4 years laters.....
Pemuda tampan dengan setelan kemeja dan jas kantor yang disampirkan dibahu itu berdiri sambil mengusap lembut batu nisan yang ada dihadapannya. Angin sore hari ini membuat rambut keritingnya yang kini sudah cukup panjang tergerai seakan menemani dirinya di sore hari yang sepi ini.
Pemuda itu tersenyum miris pada batu nisan yang bertuliskan nama Kendall Jenner yang kini sedang diusapnya. Lalu memejamkan matanya sekilas sebelum menghela nafas.
"Aku selalu berdoa kau tenang disana, Ken. Kumohon jangan pernah merasa bersalah, jika ada yang meminta maaf untuk kesalahannya itu harusnya aku. Aku minta maaf karena telah mengabaikanmu dan membuatmu menjadi marah hingga berujung seperti ini. Kurasa kita memang tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Tapi jujur, aku merindukanmu disini. Aku merindukan wajah ceriamu dan juga tawamu itu. Kumohon maafkan aku, Ken. Dan jangan khawatir, aku tidak akan pernah melupakan kebersamaan kita selama ini. Karena bagaimanapun juga kau adalah gadis yang pernah singgah dihatiku."
Pemuda itu tersenyum diakhir kalimatnya sebelum meletakkan sebuket bunga dibawah batu nisan tersebut. Disisirnya rambutnya yang panjang itu kebelakang menggunakan jari kemudian menghela nafas sebelum melangkah pergi meninggalkan area pemakaman yang tampak sepi sore ini.
***
"Bagaimana? Apa sudah ada tanda-tanda?"
Perawat itu menghela nafas ketika mendapati pertanyaan yang sudah berkali-kali dilontarkan pemuda yang berdiri dihadapannya 4 tahun terakhir ini.
Wanita paruh baya yang 4 tahun belakangan ini menjadi perawat kepercayaan Harry untuk menjaga gadis yang sampai saat ini belum sadar dari komanya menatap Harry dengan tatapan tidak tega.
Perawat ber-nametag Jessie itu menggeleng, "Maaf, Harry. Tapi kurasa dia belum ingin bangun dari tidur panjangnya itu."
Harry menatap Jessie kemudian menghela nafas , "Boleh aku menemuinya?"
Jessie mengangguk dan kemudian mengantar Harry masuk ke ruangan yang sudah 4 tahun terakhir ini selalu ia datangi. Kaki pemuda itu melangkah masuk dan pemandangan seperti biasa selalu tersuguh. Pemandangan seorang gadis yang berbaring kaku yang sampai saat ini enggan untuk membuka matanya.
Harry berjalan mendekat dan pemuda itu menyentuh tangan pucat yang dingin itu sebelum meraihnya dan menggenggamnya.
"Hei, bagaimana kabarmu? Ini sudah hampir 4 tahun dan kau masih belum ingin membuka matamu itu. Hei! Apa kau tidak lelah? Apa kau tidak merindukanku?" Pemuda itu berujar dan mengerucutkan bibirnya. Jika Oliv bangun dan melihat ekspresi pemuda itu, Oliv pasti akan mencubit pipinya karena wajahnya yang benar-benar menggemaskan.
Namun sedetik kemudian tatapan Harry berubah sendu, "Aku sangat merindukanmu, Oliv. Aku sangat ingin melihat lagi matamu yang indah itu. 4 tahun terasa begitu menyakitkan kulalui tanpamu. Tapi aku tidak ingin menyerah. Aku selalu berusaha menjalankan hidupku hingga aku menjadi seperti sekarang. Hanya ingin membuatmu terkesan padaku ketika kau bangun nanti. Hei! Kau tidak melupakanku kan? Sudah cukup, jangan buat aku menunggu lebih lama lagi, Oliv. Aku selalu membayangkan akan menikahimu dan kita akan memiliki anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Apa kau tidak menginginkan itu? Ayolah! Aku benar-benar sudah tidak sabar menunggu semua itu terjadi. Sudah kukatakan padamu bahwa aku akan selalu setia menunggumu sampai kau mau kembali membuka mata indahmu itu untukku dan aku akan melakukannya sampai kapanpun. Aku mencintaimu."
Setelah mengatakan itu Harry mengecup punggung tangan Oliv yang pucat itu cukup lama. Lalu kemudian ciumannya beralih pada dahi Oliv yang terasa sangat dingin. Melampiaskan semua kerinduannya disana. Berharap gadis itu akan segera cepat sadar dari komanya.
"Kau terlihat semakin cantik dari hari ke hari. Membuatku ingin segera cepat menikahimu."
Harry terkekeh menyadari ucapannya sendiri dan mengelus lembut rambut Oliv yang masih memejamkan matanya.
Pemuda itu menatap lekat setiap inchi wajah gadis itu sampai suara deringan telepon menyadarkannya. Dengan segera ia mengangkat panggilan dan menempelkan ponsel ke telinganya.
"Halo?... Kau yakin? Tapi aku baru saja menandatangani perjanjian untuk kontrak itu ... Hmm Ok baiklah aku akan kesana sekarang juga."
Harry mematikan sambungan telepon dan beralih menatap Oliv yang sampai sekarang masih setia memejamkan matanya.
"Aku pergi dulu, sayang. Jangan khawatir, aku akan segera kembali setelah pekerjaanku selesai. Sampai nanti."
Harry berujar sembari tersenyum kemudian kembali mengecup dahi Oliv cukup lama sebelum melangkah pergi meninggalkan ruang rawat tersebut.
Setelah kepergian Harry, setetes air mata mengalir membasahi pipi Oliv. Gadis itu menangis.
Double update for today.
Maaf ya klo pendek.
Oke mungkin 3 chap lgi cerita ini bakalan end. Huh, akhirnyaa *bernafaslega.
All the love❤