Ini sudah 4 hari semenjak pertemuan tidak baik Oliv dan Harry di depan kafe beberapa waktu lalu. Dan sudah 4 hari ini juga gadis itu tidak melihat tanda-tanda keberadaan pemuda itu dikampus. Ia hanya melihat Kendall yang selalu terlihat seorang diri disaat biasanya gadis itu akan selalu terlihat bersama dengan Harry dan saling bergenggaman tangan.
Oliv berjalan keluar dari area kampus dan melangkah menuju halte. Jadwal kuliahnya selesai sedikit lebih cepat hari ini dan ia memutuskan untuk langsung pergi ke kafe tempatnya bekerja. Bus yang ia tunggu tak lama datang dan dengan segera gadis itu melangkahkan kakinya menaiki bus. Dirinya mencari tempat duduk yang kosong dan segera duduk setelah mendapati tempat duduk yang kosong dibagian paling belakang.
Tak lama, Bus yang dinaikinya sampai ditempat yang kini ditujunya dan langsung saja ia turun dari dalam bus. Gadis itu berjalan kearah kafe tempatnya bekerja saat suara deringan telepon di ponselnya terdengar membuat gadis itu menghentikan langkahnya. Dengan segera ia merogoh ponsel di saku celananya dan melihat nama Zayn tertera disana. Tanpa ragu diangkatnya panggilan itu dan menempelkan ponsel pada telinganya.
"Hallo, Zayn?"
Kemudian terdengar helaan nafas diseberang sana, "Oliv, aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi kumohon kau jangan panik dan jangan melakukan hal yang bodoh,"
Oliv mengernyit heran mendengar kata-kata misterius dari Zayn itu, "Apa maksudmu, Zayn? Tidak biasanya kau berbicara seserius ini. Apa yang terjadi sebenarnya?"
"Berjanjilah dulu padaku Oliv,"
"Zayn, apa yang terjadi sebenarnya? Tidak perlu berbelit-belit seperti ini. Katakanlah apa yang ingin kau katakan dan jangan buat aku terus penasaran," gadis itu berkata curiga.
Oliv sempat mendengar Zayn menghela nafasnya lagi, "Hmm...Harry.. hmm..dia.. kecelakaan. Dan kondisinya kritis," lanjutnya dengan suara yang terbata-bata seperti menahan tangis.
Perkataan Zayn tersebut sukses membut Oliv tercengang dan tubuhnya terdiam membeku karena merasa sangat shock. Perlahan-lahan diturunkannya ponsel yang beberapa detik yang lalu bertengger di telinganya dan mulai merasakan matanya yang memanas. Penglihatannya pun mulai kabur karena air mata yang menggenang.
Harry kecelakaan? Dan kondisinya kritis? Ya Tuhan kumohon selamatkan dia. Batinnya terus dalam hati.
Dengan cepat ditempelkannya lagi ponsel ketelinganya dan untunglah Zayn masih disana dan terdengar terus menerus memanggil namanya.
"Dimana dia sekarang, Zayn?" Gadis itu berkata dengan suara yang bergetar.
"Di St. Mary's Hospital," Zayn menjawab dengan cepat.
Setelah mendengar jawaban Zayn itu, Oliv langsung mematikan sambungan telepon dan berlari kearah jalan raya untuk memanggil taksi. Setelah mendapatkannya, gadis itu memberitahu supir taksi tempat yang ditujunya saat ini dengan jantung yang terus berdegup tak karuan.
Gadis itu mengetuk-ngetuk jarinya tidak sabaran dan terus menangis. Perasaan bersalah pun terus muncul di hatinya. Sungguh, ia tak mau kehilangan Harry, pemuda yang sangat dicintainya itu. Bayangan wajah ceria, datar, dan tatapan tajam Harry terus tergambar dikepalanya. Dan bahkan memori-memori ketika dirinya bersama pria itu seakan terputar kembali, membuat hatinya terenyuh dengan air mata yang semakin mengucur deras.
Tak lama taksi yang dinaikinya berhenti di depan gedung rumah sakit dan gadis itu segera turun setelah membayar ongkos pada supir taksi. Kakinya berlari memasuki gedung rumah sakit dan berhenti di depan meja resepsionis.
"Pasien atas nama Harry Styles," gadis itu berkata dengan tidak sabaran.
Perawat yang sedang berjaga menatap Oliv sekilas sebelum mulai memeriksa pasien dengan nama Harry Styles di layar komputernya.