi perkataannya.

"Ya, aku tadi tak sengaja melihatmu dan kau langsung buru-buru naik ke bus. Wajahmu terlihat kacau, jadi karena itu aku terus menghubungimu dan datang kesini karena aku takut terjadi sesuatu padamu," ucapnya menatapku lembut.

Aku hanya tertawa, "Aku tahu Harry, kau melakukan ini hanya karena kau kasihan padaku bukan?"

Harry yang mendengar perkataanku dengan cepat menggelengkan kepalanya, lalu ia menangkup wajahku untuk menatap matanya lebih dalam lagi.

"Tidak sama sekali, Oliv. Kau tidak akan tahu apa yang kurasakan saat ini," ujarnya dan ia menundukkan kepalanya.

"Maksudmu?" Tanyaku tak mengerti.

"Apakah kau yakin kau akan percaya kalau aku mengatakannya padamu?"

"Memangnya apa?" Aku mengernyit semakin tak mengerti dengan penjelasan Harry yang berbelit-belit.

Harry menghela nafasnya perlahan, kemudian ia beralih menatap mataku dalam. Mata hijaunya begitu menyejukkan. Sejenak aku melupakan rasa kekesalanku hanya karena menatap mata hijaunya yang indah itu.

"Aku mencintaimu," ucapnya dengan lirih masih menangkup wajahku.

Aku membulatkan mataku. Tidak percaya akan kata-katanya. Tanpa sadar aku menggelengkan kepalaku, tetapi Harry semakin menatapku dalam. Dimatanya tersirat ketulusan, dia terlihat jujur. Tapi tetap saja aku tidak bisa percaya ini semua.

"Ka..kau.. kau pasti bercanda kan Harry? Bagaimana bisa? Ah... maksudku kau berbohong. Kau tidak mencintaiku, kau hanya kasihan padaku. Aku tahu hatimu itu hanya untuk Kendall. Mengapa bisa secepat itu? Bahkan dulu kau juga bilang kalau kau tidak ingin mencintai siapapun. Tidak... tidak.. ini tidak mungkin Harry," ucapku terus mengelengkan kepala dan tanpa sadar air mata sudah menggenang di pelupuk mataku.

Harry kembali menangkup wajahku. Matanya juga tampak berair, oh jangan bilang kau akan menangis Harry. Bukannya aku tidak percaya, hanya saja ini semua terlalu mustahil bagiku.

"Sudah kubilang bukan kau tidak akan percaya. Dan mengapa kau selalu mengatakan kalau aku hanya kasihan padamu, Oliv? Kau tahu itu sama sekali tidak benar" ucapnya dan tersenyum pahit.

"Bukannya tidak percaya, tapi han-- hmmpphh.."

Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, sesuatu yang lembut milik Harry menyentuh bibirku. Ya, itu bibir Harry. Astaga, Harry menciumku. Aku membulatkan mataku, tetapi Harry memejamkan matanya dan masih terus menciumku.

Bibirnya begitu lembut sehingga aku terlena dalam ciumannya itu. Aku pun membalas ciuman lelaki ini, tak kalah lembutnya. Kurasakan Harry tersenyum kala aku membalas ciumannya. Bibir kami saling bertaut dalam durasi beberapa detik sampai setelahnya Harry melepaskan ciuman kami.

"Bagaimana? Apa kau sudah percaya padaku sekarang?" Ujarnya dengan mata hijaunya yang teduh itu.

Kurasakan pipiku memerah karena aku merasakan panas di sekitar pipiku. Namun, Harry dengan lembut mengelus pipiku kemudian mengecupnya singkat.

"Aku suka sekali melihat pipimu merah seperti itu. Kau sangat cantik, Oliv," aku yang mendengarnya hanya menunduk dan tersipu malu.

"Jadi bagaimana? Kau percaya? Aku tahu kau juga mencintaiku, Oliv." lanjutnya dengan percaya diri yang membuatku gemas untuk menarik rambut keritingnya yang indah itu.

Perlahan tapi pasti akupun mengangguk dan tersenyum pada bocah keriting dihadapanku ini. Harry yang melihat reaksiku pun sontak tersenyum lebar dan ia mengangkat tubuhku dan berputar-putar membuat kepalaku menjadi pusing.

"Jadi?" Katanya masih dengan senyuman lebarnya yang memperlihatkan gigi kelincinya yang begitu imut.

"Jadi apa?" Tanyaku tak mengerti.

"Kau.. dan aku? Kita berpacaran? Apa kita sepasang kekasih sekarang?" Ucapnya antusias. Oh beginikah sikap si bocah keriting ini disaat ia baru saja menyatakan cinta pada seorang gadis? Aku yang melihatnya pun tertawa geli.

"Kau yakin kau mau menjadi pacarku hmm?" Tanyaku melipat tangan di depan dada.

"Tentu saja. Aku bangga memiliki gadis sepertimu, Oliv. Aku mencintaimu," ucapnya dan mengecup dahiku dengan sayang.

Aku tersenyum kala ia mengecup dahiku, kemudian ia menarikku kedalam pelukan hangatnya. Aku merasa aman dan nyaman berada didalam pelukannya seperti ini. Aku memejamkan mataku menikmati betapa hangatnya pelukan Harry.

"Aku juga mencintaimu, Harry" gumamku, namun aku bisa merasakan Harry tersenyum di atas kepalaku. Oh, dia mendengarnya.


Aduuhh maaf ya klo gk so sweet hahaha... semoga suka ya guys, tunggu kelanjutannya....

Bye byee..

All the love. Istri Harry.

Olivia [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang