"Aku ingin kopi ya" pinta orang itu pada ku.
"Baik lah.... Ha- Harry?" ...
"Oh, hai Oliv. Senang bisa bertemu lagi dengan mu" sapanya tersenyum pada ku.
Ya tuhan, aku bertemu lagi dengannya. Tapi kali ini aku merasa sangat senang.
"Aku juga, Harry. Oh ya sebentar ya aku akan mengantarkan pesanan mu". Ucapku dan pergi meninggalkan Harry.
15 menit kemudian aku kembali mengantar kan pesanan Harry.
"Terimakasih, Oliv" ucapnya sambil tersenyum manis.
Aku hanya diam saja memandanginya.
"Oliv? Hai, Oliv? Kau dengar aku?" Tanya Harry yang menyadar kan ku dari lamunan ku.
"Ah ya -ya, a-aku mendengarmu. Maaf, aku harus pergi. Jika kau butuh sesuatu panggil saja aku" kata ku dengan gugup.
Kenapa aku selalu gugup seperti ini jika berbicara dengan Harry? Aku sangat malu, aku kelihatan seperti orang bodoh setiap kali aku berbicara dengannya.
"Baiklah" dan dia pun tersenyum lagi pada ku.
Aku pun meninggalkannya. Belakangan ini aku selalu melihatnya sendirian. Dimana kekasihnya? Biasanya dia selalu dengan kekasihnya bukan?
Aku terus memperhatikan Harry dari sini. Aku memperhatikannya dari kejauhan. Entah sejak kapan aku sangat mengaguminya seperti ini.
Aku tau Harry sudah memiliki kekasih. Tapi apa salahnya bukan jika aku mengaguminya? Lebih tepatnya hanya mengaguminya.
Kurasa ini sudah waktunya aku pulang. Aku pun mengambil mantel dan tas ku, dan tak lupa aku berpamitan dengan Sheren. Kurasa dia akan lembur malam ini.
Dan saat itu juga kulihat Harry bergegas dari tempat duduk nya dan ingin pergi.
Ketika aku melewati meja yang tadi ditempati oleh Harry. Aku melihat ponsel nya. Dia meninggal kan ponsel nya.
Aku dengan cepat menyambar ponsel nya dan berlari keluar untuk mengejar Harry.
Kulihat dia sedang berada di parkiran hendak membuka pintu mobil nya.
"Harryyy...!!" Teriakku.
"Oliv? Ada apa?" Tanyanya heran melihat ku yang sudah terengah-engah.
"Ini, aku - aku ingin mengembalikan ponsel mu. Kau meninggalkan nya di meja tadi" jawab ku masih terengah-engah.
"Astaga, aku melupakannya. Terimakasih banyak, Oliv"
"Ya, Harry" ucap ku tersenyum seraya mengembalikan ponsel nya.
"Kau mau pulang ya? Mau ku antar?" Tawar nya padaku.
"Ah tidak tidak, Harry. Aku bisa pulang sendiri. Aku tidak mau merepotkan mu" tolak ku.
"Oh, ayolah. Anggap saja ini sebagai rasa terimakasih ku padamu"
Aku berpikir sejenak. "Hmm, baik lah".
***
Di mobil ini tak ada satu pun dari kami yang membuka suara. Hanya suara dari radio yang menggema di dalam mobil.
Aku benar-benar gugup. Terkadang kulirik Harry yang wajahnya terlihat santai sambil memperhatikan jalanan.
"Oh ya, nanti ketika ada perempatan di depan, kita belok ke kiri ya, Harry" ucap ku sambil menunjuk jalan.
"Baiklah" kulihat Harry yang manggut- manggut.
Mobil Harry pun berhenti di depan pekarangan rumah ku.