Anne benar-benar frustasi menghadapi sikap Harry beberapa hari ini. Pasalnya putranya itu selalu mendiamkannya, bahkan Harry juga menolak untuk makan ataupun diberi obat oleh perawat. Anne hanya takut putranya itu tidak akan sembuh jika Harry bersikap seperti ini terus. Harry benar-benar masih memiliki sifat kekanak-kanakan yang membuat ibunya bingung menghadapinya jika putranya itu hanya diam saja tanpa sedikitpun mau berbicara padanya.
"Alright! baiklah Harry mom mengalah." Anne berkata sembari menghela nafas berat yang membuat Harry melirik padanya.
"Ibu akan menyuruh gadis itu datang kesini untuk menemuimu. Tapi hanya sebentar, mengerti?" Lanjutnya lagi.
Mendengar itu Harry menyunggingkan senyumannya yang menampakkan deretan giginya, "Benarkah?"
Anne hanya mengangguk menjawab pertanyaan Harry sebelum melangkah keluar dari ruangan. Anne kembali menghela nafas setelah menutup pintu ruangan Harry sambil berjalan mendekati Zayn yang sedang duduk di kursi tunggu sambil memainkan ponselnya.
"Zayn,"
Zayn menoleh untuk menatap wajah Anne yang kini duduk disampingnya, "Ada apa, mom?"
"Bisakah kau memberitahu gadis itu untuk datang kesini? Mom benar-benar frustasi melihat sikap Harry. Ia sungguh sangat keras kepala," Anne berkata sembari memijit pelan pelipisnya.
Zayn membulatkan matanya dan tak sadar senyuman muncul dibibirnya, "Benarkah?"
Anne beralih menatap Zayn, "Hei! ada apa dengan kalian ini? Kenapa kalian berdua selalu berbinar jika sedang membicarakan gadis itu? Apa baiknya dia? Sungguh kalian berdua membuat mom heran,"
Zayn memalingkan wajahnya dan terkekeh pelan, "Mom hanya tidak menyadarinya. Dia itu gadis yang baik dan juga sangat istimewa,"
Zayn berkata pelan tetapi Anne masih dapat mendengarnya dengan jelas.
"Baiklah akan kuhubungi dia sekarang untuk datang kesini,"
Zayn bangkit dari duduknya dan berjalan sedikit menjauh sembari menekan nomor Oliv di ponselnya sebelum melakukan panggilan.
***
"Aku sangat ingin menemuinya, tetapi aku tak bisa, Niall,"
Niall menatap iba sahabatnya itu ketika mereka berdua sedang duduk di taman kampus saat ini.
"Aku yakin kau pasti bisa bertemu dengannya. Lagipula mengapa kau sangat mencintai pria jahat itu? Bukankah ia sudah menyakiti hatimu? Jika aku jadi kau, aku tak akan pernah mau memaafkan pria seperti itu," Niall berujar sembari menggigit burger yang ada ditangannya.
"Dia memang menyakiti hatiku. Tapi entah kenapa aku sudah melupakan kejadian itu sekarang," balas gadis itu sambil menatap kosong pemandangan dihadapannya.
Tak lama setelah berkata seperti itu, ponsel Oliv berdering dan gadis itu segera mengangkat panggilan setelah mengetahui sang penelepon adalah Zayn.
"Halo Zayn?"
Oliv diam sembari mendengarkan Zayn yang berbicara diseberang sana.
"Ya Tuhan, Zayn kau serius? Tapi, bagaimana bisa?" Oliv berkata dan menutup mulut dengan tangannya sambil tersenyum senang.
Gadis itu kembali diam dan mendengarkan Zayn.
"Ya, oke baiklah. Aku akan kesana sekarang juga. Terimakasih banyak, Zayn," gadis itu membalas ceria setelah mendengar jawaban Zayn.
Kemudian Oliv mematikan sambungan teleponnya dan menoleh pada Niall yang kini menatapnya dengan bingung. Gadis itu langsung memeluk Niall dan menjerit pelan yang membuat Niall menjadi semakin bingung.